Salsa bisa lihat malapetaka orang lain… dan ternyata, kemampuannya bikin negara ikut campur urusan cintanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Info Orang Dalem
Di tikungan parkiran yang remang, segerombolan bayangan tiba-tiba menyergap. Paparazi dengan lensa segede gaban, vlogger live streaming, sampai tim fotografer lengkap dengan lighting portabel menyerbu bak hiu mencium bau darah.
Cekrek! Cekrek!
Cahaya flash meledak buta.
"Mas Arga! Apa benar keponakan Mas Arga diculik?"
"Mas Arga ke bank ambil uang tebusan, kan?"
"Polisi sudah tahu belum?"
Pertanyaan-pertanyaan itu menusuk tajam. Sang supir menatap kerumunan yang sudah seperti zombie kelaparan itu dengan tatapan pasrah bercampur geli. Dia tetap melajukan mobil pelan, tapi mereka memblokir jalan, bahkan ada yang nekat menggedor kaca.
Pak Supir menghela napas, menghentikan mobil, lalu memundurkan sandaran kursi. Dengan santai, dia malah scrolling HP. Sebagai supir bintang besar, mentalnya sudah baja. Logistik di mobil ini lengkap, dari air mineral sampai hotpot instan. Mau menginap di sini semalam pun, gas!
Satu jam berlalu. Mobil masih anteng. Gelombang paparazi mulai rontok satu per satu. Tersisa dua-tiga orang paling keras kepala.
Di dalam, Pak Supir sedang asyik menyantap hotpot instan sambil nonton film. Melihat kerumunan sepi, dia menurunkan kaca jendela, menatap sisa laskar gosip itu dengan iba.
"Coba kalau kalian se-militan ini buat hal positif, sanderanya pasti sudah selamat dari tadi."
Wajah para paparazi itu langsung cengo. Kursi penumpang kosong melompong. Cuma ada Pak Supir yang nyengir santai.
"Arga mana?!" Si pemimpin rombongan mencengkeram jendela, emosi jiwa.
"Mas Arga sudah di tempat aman," jawab Pak Supir sambil menyeruput teh, lalu melirik jam mahalnya. "Saya mau log out nih. Kalian belum mau pulang? Mau nebeng nggak? Sejuta satu orang."
"Nggak usah banyak gaya!" Seorang paparazi bertopi memukul jendela. "Lo tahu apa soal penculikan ini?"
Pak Supir menaikkan kaca jendela perlahan. Tepat sebelum tertutup rapat, dia terkekeh, "Kalian kan jual berita mahal, masa minta info gratisan? Berani bayar berapa?"
Kaca tertutup sempurna. Para paparazi itu saling pandang, sadar baru saja dikerjai habis-habisan. Akhirnya mereka bubar jalan sambil misuh-misuh di tengah deru mesin mobil yang menjauh.
Sementara itu, Salsa Liani dan Surya Linardi sudah lolos dari kejaran berkat bantuan pengelola gedung. Di bawah kawalan ketat, mereka masuk ke penthouse mewah milik Arga Mahendra.
Salsa menekan kode sandi, pintu terbuka. Apartemen luas itu terasa hangat, penuh foto Manda, keponakan Arga yang diculik. Salsa segera melakukan video call.
"Pak Arga, kami sudah masuk."
Suara Arga terdengar sangat lelah di seberang sana. "Oke, saya pandu cara buka brankasnya. Ada uang tunai 5 miliar di sana."
Salsa menelan ludah. Gila, uang jajan di brankas rumah aja 5 miliar?
Begitu brankas terbuka, isinya merah semua. Tumpukan uang pecahan seratus ribu yang padat. Salsa dan Surya langsung bergerak kilat kayak buruh pabrik kejar setoran, memindahkan gepokan uang itu ke dalam koper besar.
Setelah beres, mereka langsung meluncur ke apartemen rahasia Arga yang lain untuk menyerahkan uang tersebut sebagai bukti pada penculik.
Pukul dua pagi. Pesan dari Komandan Rakha masuk: Polisi berhasil melacak lokasi pabrik terbengkalai itu!
Salsa melihat video lokasi yang dikirim Rakha. Jantungnya berdegup kencang. "Iya, bener! Ini tempatnya! Persis sama kayak yang ada di penglihatanku."
Lokasinya di Pabrik Kimia NeoChemical, pinggiran kota yang sepi.
Tim unit khusus kepolisian sudah menyisir lokasi diam-diam sepanjang malam. Mereka memasang kamera tersembunyi di setiap sudut buta dan ranjau paku di jalan pelarian.
Di tempat lain, Reza Mahavira dan Arga Mahendra nyaris tidak tidur. Mereka berhasil mengumpulkan 15 Miliar Rupiah tunai. Di antara tumpukan uang itu, terselip gepokan yang sudah dipasangi pelacak.
Telepon dari penculik masuk. "Uangnya siap?"
Arga langsung tegak. "Siap."
"Datang sendirian. Kalau bawa polisi, keponakanmu tamat."
Arga menutup telepon, menarik napas panjang, lalu menatap Reza. "Doain gue."
Arga berangkat sendiri mengemudikan SUV biasa. Sementara itu, di dalam truk komando yang disamarkan jadi truk kargo tak jauh dari pabrik, Polwan Lenny menatap layar monitor.
"Target bergerak. Arga masuk tol. Arahnya sesuai."
Titik merah dari pelacak Salsa bergerak di peta. Suasana di truk komando menegang. Rakha, sang komandan, mendongak. "Komplotan itu pasti juga lagi jalan ke sini."
Pintu belakang truk terbuka. Salsa melompat masuk dengan napas ngos-ngosan, baru sampai di lokasi.
"Makan dulu, Sal." Lenny menyodorkan roti.
Salsa menyambar roti itu, tapi matanya langsung menyapu deretan layar monitor CCTV. Tiba-tiba tatapannya terkunci. Dia berdiri, menunjuk salah satu layar dengan mulut penuh roti. "Komandan, itu tempat apa?!"
Semua menoleh. Di layar terlihat menara air tua dengan tangki berkarat. Di bagian bawahnya ada genangan air dan lumut hijau tebal.
"Menara air lama, sektor barat laut," jawab Rakha cepat. "Kenapa? Muncul di visimu?"
"Nggak," Salsa menggeleng cepat, menelan rotinya susah payah sampai tersedak.
Rakha dengan sigap menyodorkan air minum dan menepuk punggung Salsa pelan. "Pelan-pelan. Masih ada waktu."
Setelah lega, Salsa mencengkeram lengan baju Rakha. "Di penglihatan saya, waktu Manda dibawa keluar, bajunya ada noda hijau tua! Awalnya saya kira cat lukis, tapi teksturnya lembab dan lengket. Itu pasti lumut dari menara air itu!"
Mata Rakha berkilat tajam. "Penculik nyekap dia di sana sebelum transaksi."
Dia langsung menyambar walkie-talkie. "Tim Sniper, posisi! Target: Menara air lama sektor barat laut. Cari angle tembak terbaik. Prioritas keselamatan sandera."
Perintah turun. Suasana mendadak hening dan mencekam. Semua orang di sana menatap Salsa dengan pandangan takjub. Kemampuan analisis gadis ini berkembang pesat. Dia bukan cuma mengandalkan halusinasi, tapi bisa menyusun kepingan puzzle fakta dengan jenius.
"Analisis soal menara air itu krusial," suara Rakha memecah keheningan. Jeda sedetik, dia menambahkan dengan nada kaku, "Kerja bagus."
Salsa mendongak, matanya membulat sempurna. Anjir, matahari terbit dari barat kah? Si Komandan Kulkas ini bisa muji orang?
Satu truk hening. Adit, polisi muda di pojokan, diam-diam mencubit pahanya sendiri. Sakit. Bukan mimpi. Ini lebih langka daripada fenomena gerhana matahari.
Mata Salsa berbinar terang mendengar pujian yang hampir mustahil keluar dari seorang Komandan Rakha. Rakha yang ditatap begitu jadi salah tingkah. Dia memalingkan wajah, mendorong sisa roti ke arah Salsa. "Makan. Keburu dingin."
Salsa menurut, menghabiskan sarapannya kilat. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Komandan, jalan tikus dipantau nggak? Ada streamer gila di halusinasi saya yang bakal ngerusuh."
Rakha mengerutkan kening. "Di sekitar pabrik banyak ladang jagung. Kita sebar anggota di sana, tapi susah gerak karena anak-anak badannya gede semua."
"Izinkan saya ikut ngintai di ladang," Salsa mengangkat tangan. "Saya hafal muka streamer itu."
Setelah perdebatan singkat, Salsa diizinkan ikut Lenny menyisir ladang jagung. Mereka merunduk di antara tanaman tinggi, nyaris tanpa suara.
Tiba-tiba, suara bariton Rakha terdengar di earpiece. "Tiga kendaraan mencurigakan mendekat. Salah satunya truk biru, persis deskripsi Salsa. Penculik datang. Semua tiarap."
Napas Salsa tercekat. Tapi di saat genting itu, ekor matanya menangkap pergerakan di saluran irigasi kering.
Lima orang pria dengan kamera lensa panjang mengendap-endap. Yang paling depan pakai topi dan masker hitam... Itu dia! Si streamer gila konten yang di visi Salsa!
Sial! Kalau mereka sampai memergoki polisi atau bikin ribut, operasi bisa gagal total!
Otak Salsa berputar cepat. Dia menyentak lengan Lenny. "Mbak, backup akting saya."
Tanpa ba-bi-bu, Salsa meminjam kamera dari polisi terdekat, lalu setengah berlari menghampiri gerombolan paparazi itu dengan wajah panik yang dibuat-buat.
"Eh! Bang! Abang mau ngeliput transaksi Arga juga ya?"
Salsa ngos-ngosan, matanya membulat cemas. "Saya kepisah sama fotografer saya! Tolongin dong, Bang... saya anak magang nih. Boleh ikut nggak?"
Si Topi, pemimpin mereka, mendengus sinis. "Minggir, Bocil. Jangan ngerusuhin pro kerja!"
Salsa langsung mengatupkan tangan memohon. "Tolong banget, Bang! Saya punya info A1! Info orang dalem! Saya kasih tau, asal boleh ikut!"
Mendengar "Info A1", telinga mereka langsung tegak.
Si Topi menatap curiga. "Ah, masa? Tau dari mana lo?"
"Saya punya cepu!" Salsa buru-buru menembak, "Penculiknya bakal dateng naik truk warna biru!"
Seolah alam semesta sedang mendukung sandiwaranya, dari kejauhan terdengar suara mesin diesel menderu. Sebuah truk biru butut perlahan berbelok masuk ke area pabrik.
Mata para paparazi itu langsung berbinar-binar. Si Topi langsung merangkul Salsa sok akrab. "Wih, ngeri juga lo. Tau apa lagi, Neng Manis?"
next
lanjuttt....
keren juga Salsa. lanjutttt
bsk2 banyakin lagi ya thoe😍💪
ganbattee