Tragedi menimpa Kenanga, dia yang akan ikut suaminya ke kota setelah menikah, justru mengalami kejadian mengerikan.
Kenanga mengalami pelecehan yang di lakukan tujuh orang di sebuah air terjun kampung yang bernama kampung Dara.
Setelah di lecehkan, dia di buang begitu saja ke dalam air terjun dalam keadaan sekarat bersama suaminya yang juga di tusuk di tempat itu, hingga sosoknya terus muncul untuk menuntut balas kepada para pelaku di kampung itu.
Mampukah sosok Kenanga membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gagal
Zainab pulang ke rumah Wisnu dalam keadaan terisak karena Sigit tidak kunjung datang lagi setelah pamit ingin buang air kecil, dia yang tidak tahu siapapun di kampung itu memilih untuk menelpon ayahnya dan langsung di jemput anak buah Wisnu yang juga geram dengan Sigit yang membuatnya malu.
"Maafkan kami Zainab, Sigit itu anak yang baik, mungkin ada warga yang minta tolong padanya dan dia bantu dulu" ungkap Wisnu
"Apa Sigit selalu seperti ini pak Wisnu, dia kan bisa telpon Zainab tapi Zainab menelpon dia saja tidak dia angkat" ucap Tama
"Itu masalahnya pak Tama dua hari yang lalu Sigit mengalami perampokan di jalan, handphone dan uang yang dia bawa raib di bawah perampok itu saat mengantar temannya ke terminal" jawab Wisnu
"Astaga, apa Sigit terluka?" tanya Tama yang berubah khawatir
"Syukurnya tidak, perampok itu berhasil di lawan temannya Sigit dan Sigit di antar pulang ke sini" jawab Wisnu
"Tuh nak, handphone Sigit di curi orang, kenapa kamu tidak ajak dia ke pasar saja untuk beli handphone baru, kan banyak konter handphone sekarang di sana" Bujuk Tama.
"Iya Zainab, Sigit pasti bersedia sebagai permintaan maafnya pada kamu" bujuk Dasih
"Iya Bu, saya akan ajak nanti kalau mas Sigit pulang sebelum kami pulang ke rumah" jawab Zainab
"Pegawai bapak sedang mencarinya, kamu tenang saja" ucap Wisnu
Ceklek.
Pintu terbuka dan ternyata itu adalah Sigit yang pulang dengan wajah panik, dia yang terlalu santai bersama Kenanga sampai melupakan Zainab, tapi saat dia kembali ke tempat penjual pakaian Zainab sudah tidak ada di sana dan penjaga tempat itu mengatakan kalau Zainab di jemput anak buah juragan Wisnu.
"Astaga Zainab, maafkan aku, aku mencari kamu kemana mana dan ternyata kamu sudah pulang" ungkap Sigit yang terlihat pucat.
"Kamu kemana saja kenapa kamu bisa meninggalkan Zainab sendirian?" tanya Wisnu terlihat marah
"Sigit tiba tiba mulas pak, karena tidak mau buang air di semak semak jadi Sigit pergi ke rumah pak Surya, badan Sigit sampai lemas pak" jawab Sigit meyakinkan
"Kamu pasti makan terlalu banyak rujak tadi siang, di tambah kamu kan baru sembuh dari luka akibat perampok itu" ucap Dasih khawatir
"Ini mas minum dulu, ini masih hangat ko tadi baru buat" ucap Zainab menyodorkan teh miliknya dan Sigit segera mengambilnya.
Zainab dan ibunya yang bernama Wina juga terlihat khawatir, mereka sampai menawarkan untuk memanggil mantri terdekat karena melihat keringat dingin di wajah Sigit.
"Biarkan Sigit istirahat dulu saja, kami akan pamit supaya pak Wisnu bisa fokus merawat Sigit" ucap Tama
"Maaf sekali pak Tama, ini tiba tiba saja terjadi" ungkap Wisnu merasa tak enak
"Tidak apa apa, toh pernikahan mereka juga hanya tinggal sebentar lagi, Zainab bisa tinggal di sini untuk merawat Sigit nanti" jawab Tama memeluk Wisnu yang merasa lega karena mereka tidak marah.
Sepeninggal Tama sekeluarga, Sigit di bawa ke kamarnya untuk beristirahat, tubuhnya sedikit demam dan Wisnu percaya Sigit tidak membohonginya, bahkan dia juga menelpon Surya untuk menanyakan apa benar Sigit ke dirumahnya dan Surya mengiyakan, karena sebelum pulang, Sigit sengaja mampir ke rumah Surya untuk menumpang buang air.
"Istirahatlah, besok kamu jangan urus perternakan dulu, tunggu sampai tubuh kamu pulih" ucap Wisnu
"Iya pak" jawabnya Sigit yang masih di usap keringatnya oleh Dasih.
"Kamu ko wangi mawar nak" ucap Dasih yang mencium wangi mawar dari pakaian Sigit.
"Mungkin karena tadi Sigit mampir ke tempat penjual parfum dengan Zainab Bu" jawab Sigit
"Ya sudah, kamu istirahat ya, kalau kamu lapar dan haus, ibu sudah simpan ubi juga air minum di sini, kalau mau nasi tinggal ke dapur panggil Surti" ucap Dasih
"Terima kasih Bu" ungkap Sigit
Setelah pintu kamar Sigit di tutup, dia langsung terbangun dan menuju ke jendela kamarnya, tak lupa Sigit juga mengunci pintu kamarnya agar tidak ada yang bisa masuk, karena di luar ternyata sosok Kenanga sedang menunggunya dan Sigit memintanya untuk masuk lewat jendela.
"Maaf ya, kamu pasti kedinginan menunggu lama, aku harus menunggu tamu bapak pulang dulu" ungkap Sigit meminta Kenanga duduk di kasurnya.
"Di sini panas" jawabnya
"Aku nyalakan kipas ya"
"Tidak, itu adalah bau kemenyan, Kenanga tidak suka" jawab Kenanga menunjuk pintu kamar Sigit.
"Masa sih, aku tidak menciumnya" gumam Sigit memeriksa ke luar kamarnya.
Dia mencari kemenyan yang di maksud Kenanga, dan ternyata itu ada di dalam sebuah kantung hitam yang digantung Wisnu di setiap pintu masuk rumah, bahkan di setiap pintu kamar juga ada.
"Kenapa bapak pasang begitu banyak kemenyan" gumam Sigit
Dia mengganti semua kemenyan yang ada di dalam kantung itu dengan batu kerikil yang dia ambil di pekarangan rumahnya supaya Wisnu tidak curiga, setelah di ganti, kemenyan yang ternyata berasal dari seorang dukun itu di buang Sigit ke dalam tempat sampah di dapur.
Ceklek.
"Sudah aku buang, kamu tidak perlu merasa bau lagi, hidung kamu sensitif ya?" tanya Sigit yang senang bisa menghabiskan waktu dengan Kenanga.
"Iya, dua hari ini Kenanga jadi sensitif, bahkan tidak suka matahari, mengingatkan Kenanga pada mas Dirga yang meninggalkan Kenanga" jawab Kenanga kembali menunduk.
"Jangan khawatir, kamu punya aku di sini, aku akan menjaga kamu sekarang, nanti aku akan memikirkan cara supaya kamu bisa tetap berada di kampung ini tanpa di ketahui orang orang" ucap Sigit memeluk Kenanga
"Iya, jangan sampai ada yang tahu" jawab Kenanga merebahkan badannya di atas kasur Sigit
"Tidurlah, aku akan tidur di bawah" ucap Sigit mengusap rambut Kenanga dan menyelimutinya.
Sementara Sigit mengambil selimut dan kasur lantai yang memang ada di dalam lemarinya, dia menggelar kasur itu di bawah agar Kenanga bisa tetap nyaman tidur di sana.
"Mas Sigit orang baik, tapi kenapa ayahmu begitu jahat" gumam Kenanga ketika Sigit sudah mulai tertidur
Kenanga mengusap rambut Sigit dan menyelimutinya, setelah itu dia pergi ke luar kamar Sigit untuk melihat Wisnu.
Krieetttt.
Pintu kamar Wisnu terbuka sendiri dan Kenanga terlihat mendekati Wisnu yang sedang tertidur sambil memeluk istrinya.
"Kamu terlihat berwibawa, setia, penyayang tapi ternyata kamu tak lebih dari seorang penjahat munafik Wisnu!" ucap Kenanga penuh Kemarahan.
Kukunya tiba tiba saja berubah menjadi panjang dan siap menembus kulit leher Wisnu, bahkan seringai tipis di perlihatkan Kenanga saat kukunya sudah mulai menyentuh kulit Wisnu, hingga....
"Aakhhh!"
Tubuh Kenanga tiba tiba saja terpental Karena kalung yang di pakai Wisnu mengeluarkan asap panas yang menyembur ke wajah Kenanga.
"Apa itu" gumam Kenanga menatap kalung yang mengeluarkan cahaya hitam juga di dalamnya.
"Pergi...."
Suara itu bisa di dengar Kenanga dengan jelas dan Kenanga segera pergi dari sana karena merasakan sosok di dalam kalung itu begitu kuat. Kenanga tidak akan mampu melawannya saat ini dan dia memilih untuk mundur terlebih dahulu.
"Hari ini aku gagal, tidak apa apa, masih ada hari esok dan masih ada empat pelaku lain yang bisa aku habisi lebih dulu" gumam Kenanga
"Hihihihihi....."
"Astaga pak, Kunti!" pekik Dasih yang bisa dengan jelas mendengar tawa Kenanga, begitupun Wisnu yang terbangun karena terkejut.
"Tidak apa apa Bu, rumah ini sudah di pagari, hantu manapun tidak akan berani masuk, ayo tidur lagi" bujuk Wisnu memeluk istrinya lagi tapi matanya menatap pintu kamarnya yang tadinya tertutup tapi sekarang terbuka, dan kalungnya tiba tiba berasa hangat.
kenanga tutut blasa mu aq mah hayok
menarik di awal bab