Lana Croft, seorang mahasiswi biasa, tiba-tiba terbangun sebagai tokoh antagonis kaya raya dalam novel zombie apokaliptik yang baru dibacanya. Tak hanya mewarisi kekayaan dan wajah "Campus Goddess" yang mencolok, ia juga mewarisi takdir kematian mengerikan: dilempar ke gerombolan zombie oleh pemeran utama pria.
Karena itu dia membuat rencana menjauhi tokoh dalam novel. Namun, takdir mempermainkannya. Saat kabut virus menyelimuti dunia, Lana justru terjebak satu atap dengan pemeran utama pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Di luar RV, Lucas dan tim Vanguard sedang berbicara dengan para penyintas yang baru diselamatkan. Sementara itu, Chloe Vance berdiri di antara teman-temannya, matanya terpaku pada pintu RV yang tertutup.
Hatinya bergejolak. Dia mengenali Lana Croft—mahasiswi terkaya dan paling cantik di kampus. Namun, Chloe tahu rahasianya sendiri: ia kini memiliki Divine Orchard (Ruang Dimensi dan Mata Air Spiritual) yang ia peroleh dari kabut.
Lana hanyalah gadis manja yang cantik, pikir Chloe dengan rasa superioritas yang dingin. Dia tidak memiliki nilai sejati di dunia ini, dan dia pasti tidak memiliki takdir untuk menjadi ratu akhir zaman. Aku yang memilikinya.
Namun, melihat Kael Thorne, pria paling kuat yang pernah ia lihat, panik dan mengabaikan dunia hanya untuk Lana, membuat keyakinannya goyah. Apakah pria sehebat itu hanya melihat wajah?
Tidak! Chloe menguatkan tekadnya. Ia lebih kuat. Ia memiliki rahasia yang jauh lebih besar. Ia hanya perlu waktu untuk menunjukkan kemampuannya pada Kael. Ia akan membiarkan Lana menikmati saat-saat terakhir kemewahannya.
Di dalam RV, Kael membantu Lana mengenakan pakaian kembali, sebuah proses yang lambat dan penuh ciuman singkat.
"Lama sekali. Tim sudah menunggu setengah jam, Kakak," keluh Lana, wajahnya masih memerah karena keintiman yang hampir tak terkendali.
"Siapa suruh kau begitu menggoda, Sayang?" Kael menjawab dengan seringai. Ia mencium Lana sekali lagi, sebelum akhirnya melepaskannya.
Kael menarik Lana duduk di sofa. Wajahnya menjadi serius. "Kita akan sampai di Enklave besok sore. Aku ingin kau siap."
"Siap untuk apa?"
"Aku akan membawamu langsung menemui Kakek (Jenderal Thorne). Aku tidak mau ada keraguan dari pihak mana pun. Aku ingin hubungan kita diakui dan diresmikan sesegera mungkin." Kael memegang tangan Lana, tatapannya tegas. "Kau adalah wanitaku. Dan semua orang akan tahu itu."
Lana merasakan gelombang manis yang luar biasa. Kael tidak hanya memilihnya, tetapi ia juga berencana untuk mengikat mereka secara publik dan resmi.
Malam itu, Lana memutuskan untuk memanjakan timnya. Ia mengeluarkan panci sup besar, wajan, kompor induksi dari dimensinya, dan menyiapkan pesta hotpot yang luar biasa. Berbagai jenis daging wagyu yang dibekukan, sayuran segar, jamur langka, dan seafood yang kaya—semuanya dari simpanan pribadinya.
Aroma kaldu yang gurih segera memenuhi RV, membuat semua orang, termasuk para penyintas di gedung sebelah, menelan ludah.
"Ya ampun, Kakak Ipar! Ini sudah tidak masuk akal!" teriak Alex dengan mata berkaca-kaca.
Mereka semua duduk melingkar, makan dengan gembira. Kael, dengan tangan cekatan, mengupas semua udang dan kepiting, menumpuknya di piring Lana. Lana, sebagai balasannya, menyuapi Kael dengan potongan daging yang telah ia rebus.
"Kalian ini... tolong sadar ada orang lain di meja," Lucas menghela napas, meskipun ia diam-diam senang melihat adiknya, Riley, juga ikut bersorak-sorai dalam suasana hangat itu.
Setelah makan malam, Kael menjaga Lana tetap di sisinya. Keduanya menghabiskan waktu hingga larut, sementara tim Vanguard yang kelelahan tidur nyenyak di RV mereka yang nyaman.
Perjalanan kembali sangat lancar. Dengan dua RV yang kokoh, dan Lana yang menyediakan makanan mewah, semangat tim berada di puncaknya.
Pada sore hari di hari ketiga perjalanan, mereka akhirnya melihat Garis Pertahanan Enklave. Dinding beton berlapis baja yang menjulang tinggi, menara pengawas, dan pergerakan tentara yang terorganisir—semuanya menjeritkan keamanan dan kekuatan.
"Selamat datang di rumah," gumam Kael, matanya melembut saat melihat benteng keluarganya.
Mereka bergerak menuju gerbang utama. Di sana, terdapat antrean panjang penyintas yang memohon masuk.
Namun, Kael mengarahkan RV ke jalur samping, sebuah gerbang kecil khusus yang dijaga ketat oleh dua prajurit berseragam.
Kael membunyikan klakson. Seorang prajurit melangkah maju, tetapi begitu Kael menurunkan kaca RV dan memperlihatkan wajahnya, prajurit itu segera tersenyum lebar.
"Kapten Thorne! Syukurlah Anda kembali! Kami sudah mendengar laporan tentang misi Vancouver. Selamat datang kembali, Tuan! Silakan masuk!"
Prajurit itu segera mengangkat palang otomatis, memberikan akses langsung ke dalam jantung Enklave.
Kael mengangguk, lalu menoleh ke Lana. "Ini rumah kita."
Di belakang mereka, RV lain, yang membawa Chloe dan kelompoknya, terpaksa diarahkan ke jalur pendaftaran sipil, bergabung dengan antrean panjang yang membosankan. Chloe, melihat Lana dan Kael melenggang masuk tanpa hambatan, menggigit bibirnya. Kecemburuan dan ambisinya semakin membesar.
mendengar konpirmasi
jadi
mandengar ucapan itu