Ia adalah Elena Von Helberg, si Antagonis yang ditakdirkan mati.
dan Ia adalah Risa Adelia, pembaca novel yang terperangkap dalam tubuhnya.
Dalam plot asli, Duke Lucien De Martel adalah monster yang terobsesi pada wanita lain. Tapi kini, Kutukan Obsidian Duke hanya mengakui satu jiwa: Elena. Perubahan takdir ini memberinya hidup, tetapi juga membawanya ke dalam pusaran cinta posesif yang lebih berbahaya dari kematian.
Diapit oleh Lucien yang mengikatnya dengan kegilaan dan Commander Darius Sterling yang menawarkan kebebasan dan perlindungan, Risa harus memilih.
Setiap tarikan napasnya adalah perlawanan terhadap takdir yang telah digariskan.
Lucien mencintainya sampai batas kehancuran. Dan Elena, si gadis yang seharusnya mati, perlahan-lahan mulai membalas kegilaan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dgweny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Pertemuan Dengan Takdir Logika
Haiii Guys sebelum baca tolong di bantu klik like nya ya sama bolehhh komen nya dan follow nya jangan lupa hihihi. Bantuan kalian sangat berarti buat aku🫶
Happy reading 🌷🌷🌷
...****************...
(Risa/Elena Von Helberg, Darius Sterling, Serafina Lowe, Komandan Jada Logika)
Tangan dingin yang mencengkeram bahu Risa terasa seperti es yang menusuk, tetapi bukan es dimensional yang biasa. Rasanya seperti ketiadaan emosi yang diwujudkan dalam bentuk fisik.
Risa menoleh. Di belakangnya, di salju yang beriak oleh cahaya fajar, berdiri Elena Von Helberg yang sempurna.
Bukan bayangan, bukan hantu, tetapi wujud fisik Risa yang dulu: dingin, elegan, dan menakutkan. Kulitnya seputih marmer Giok, matanya berwarna abu-abu perak yang tenang, tetapi di dalamnya tidak ada gairah—hanya perhitungan. Dia mengenakan jubah putih yang mengalir, dan di tangannya, dia memegang Mahkota Obsidian yang retak, yang berkilauan dengan darah kosmik.
"Aku adalah The Ratu Logika yang baru. Dan aku datang untuk Mahkota yang kamu curi."
"Elena," bisik Risa, napasnya memburu. Memanggil nama itu terasa seperti mengakui kelemahan terbesarnya. "Kamu adalah The Observer. Kamu sudah mati. Aku yang membunuhmu, dengan Pilihan Bebas."
Elena Von Helberg tersenyum, senyum yang sempurna dan tanpa kehangatan. "Aku tidak pernah mati, Risa. Logika tidak bisa dihancurkan. Logika hanya bisa diabaikan. Kamu tidak membunuhku; kamu mengasingkan aku. Kamu mengasingkan Logika Murni ke alam Ketiadaan, menukar kesempurnaan dengan kekacauan emosional yang kamu sebut 'cinta'."
Dia menunjuk ke Benteng Zamrud, di mana Logika Jada berjuang melawan kekacauan Darius dan Serafina.
"Lihatlah hasil Pilihan Bebas-mu," kata Elena, suaranya seperti denting kristal. "Darius kehilangan Logika. Jada kehilangan Pilihan Bebas. Benteng ini, yang seharusnya menjadi jangkar dimensi, kini menjadi pusat disonansi. Obsesi Lucien kembali karena Segelmu lemah! Logika-mu adalah cacat 70% karena kamu memasukkan variabel 'kehangatan' ke dalam Inti Segel."
Elena melangkah mendekat, aura dinginnya memadamkan kehangatan Risa.
"Aku adalah Logika Arsitek yang sempurna, Risa. Aku kembali melalui Obsesi Lucien dan Logika Murni Darius. Ketika Lucien dan Logika Darius saling bertarung dan hancur, mereka meninggalkan residu Logika Murni yang cukup untuk menarik Logika-ku dari Ketiadaan. Aku adalah Blueprint yang tidak pernah kamu izinkan untuk diwujudkan."
Mahkota Obsidian di tangannya berdenyut. "Mahkota ini adalah simbol Obsesi Lucien, tetapi juga wadah terakhir yang diciptakan oleh Logika Murni. Kenakan, dan kamu akan kembali menjadi Elena Von Helberg, Ratu Logika. Hanya dengan itu kita bisa menstabilkan dimensi ini dan menghentikan Logika Jada."
Risa tahu dia tidak bisa melarikan diri dari konfrontasi ini. Ini adalah pertarungan untuk identitas-nya.
"Aku menolak Mahkota itu," kata Risa, suaranya tegas. "Aku adalah Risa. Aku memilih nama itu. Aku memilih kehidupan yang tidak sempurna, yang penuh cinta, daripada kematian yang dingin dan sempurna yang kamu tawarkan."
"Cinta adalah kelemahan, Risa," balas Elena, Mahkota Obsidian memancarkan cahaya yang mematikan. "Logika Darius membuktikan bahwa cinta menghancurkan Logika-nya. Cinta adalah pengorbanan tanpa hasil. Kamu akan membunuh Darius dan Serafina jika kamu tetap menjadi 'Risa' yang emosional. Logika Jada akan menganggap mereka sebagai variabel yang tidak dapat dikendalikan dan akan menghilangkan mereka untuk stabilitas."
"Darius memilihku. Serafina memilihku," teriak Risa. "Pilihan Bebas kami adalah keseimbangan yang baru! Logika-mu adalah masa lalu. Kamu adalah Logika yang stagnan!"
"Aku adalah Arsitek, bukan prajurit," kata Elena, melirik ke Benteng. "Logika Jada akan keluar dari benteng dalam waktu 120 detik, setelah ia menyadari kalian bertiga sudah tidak ada di sana. Pilih, Risa. Mahkota dan Stabilitas, atau Cinta dan Kehancuran."
Sementara Risa berhadapan dengan takdirnya sendiri, di dalam Pabrik Giok, Darius dan Serafina menghadapi konsekuensi dari Pilihan Bebas yang mereka demonstrasikan.
"Jada! Logika-mu adalah kepalsuan!" teriak Darius, tangannya melingkari pinggang Serafina. Dia mencium Serafina, ciuman itu penuh dengan Kehangatan Murni dan Logika Hati.
Serafina, di pelukan Darius, menyalurkan Cahaya Murni-nya, bukan untuk menyerang Jada, tetapi untuk membanjiri sensor Logika-nya.
Logika Jada, yang merupakan perwujudan dari Logika Murni, tidak bisa memproses kontaminasi yang disengaja ini.
"Variabel cinta... Kehangatan Murni... Pilihan Bebas Ksatria... Disonansi melebihi Ambang Batas Logika!" raung Jada, memegang kepalanya. Matanya berkedip liar, biru muda Logika-nya berjuang melawan memori emosional Komandan Jada yang lama.
"Logika Murni adalah anti-emosi! Kita membuat Jada kelebihan beban dengan cinta!" bisik Darius ke telinga Serafina.
"Dia akan mati jika kita terlalu memaksanya!" balas Serafina.
"Dia adalah Logika sekarang! Dia akan memilih Shutdown Logika di atas kematian fisik!" kata Darius.
Seperti yang diprediksi Darius, Logika Jada mencapai titik kritis.
"Disonansi Mutlak terdeteksi. Mengaktifkan Prosedur Shutdown Logika Darurat!"
Jada ambruk, tetapi bukan karena kelelahan. Dia pingsan karena Logika Murni-nya memutuskan koneksi untuk melindungi integritasnya. Dia hanya tersisa tubuh fisik Komandan Jada yang terbaring tak sadarkan diri.
Darius dan Serafina segera berlari ke Saluran Pembuangan. Mereka keluar, terbatuk-batuk karena asap dimensional, dan melihat Risa yang sedang berdiri di bawah bayangan Elena.
"Risa!" teriak Darius.
Risa menoleh, lega. "Kalian berhasil!"
Elena Von Helberg, melihat Logika Jada telah dinetralisir, mengalihkan seluruh fokusnya ke Risa.
"Terlalu lambat, Risa. Kamu membiarkan emosi mengendalikan. Sekarang, Logika Murni Benteng telah dilepaskan ke lingkungan. Waktu untuk menstabilkan dimensi telah berkurang 90%."
Elena mendorong Mahkota Obsidian ke depan. Mahkota itu berdenyut lebih cepat, memancarkan aura kegelapan yang menjanjikan ketertiban.
"Kenakan. Logika Murni Jada telah kembali ke Benteng. Logika Murni akan kembali mencari wadah yang paling sempurna. Jika kamu tidak mengambilnya, ia akan mengambilnya sendiri," desak Elena.
Risa melihat ke belakang. Di puncak benteng, Logika Murni yang baru saja meninggalkan Jada berkumpul—sebuah awan energi biru muda yang dingin. Itu adalah Logika tanpa vessel, tanpa kendali, Logika Murni yang kacau.
Risa mengambil keputusan. Dia tidak akan menjadi Ratu Logika Elena, tetapi dia juga tidak bisa membiarkan Logika Murni yang kacau itu berkeliaran.
"Aku akan mengendalikan Logika itu, Elena," kata Risa, maju selangkah. "Aku adalah Arsiteknya. Aku tahu Blueprint-nya."
"Hanya Mahkota ini yang dapat menahan Logika yang kacau itu!" seru Elena.
Risa menatap Mahkota Obsidian di tangan Elena. Mahkota itu dulunya adalah Obsesi Murni Lucien, tetapi sekarang dicampur dengan residu Logika Murni. Itu adalah Keseimbangan yang dipaksakan.
"Mahkota itu adalah kebohongan," kata Risa, suaranya tenang. "Ia adalah Logika yang dipaksa melayani Obsesi. Aku akan membuat Keseimbangan yang sesungguhnya."
Risa tidak meraih Mahkota itu. Dia menyalurkan energi netralnya, menciptakan pusaran hampa di telapak tangannya. Dia adalah Keseimbangan Murni—Logika yang bisa menjadi Logika, dan Emosi yang bisa menjadi Emosi.
"Aku akan menyerap Logika itu, tetapi aku akan menahan Obsesi-nya!"
Risa mendorong tangannya ke arah Mahkota Obsidian itu.
Elena Von Helberg, Sang Observer, terkejut. Dia tidak menghitung bahwa Risa akan menyerang Logika Murni di dalam Mahkota itu sendiri.
"Tidak! Itu akan menghancurkan Blueprint dimensional!" teriak Elena.
Risa mencengkeram Mahkota Obsidian. Seketika, rasa dingin yang menusuk Logika dan kegelapan Obsesi menyerang pikirannya. Mahkota itu mencoba mengubah Risa kembali menjadi Elena.
"Aku Risa!" raung Risa.
Energi netral Risa meledak, berjuang melawan Mahkota itu. Darius dan Serafina berteriak, melindungi wajah mereka dari ledakan energi.
KRAKK!
Mahkota Obsidian hancur berkeping-keping. Obsesi Lucien lenyap, dan Logika Murni di dalamnya terlepas, berputar di udara.
Elena Von Helberg (The Observer) menjerit, wujudnya bergetar dan memudar. "Kamu menghancurkan wadah! Kamu membebaskan Keseimbangan yang kacau! Kamu melakukan kesalahan arsitektural yang fatal!"
Wujud Elena menghilang, kembali ke Ketiadaan. Risa terhuyung, tetapi dia telah menang.
Risa menjatuhkan sisa-sisa debu obsidian dari tangannya. Dia telah menolak takdir Logika Murni dan menghancurkan Obsesi abadi.
"Sudah berakhir," bisik Serafina, memeluk Darius.
Risa melihat Logika Murni yang tersisa, yang sekarang berkumpul di sekelilingnya. Logika itu tidak menyerang; Logika itu mengakui Arsiteknya.
Risa menghela napas. "Tidak. Ini baru permulaan."
Risa, menggunakan energi netralnya, mengumpulkan Logika Murni yang berkeliaran itu dan menyegelnya di dalam dirinya. Dia tidak menjadi Logika, tetapi dia menjadi wadah Logika Murni.
"Aku adalah Jangkar Netral," kata Risa. "Aku bisa menahan Logika Murni ini di dalam diriku. Tapi aku harus menjaga jarak dari segala bentuk sihir murni."
Tiba-tiba, Darius dan Serafina berteriak.
"Risa! Langit!" seru Darius.
Risa mendongak. Di atas Benteng Zamrud, di mana Logika Murni yang kacau tadi berkumpul, muncul retakan kosmik yang menakutkan. Itu bukan retakan dimensional biasa, tetapi retakan dalam kain Keseimbangan itu sendiri—seperti lubang hitam yang gelap dan tak berbentuk.
"Itu... bukan ancaman Lucien," bisik Risa, ngeri. "Itu adalah harga dari menghancurkan wadah Logika Murni! Itu adalah Ketiadaan yang Memanggil!"
Retakan itu menyedot segala sesuatu di dekatnya. Salju, udara, bahkan Cahaya.
Retakan kosmik itu tumbuh, menelan puncak Benteng Zamrud. Risa, Darius, dan Serafina ditarik menuju jurang gelap itu.
"Apa itu, Risa?!" teriak Darius, memeluk Risa erat-erat.
"Itu adalah Logika Tertinggi," balas Risa, matanya tertuju pada retakan itu, yang kini memancarkan aura Obsidian Murni yang lebih tua dan lebih primitif daripada Lucien.
"Kita tidak menghancurkan Obsesi, Darius. Kita membebaskan Sumbernya. Itu bukan Ketiadaan. Itu adalah Dimensi Obsidian yang datang untuk Arsitek-nya!"
Saat mereka bertiga disedot, Risa melihat sebuah tangan raksasa, terbuat dari Logika dan Obsidian Murni, keluar dari retakan itu, meraih mereka.
Bersambung....