Jesica Marry adalah nama yang selalu identik dengan ketangkasan, kecerdasan tajam, dan bahaya. Sebagai agen rahasia elit yang tak tertandingi, kehidupannya adalah rangkaian misi berisiko tinggi yang selalu berhasil ia tuntaskan. Namun, dalam sebuah misi yang sarat pengkhianatan, Jesica harus menghadapi nasib tragis, kematian yang kejam.
Saat ia yakin semuanya telah berakhir, jiwanya terhempas melintasi dimensi dan waktu, tersedot ke dalam raga yang rapuh namun bermahkota, tubuh Ratu Amora dari Kerajaan Dandelion.
Ratu Amora dikenal seantero negeri sebagai sosok yang menyedihkan, seorang ratu yang bodoh, mudah dimanipulasi, dan terabaikan oleh suaminya sendiri, Raja Arthur, serta seluruh istana. Ia hanyalah boneka yang tak punya kekuatan, hidup dalam bayang-bayang hinaan dan kekejaman diam-diam.
Namun kini, di mata Ratu Amora yang dulu kosong, bersinar kilatan tajam milik Jesica Marry.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERMATA RUBI
DOR
DOR
Suara tembakan terus menggema di keheningan malam, seorang wanita muda yang berprofesi sebagai agen rahasia dan pembunuh bayaran, saat ini sedang menjalankan misi nya.
"Sial! Aku segera keluar dari sini!" umpat Jesica melompat turun dari lantai tiga.
Bruk
Jesica mendarat dengan sempurna di lantai bawah, saat ini Jesica sedang menyusup ke tempat lelang, Jesica mendapat kan misi dari Tuan Besar nya untuk mengamankan sebuah kalung permata Rubi yang akan menjadi bahan lelang malam ini, dan sialnya pergerakan Jesica di sadari oleh beberapa penjaga yang ada di sana.
DOR
DOR
DOR
"BERHATI!!!"
Jesica terus berlari dengan kencang, Jesica berhasil mendapatkan kalung permata Rubi itu, dan sekarang Jesica sedang di kejar-kejar oleh ratusan pria berpakaian hitam di belakang nya.
DOR
DOR
Tidak ingin mati konyol, Jesica juga melepaskan beberapa tembakan nya pada orang-orang yang sedang mengejar nya.
DOR
DOR
DOR
"AAAAKKKKKKKKHHH!!"
Tembakan dari Jesica berhasil menembus jantung salah satu pria yang sedang mengejar nya.
Jangan remehkan seorang Jesica Marry, dia bukan hanya seorang agen rahasia, tapi Jesica merupakan sebuah mesin pembunuh yang sudah di latih dari dia masih berumur delapan tahun.
DOR
DOR
DOR
Dengan lihai Jesica berlari dan melompat menghindari dari kejaran orang-orang di belakang nya, tidak ada raut ketakutan di wajah nya, justru yang ada hanya lah wajah datar tanpa ekspresi.
Jesica sampai di area parkir, napasnya memburu, mata tajam nya melirik jam tangan, sisa waktu untuk melarikan diri semakin menipis, namun di depannya, Jesica melihat sebuah kendaraan yang tak terduga.
Sebuah mobil sport hitam mewah, pintunya terbuka lebar, dan seorang pria berpakaian rapi duduk di kursi pengemudi, wajahnya terlihat familier, tetapi Jesica tak punya waktu untuk memikirkannya.
"Masuk!" teriak pria itu, suaranya terdengar mendesak.
Tanpa ragu, Jesica melompat masuk ke kursi penumpang, dan menutup pintu dengan cepat saat pria itu langsung menginjak pedal gas.
CITTT
DOR
DOR
DOR
Ban mobil berdecit kencang, meninggalkan asap tebal, tembakan terus menyambar, tetapi mobil itu berhasil melaju kencang, meninggalkan para pengejar.
Di dalam mobil, keheningan mencekam. hanya ada suara napas Jesica yang tersengal-sengal dan deru mesin mobil yang membelah malam, Pria di sampingnya terus fokus menyetir, sesekali melirik Jesica dari sudut matanya.
"Kau berutang penjelasan padaku," ucap pria itu akhirnya, suaranya dingin dan datar.
Jesica menoleh, menatap wajah pria itu dengan lebih jelas.
Pria itu adalah Ryan, seorang kolega yang pernah bekerja sama dengannya di beberapa misi, namun Ryan bukanlah seorang agen rahasia, Dia adalah seorang analis data yang sangat berbakat di bidang teknologi.
"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Aku harus kembali ke markas," jawab Jesica, mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
Ryan menghela napasnya panjang, dan mengangguk kan kepala nya.
"Baik, tapi setidaknya kau bisa berterima kasih karena aku sudah menyelamatkan nyawamu," ucap Ryan melirik Jesica.
"Terima kasih," jawab Jesica singkat, matanya tetap terpaku pada jalanan di luar.
Ryan tidak mengatakan apa-apa lagi, dan hanya fokus menyetir, sesekali melirik Jesica yang terlihat lelah, tetapi matanya tetap waspada, Ryan tahu, Jesica adalah mesin pembunuh yang terlatih, perempuan yang duduk di samping nya ini adalah salah satu agen rahasia terbaik yang pernah ia kenal, namun di balik itu, ia juga tahu Jesica adalah wanita yang rapuh, Jesica adalah wanita yang sangat ia kagumi.
Setelah beberapa saat, Ryan menghentikan mobil di depan sebuah bangunan tua. Ia menoleh ke arah Jesica yang sudah siap untuk keluar.
"Ini tempatnya?" tanya Ryan, mengehentikan mobil nya di depan bangunan mewah yang terletak di pinggiran kota.
Jesica mengangguk, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Jesica membuka pintu mobil dan melangkah keluar, namun sebelum Jesica melangkah lebih jauh, Ryan memegang tangannya.
"Jesica hati-hati," ucap Ryan, suaranya terdengar lembut.
Jesica menoleh, menatap Ryan dengan ekspresi datar.
"Aku selalu berhati-hati," jawab Jesica datar.
Jesica melepaskan tangannya dan berjalan pergi. Ryan hanya bisa melihat Jesica menghilang di kegelapan malam, Ryan tahu, Jesica akan kembali ke markasnya, Jesica akan kembali pada kehidupannya yang penuh bahaya, tapi Ryan tidak bisa melakukan apa-apa.
Jesica masuk ke dalam markas nya dengan tatapan datar nya, berjalan ke arah ruangan yang berada di pojok sebelah kanan.
Tok
Tok
Tok
Jesica mengetuk pintu yang ada di depan nya tidak lama pintu itu terbuka dan menampilkan sosok pria bertubuh tinggi.
"Jesica kau sudah kembali," seru pria itu.
"Hem"
Jawab Jesica bergumam lirih.
"Masuklah Tuan Besar sudah menunggumu dari tadi," ucap pria itu mempersilahkan Jesica untuk masuk.
Jesica melangkah kan kaki nya berjalan masuk ke dalam ruangan yang sudah tidak asing lagi bagi nya, di sana Jesica melihat seorang pria paruh baya yang sedang duduk membelakangi dirinya.
"kau sudah datang," ucap pria paruh baya itu membalikkan badannya.
Jesica hanya mengangguk singkat dan mengeluarkan sebuah kalung permata Rubi dari saku celana nya.
Tak
Mata pria paruh baya itu berkilat tajam penuh kepuasan, saat melihat barang incaran nya berhasil Jesica dapatkan.
"Kau memang selalu bisa di andalkan Jesica" ucap pria paruh baya itu tersenyum puas.
Pria paruh baya itu menatap Jessica dengan bangga, Jesica selalu bisa di andalkan dan tidak pernah mengecewakan nya.
"Tidak sia-sia aku menculik mu dari kedua orang tua mu itu, dan melatih mu menjadi orang yang berguna untuk ku sekarang," batin pria paruh baya itu diam-diam tersenyum miring.
Yang Jesica ketahui adalah, bahwa dirinya adalah anak yang dibuang dan ditemukan di tengah jalan oleh pria yang menjadi tuan nya itu, dan di besarkan oleh pria paruh baya itu.
Jesica selalu menuruti perintah pria paruh baya itu, karena Jesica merasa memiliki hutang budi karena pria paruh baya itu, tanpa Jesica ketahui bahwa pria paruh baya itu sengaja menculik Jesica dari orang tua nya dan membunuh kedua orang tua Jesica.
"Bagaimana kau bisa mendapatkan ini?Saya yakin tempat itu di jaga dengan sangat ketat," tanya pria paruh baya itu melihat ke arah Jesica.
"Ya tempat itu memang di jaga dengan ketat oleh ratusan pria terlatih dan bersenjata tajam, Saya hampir tertangkap oleh mereka dan ya saya bisa melarikan diri," jawab Jessica singkat dan datar.
Jesica melihat tuannya, yang ia panggil dengan sebutan Tuan Besar.
"Itu sudah kuduga, kau selalu menemukan jalan keluar Jesica, selalu!" ucap Tuan Besar tersenyum miring.
Tuan Besar bangkit dari kursinya dan berjalan perlahan mengitari Jesica, seperti seekor singa yang mengitari mangsanya.