NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kontras Takdir / Chicklit / Ibu susu / Tamat
Popularitas:798.7k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Setelah kehilangan anaknya dan bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang penghinaan dari suami serta keluarganya, Amira memilih meninggalkan masa lalu yang penuh luka.

Dalam kesendirian yang terlunta-lunta, ia menemukan harapan baru sebagai ibu susu bagi bayi milik bukan orang sembarangan.

Di sana-lah kisah Amira membuang kelemahan di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arga dan Amira Ketika Hanya Berdua

Setelah keluar dari persembunyian, kini Amira berdiri berhadapan langsung dengan Arga. Ia masih mengingat nasihat pria itu yang katanya jadi orang jangan takut, dan karena itu, ia berusaha memasang wajah tegas. Tidak peduli meski lututnya gemetar hebat.

"Sedang apa kamu di sini? Mau ngintip orang mandi?" tanya Arga datar.

"Tidak, Tuan. Saya sebenarnya mau ambil sabun khusus untuk Tuan Kecil di ruang persediaan. Biasanya sudah tersedia di kamar mandinya, tapi ternyata habis. Pas mau ambil, saya salah masuk kamar. Petunjuknya bilang masuk saja ke ruangan yang pintunya terbuka, dan pintu yang terbuka ya kamar ini. Saya minta maaf, Tuan."

Amira menundukan kepala sebagai gestur minta ma'afnya, sekalian juga mau mengalihkan pandangannya sejenak dari penampakan dada bidang dan otot perut yang mengintip dibalik jubah yang terpasang asal-asalan.

"Apa yang sudah kamu lihat?"

"Luka, Tuan," jawab Amira lirih.

Arga mendengus, "Luka saja?"

Amira mengerjap dalam hati.

"Lihat... roti," katanya tanpa berpikir.

Arga menaikan alis, sedangkan Amira tercekat, tapi wanita itu melanjutkan nyebut apa yang dia lihat setelah mendapati Arga pandangannya seperti berkata begini: terus liat apalagi.

"Lihat kulit." lanjut Amira.

"Roti? Kulit? Apa maksudmu?" Padahal Arga tahu maksudnya.

"Hng... itu... roti isi kulit. Eh, kok roti isi kulit..."

Amira langsung menyesali ucapannya. Ia terjingkat ketika Arga melangkah mendekat dengan tatapan menusuk. Tangannya bahkan sudah terangkat, tampak seperti hendak menjitak kepala Amira sebagai bentuk teguran.

Namun sebelum tangannya sampai, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Refleks, Arga menarik Amira nendekat lalu setengah memeluk, seolah mereka sedang bercumbu. Posisi itu ia sengaja lakukan untuk melindungi Amira dari pandangan orang luar.

Yang masuk ternyata Pak Genta, membawa nampan berisi potongan buah segar. Sudah jamnya Arga nyemil setelah mandi.

Melihat pemandangan di depannya, Pak Genta buru-buru menundukkan kepala. "Maaf, Tuan. Saya sudah lancang."

Situasi jadi kikuk. Dari sudut pandang Pak Genta, Arga jelas-jelas sedang bermesraan dengan seorang perempuan di kamar, dan posisi mereka benar-benar ambigu. Lalu dia merasa sudah mengganggu kegiatan Tuannya itu.

Amira sendiri hampir pingsan karena wajahnya menempel ke dada Arga yang entah kenapa wangi padahal belum sempat mandi. Kalau sebelum mandi aja udah segini harum, gimana setelah mandi? pikir Amira.

"Sudahlah. Letakkan saja apa yang kau bawa, di sana," ucap Arga.

"Baik, Tuan."

Pak Genta buru-buru meletakkan nampan di meja lalu segera pamit mundur. Tapi sebelum sempat keluar sepenuhnya, Arga masih mempertahankan posisi setengah memeluk Amira. Demi membuat kesan bahwa yang dilihat Pak Genta bukanlah moment yang patut dicurigai atau sebuah kepura-puraan, Arga menoleh, menghadapkan wajahnya tepat ke arah wajah Amira.

Jarak mereka begitu dekat, sampai-sampai napas masing-masing saling menyapu kulit wajah.

Amira sewaktu beradu muka dengan Arga sedekat itu, ia memejamkan mata, tak mampu untuk melihat wajah laki-laki itu dalam jarak yang sangat dekat.

Arga juga tidak mengambil kesempatan. Tidak ada gerakan nakal, tidak ada ciuman. Pria itu tetap diam, menahan jarak seakan tidak tertarik untuk menyentuh. Karena sejatinya, Arga pun tipe laki-laki yang tidak gampang disentuh.

Begitu pintu tertutup sepenuhnya, Arga dengan cepat menjauh. Amira membuka mata, dan mereka saling bertukar helaan napas.

"Heh, kamu... Aminah," seru Arga akhirnya.

"Amira, Tuan." Amira sigap membetulkan.

"Ah, Aisha..." Arga mencoba lagi. Dalam hati Amira, masih salah juga Tuan Arga nyebutnya. "Maaf, nama saya Amira, Tuan. A-mi-ra." Terang Amira sekali lagi.

"Saepudin."

Sekonyong-konyong Arga nyebut itu, dalam hati Amira, waduh makin jauh aja ya, terserah Tuan Arga saja lah.

Lalu Amira manggut saja, terserah Tuan Arga mau manggil apa, capek juga menjelaskan kalau namanya Amira. Toh, memang benar rumor yang beredar di rumah ini, bahwa Tuan Arga ogah nyebut nama seseorang, apalagi mengingatnya.

"Nama kamu Saepudin?" tanya Arga dengan nada datar.

"Bukan, Tuan. Nama saya Amira."

"Kenapa tadi manggut saja waktu dipanggil begitu? Kalau kamu tahu ada yang salah, seharusnya dibenarkan."

Amira sempat cengo beberapa detik. Perasaan sudah berkali-kali ia membetulkan. Tanpa mau urusan panjang, Amira mengangguk saja lalu berkata, "Iya, Tuan. Lain kali akan saya benarkan, sampai Tuan betul-betul menyebut nama saya dengan benar."

"Sekarang keluar dari sini. Aku sedang tidak mood memberimu hukuman. Tapi ingat, setelah kamu keluar, kamu harus melupakan apa yang kamu lihat tadi. Sedikit saja informasi itu tersebar, kamu benar-benar akan tamat."

"Baik, Tuan. Saya mengerti."

Amira bersiap memutar badan, tapi pandangannya sempat tertumbuk pada sesuatu di leher belakang Arga. Sebuah luka kecil, tampak masih baru. Spontan tangannya terulur.

Arga langsung menepis dengan waspada. Gerakannya antipati. "Kau mau apa?!"

"Ada Luka, Tuan. Di leher belakang. Kecil sih, tapi tetap harus dibersihkan agar tidak infeksi," jelas Amira cepat.

Tanpa menunggu persetujuan, ia segera mencari kotak P3K di sana. Ketemu. Tangannya cekatan, bahkan tanpa banyak bicara ia langsung membersihkan luka itu dengan antiseptik.

Sementara itu, Arga terdiam. Pikirannya baru mengaitkan luka itu dengan kejadian tadi waktu ia spontan menarik anak buahnya dari bahaya. Luka itu bisa jadi dari serpihan kayu atau logam saat insiden itu terjadi.

Ya, gitu-gitu pun, Arga memang tipe bos yang pasang badan kalau anak buahnya terancam. Leadership-nya jelas, meski mulutnya sering ketus.

Amira tidak bicara apa-apa lagi. Hanya memastikan luka dibersihkan dan tidak berdarah. Habis itu, ia buru-buru menutup kembali kotak P3K dan melangkah mundur. Ia sadar, terlalu lama di situ bisa bikin dirinya terlihat seolah mencari perhatian.

"Selesai, Tuan. Saya permisi. Oh iya, tolong bukakan pintunya, Tuan. Saya tidak tahu kode aksesnya."

"Enak saja kamu mau lewat pintu depan. Sini, ikut aku."

Tanpa banyak bicara, Arga menggiring Amira menuju sebuah pintu tersembunyi yang terletak di balik rak buku. Dengan satu sentuhan sidik jarinya, pintu itu terbuka pelan memperlihatkan sebuah jalan yang ternyata tembus langsung ke kamar Tuan Kecil.

Amira ternganga. Jadi selama ini ada jalan rahasia yang menghubungkan kamar Arga dengan kamar anaknya? Padahal, setiap malam ia tidur di sana. Jangan-jangan Tuan Arga sering datang diam-diam tanpa sepengetahuannya. Amira merinding memikirkan kemungkinan itu.

"Tuan, apakah selama ini Tuan suka masuk ke kamar Tuan Kecil di malam hari tanpa memberi tahu siapa pun?"

"Iya."

Refleks, Amira menyilangkan tangan di dada, wajahnya penuh keterkejutan.

"Apa?Jangan mikir yang aneh-aneh. Aku cuma ingin melihat putraku." Seru Arga yang melihat respon terkejut dari Amira.

Amira menghela napas lega. "Syukurlah... Saya cuma khawatir kalau-kalau Tuan datang di saat saya dalam keadaan yang tidak pantas."

"Maksudmu seperti ini?" Arga mengangkat ponselnya, menunjukkan sebuah foto. Amira langsung membelalak, di layar terlihat dirinya tidur lelap dengan mulut menganga lebar.

"Tuan!!" Pipi Amira memerah.

"Diamlah! temui anakku sebelum dia menjerit-jerit mencarimu." Arga langsung tutup pintu.

Begitu pintu rahasia tertutup rapat di belakangnya, Amira mendapati dirinya sudah berada di kamar Tuan Kecil. Aman, tanpa ada yang akan mencurigai bahwa ia baru saja keluar dari kamar Arga. Sementara itu, di kamarnya, Arga tertawa puas lalu berjalan santai ke kamar mandi.

...****...

Tuan Kecil sudah rapi mewangi. Dia sempat ditanya Fitri kemana saja Amira pergi lama sekali, Amira hanya jawab tersasar akibat rumahnya terlalu besar. Fitri percaya saja.

Kemudian Amira yang sambil menggendong Tuan Kecil, menyempatkan melihat kertas jatuh yang sudah ia amankan di dalam buku diary. Dia baca, kemudian matanya membelalak.

.

.

Bersambung.

1
Kartika Dewi
Luar biasa
Syifa Azhar
cemburu yang bikin runyam ya pak buana/Joyful//Joyful//Joyful/
Syifa Azhar
eling Arga eling itu foto jadul pas Amira masih istri Ardi,makanya buana berani naruh hati sama Amira dan mau nunggu jandanya,tp mau gimana lagi habis jadi janda malah jadi incaran bos sendiri. nasi. buana sungguh sial/Joyful//Joyful//Joyful/
Syifa Azhar
mau di bikin sup katanya/Joyful//Joyful//Joyful/
wadau mau ngapain pakai bawa-bawa pistol??/Silent/
Slamet Riyadi
sepertinya menarik thor/Pray//Good//Good/
Zenun: selamat membaca👍
total 1 replies
Syifa Azhar
gimana ceritanya tikus perkosa kamu sinta, ada-ada saja/Joyful//Joyful//Joyful/
Zenun: ya begitulah 😄
total 1 replies
Syifa Azhar
karma yang tidak semanis kurma/Grin//Grin/
Zenun: iya betul
total 1 replies
Syifa Azhar
iyaaaaa ternyata oh ternyata Arga di balik keretakan rumah tangga Amira secara tidak langsung/Joyful//Joyful//Joyful/
tp bagus lah setidaknya Amira gak perlu lama-lama sama keluarga toxic itu
Zenun: iya hehehe
total 1 replies
Syifa Azhar
makin penasaran,apa maksudnya Arga bilang yang dialami Amira adalah yang di inginkan Gladys??
apa Gladys meninggal setelah melahirkan tuan kecil dan meminta supaya Almira yang merawat anaknya??
Jajuk Triagustin
kuapokmu kapan ,rasakno koen.
Syifa Azhar
wih jangan-jangan Amira sering jadi bahan gosip di keluarga tuan Arga kalau dia pantas jadi kandidat ibu tuan kecil/Joyful//Joyful//Joyful/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
mety
wkwkwkw Amira Amira......diriku tak bisa komen dah
Zenun: wkwkwkwk
total 1 replies
Syifa Azhar
eeeaaaaa....dari ibu susu jadi ibu untuk anak ku/Joyful//Joyful//Joyful/
langsung naik jabatan jadi istri tuan rumah/Grin//Grin/
Zenun: uhuuuuy
total 1 replies
Syifa Azhar
good Lisa jangan mau jadi korban kedua dari keluarga toxic itu,kalau perlu jangan cuma barang-barang aja yang kamu angkut tp sekalian kamu tendang yang punya barang,dah rumah tangga sendiri-sendiri kok masih suka numpang
Zenun: iya ya kak
total 1 replies
Syifa Azhar
bagus Amira langsung kasih paham sama Mia biar gak makin besar kepala
Syifa Azhar
wih di bibi lihat ngak tuh Amira di jemput mobil bagus pakai bodyguard lagi,bisa kejang-kejang tu kalau sampai tau Amira bisa tinggal dirumah orang tajir melintir/Joyful//Joyful/
Zenun: hehehe
total 1 replies
Syifa Azhar
satu kata untuk Ardi,kuapok....
kalau sudah tiada baru terasa,
bagi Amira kamu cuma batu kali gak ada harganya,jadi lbh baik hidup sendiri demi kewarasan dari pada punya suami dan keluarga cuma keluarga toxic
Zenun: betul kak
total 1 replies
Syifa Azhar
waduh mas mas nya ganteng sekali/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
Rajo kaciak
singkat padat mantap deh
Zenun: terimakasih
total 1 replies
MSIT
🫰🫰❤️❤️
Zenun: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!