NovelToon NovelToon
DRAMA SI SANGKURIANG

DRAMA SI SANGKURIANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Tamat
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: gilangboalang

Di tengah hiruk pikuk kota Bandung yang modern, seorang pemuda terjebak dalam cinta yang tidak seharusnya. Ia tak tahu, bahwa wanita yang ia cintai menyimpan masa lalu yang kelam — dan hubungan mereka bukan sekadar kisah cinta biasa, melainkan takdir yang berulang dari masa lampau...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gilangboalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BABAK XIII: BERLAYAR DENGAN HATI YANG UTUH ​ADIEGAN 26: MISI PENTING KE HONG KON

​Setelah beberapa bulan menjalani terapi emosional dan menikmati kehangatan keluarga di Menteng, Reza, sang Nahkoda muda, merasa sepenuhnya pulih. Luka di kepalanya telah sembuh, dan luka di hatinya pun mulai mengering berkat cinta tak bersyarat dari Arya dan Nawangsih.

​Kini saatnya bagi Reza untuk kembali ke laut. Karir profesionalnya tidak bisa diabaikan. Perusahaan pelayaran Arya dan mitranya menugaskan Reza untuk misi penting: memimpin kapal kargo super besar, MV Samudra Bangsa, dalam pelayaran internasional pertamanya menuju Hong Kong. Misi ini melibatkan pengiriman muatan bernilai tinggi dan menegaskan posisi Reza sebagai salah satu Nahkoda termuda dan paling andal di Asia.

​Pelepasan di Pelabuhan Tanjung Priok

​Pagi keberangkatan, suasana di Pelabuhan Tanjung Priok dipenuhi keharuan dan kebanggaan. Reza, dengan seragam Nahkoda putih yang gagah, berdiri di atas geladak. Di bawah, di dermaga, Arya dan Nawangsih datang untuk mengantar.

​Nawangsih, yang tetap terlihat seperti gadis remaja yang cantik, berdiri di samping Arya. Pasangan itu tampak kontras tetapi serasi—Arya yang berwibawa dan Nawangsih yang abadi.

​"Jaga dirimu baik-baik, Nak," pesan Arya, menatap putranya dengan bangga. "Di Hong Kong nanti, prosedur kepabeanan dan alur pelabuhan sangat ketat. Jangan sampai lengah, ikuti semua panduan yang Ayah berikan."

​"Siap, Yah. Aku tidak akan mengecewakan. Aku Nahkoda, bukan anak berandal lagi," jawab Reza, tersenyum lebar.

​Reza kemudian menatap Nawangsih. Tatapannya kini penuh rasa hormat dan kasih sayang seorang anak, bukan lagi hasrat terlarang.

​"Mama, jangan khawatir. Aku akan cepat kembali. Jangan lupa kirim foto-foto anjing Max, ya? Dan jangan terlalu sering mencium Ayah di depan umum," canda Reza, membuat Nawangsih tertawa renyah.

​"Dasar anak nakal! Fokus pada navigasimu, Reza. Mama dan Ayah akan menunggumu di sini. Laut tidak akan seindah rumah, Nak. Jangan lupa itu," balas Nawangsih, matanya berkaca-kaca. Ia tidak lagi takut Reza pergi; ia takut Reza tidak kembali.

​Reza mengangguk. Ia tahu, alasan ia berlayar bukan lagi karena pelarian, melainkan karena panggilan tugas. Ia telah menemukan tempatnya untuk kembali.

​Pelayaran Menuju Timur

​MV Samudra Bangsa, di bawah komando Reza, berlayar meninggalkan Jakarta, menuju perairan utara. Pelayaran ini adalah ujian berat. Reza harus melewati Laut Cina Selatan yang terkenal dengan arus dan cuaca yang tidak terduga.

​Di anjungan, Reza bekerja dengan disiplin tinggi. Semua pengalaman pahit masa lalu telah ia jadikan pelajaran. Ia tidak lagi impulsif atau emosional. Ia tenang, logis, dan sangat fokus. Di ruang navigasi itu, ia benar-benar menjadi penguasa yang bertanggung jawab atas kapal, kru, dan muatan bernilai miliaran rupiah.

​Saat malam tiba dan ia sendirian di kabin, Reza sering melihat foto keluarga barunya: Arya yang berwibawa, dan Nawangsih yang tersenyum abadi. Dulu, foto Nawangsih adalah obsesi. Kini, foto itu adalah jangkar yang menenangkan. Ia berlayar, tetapi hatinya tertambat kuat di Jakarta.

​Menghadapi Badai Emosi dan Fisik

​Di tengah pelayaran, kapal mereka menghadapi badai tropis di dekat perairan Vietnam. Ombak setinggi puluhan meter menghantam lambung kapal. Kru panik.

​Reza tidak. Ia berdiri tegak di kursi Nahkoda, memegang kemudi dengan kuat. Ia mengingat semua pelajaran dari Arya.

​"Tenang! Atur kecepatan! Semua kru ke posisi aman! Kita akan lewati badai ini dengan tegar!" perintah Reza, suaranya tenang mengatasi raungan angin.

​Saat itu, Reza menyadari bahwa badai di lautan tidak ada apa-apanya dibandingkan badai emosi yang ia hadapi saat mencoba menikahi ibunya sendiri. Badai ini hanya mengancam fisik, tetapi badai masa lalu mengancam jiwanya. Ia telah memenangkan badai yang lebih besar.

​Setelah berhasil melewati badai itu, keyakinan dirinya meningkat drastis. Ia bukan hanya Nahkoda yang terampil, tetapi juga pemimpin yang berjiwa besar.

​Tiba di Pelabuhan Internasional Hong Kong

​Setelah sepuluh hari berlayar, MV Samudra Bangsa tiba di perairan padat Hong Kong. Reza memimpin kapal kargo raksasa itu memasuki pelabuhan yang super sibuk, diapit oleh kapal-kapal dari seluruh penjuru dunia.

​Mendekati dermaga, Reza mengawasi setiap pergerakan. Ia harus bernegosiasi dengan pandu lokal dan mengurus dokumen-dokumen pelabuhan internasional yang rumit. Bahasa, prosedur, dan tekanan waktu sangat intens. Namun, Reza membuktikan kelasnya. Ia menyelesaikan bongkar muat muatan dengan sempurna dan tepat waktu.

​Di Hong Kong, Reza bisa saja menikmati kehidupan malam kota metropolitan itu. Namun, ia tidak tertarik. Kehidupan mewah sudah ia dapatkan di Jakarta. Ia hanya tertarik pada satu hal: kembali ke rumah.

​Ia menelepon Nawangsih dan Arya melalui sambungan satelit.

​"Mama! Aku sudah selesai bongkar muat. Besok lusa aku akan berlayar pulang. Muatanku sekarang lebih banyak. Aku akan pulang ke rumah! Aku kangen masakan Mama!"

​"Alhamdulillah, Nak. Kami juga rindu! Cepatlah pulang. Max juga rindu," jawab Nawangsih dengan suara lega.

​Reza menutup telepon. Ia menatap lampu-lampu kota Hong Kong yang memantul di permukaan air. Ia telah pergi sejauh mungkin dari Bandung, dan kembali membawa kedamaian.

​Ia menyadari, keberaniannya untuk mengakui kebodohan, menerima ibunya, dan meminta maaf adalah pelayaran terberat yang pernah ia lakukan. Pelayaran ke Hong Kong ini hanyalah sebuah tugas.

​Kembali ke Pangkuan Keluarga

​Dua minggu kemudian, MV Samudra Bangsa kembali merapat di Jakarta. Di dermaga, Arya dan Nawangsih kembali menunggu.

​Saat Reza turun dari kapal, ia tidak lagi melihat ibunya sebagai Ratih yang cantik. Ia melihatnya sebagai Nawangsih, seorang Ibu yang abadi, yang telah memberinya hidup dua kali: saat ia melahirkannya, dan saat ia memberinya kesempatan penebusan.

​Pelukan di dermaga itu hangat. Pelukan seorang Ibu, seorang Ayah, dan seorang anak yang telah melalui neraka dan kembali bersatu.

​Reza kini tahu, rumahnya bukanlah di lautan yang luas, melainkan di antara dua orang yang sangat mencintainya, di rumah Menteng yang harmonis.

1
Agustina Fauzan
baguuus
gilangsaputra
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!