NovelToon NovelToon
ZONA AMAN DAVINA

ZONA AMAN DAVINA

Status: sedang berlangsung
Genre:BTS / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: timio

Kisah cinta mama dan papa cukup membuatku percaya bahwa luka terkadang membawa hal manis, bagaimana mama pergi agar papa baik-baik saja, tanpa mama tahu, papa jauh lebih terluka sepeninggalnya.

Begitu juga dengan Tante Tania dan Appa Joon, tidak ada perpisahan yang baik-baik saja, tidak ada perpisahan yang benar-benar ikhlas. Bedanya mereka berakhir bersama, tidak seperti mama dan papaku yang harus berpisah oleh maut.

kukira kisah mereka sudah cukup untuk aku jadikan pelajaran, tapi tetap saja, aku penerus mereka dan semua ketololannya.

Aku, Davina David.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Case Close

Sejak kesalahpahaman yang mereka selesaikan di tepi pantai itu, keduanya lebih aware akan banyak hal. Davina tidak lagi makan siang bersama Hansel, hanya bertukar pesan sesekali itu pun jika ada sesuatu yang penting. Hansel tahu posisinya, seperti yang Davina sebutkan pada Kai, Hansel tahu batasannya. Ia tidak lagi ke bukit belakang jika tidak bersama Kai, makan siang pun kini ia lebih memilih di antarkan ke pos mereka atau ia kembali ke kamarnya.

Begitu pun Kai, ia benar-benar meng cut off Nadine Evangelista dari kehidupannya di Safe Zone. Karena cukup terganggu dengan spam pesan yang di kirim Nadine ia bahkan sampai memblokir kontaknya.

Ada satu hal yang mengganggu pikiran Kai sejauh ini, ucapan Davina tempo hari, ketika mereka ditepi pantai.

"Kai... "

"Sayang, bukan Kai."

Protesan itu di tanggapi oleh kekehan lirih Davina dan mendongak. Kai kembali mendaratkan bib!r nya disana, dan mengecup singkat.

"Setelah anak-anakku di kids camp punya tempat yang nyaman, aku bakal kembali ke Seleste Ville. Aku mau kembali ke Emery, kamu masih disini atau juga sama kayak aku Kembali ke tempat asal?".

Sekarang ia bingung. Entah apa yang ia rasakan sebenarnya, kekasihnya itu ternyata sudah punya rencana sejak awal, sedangkan dirinya, ia hanya berfokus pada Davina.

"Dok... Dokter Kai... "

"Hah? Iya kenapa sus? ".

" I-itu dok, infus anaknya."

"Astaga, aduh... Maaf, maaf ya nak. Om dokter laper belum makan siang, hehehe... ".

Sedangkan anak yang infusnya baru dirapikan itu hanya tersenyum. Bahkan infus yang biasa ia lakukan tidak sampai 3 menit itu kini bahkan hampir 15 menit lamanya karena sisanya ia melamun menatap pergelangan tangan anak kecil itu.

Apa yang ia lakukan nanti?

Save zone juga sudah membaik jauh dari sebelumnya, dan tidak ada salahnya juga ia meninggalkan rumah sakit Pandora, tapi jarak Mithnite - Seleste Ville 8 Jam jarak tempuh mobil, apakah LDR akan jadi jawaban hubungan mereka kali ini? Apa ia sanggup?

"Dok... "

Senyum lebar gadis itu sangat memuakkan Kai, siapa lagi kalau bukan Nadine.

"Ada apa?".

"Ngga papa, cuma mau mampir hehe. Kamu udah makan siang? Atau mau aku pesenin biar di anter kesini."

"Ngga, Nadine. Makasih. Kalau ngga ada urusan yang penting - penting amat kamu boleh pergi, aku masih ada pasien."

"Kai."

"Apa lagi?". Kai benar-benar malas saat ini.

"Apa kamu ngga penasaran kenapa aku pergi waktu itu?".

"Ngga." Jawab Kai datar sambil membuka pintu lebar-lebar agar Nadine keluar.

Nadine menggigit bibirnya, dan luruhlah sebulir air bening meluncur membelah pipi mulusnya.

"Kai... Sebentar aja liat aku Kai. Maaf aku pergi terlalu lama, aku minta maaf Kai. Maaf hiks... Waktu itu kecelakaan."

Deg

Netra Kai menatap ke arahnya, dan berfokus pada netra basah yang merah itu.

"Gotcha...", batin jahat dengan wajah yang menyedihkan itu.

"Aku ngga tahu harus apa waktu itu? Kita mau menikah tapi aku ngga mau kamu lihat aku ketika aku jelek kayak gitu, muka aku hancur Kai, butuh waktu lama banget aku balikin wajah aku ini. Aku malu, aku mohon-mohon sama seluruh keluargaku supaya ngerahasiain ini semua dari keluarga kamu, maafin aku Kai... ", jeritnya.

Bugh...

"NADINE... !!!", teriak Kai panik menghampiri Nadine yang tumbang didepannya. " Nadine... Nadine... Kamu dengar aku Nadine...!!! ", lalu ia tergopoh-gopoh menggendong Nadine keluar dari pos nya untuk memasuki gedung rumah sakit.

🍁🍁

.

.

Davina hanya terpaku menatap layar ponselnya, entah dari mana pula wanita syaland itu mendapatkan nomor ponselnya, tapi yang jelas jantungnya berdebar sekali saat ini, mencelos hebat melihat yang seharusnya tidak ia lihat meski hanya dari layar ponsel.

Ternyata orang lama masih lah pemenangnya, untuk kedua kali percintaannya gagal. Ia lalu pergi ke tempat sunyi favoritnya, dimana lagi kalau bukan bukit kecil dibelakang rumah sakit. Rasanya kali ini lebih biru dari sebelumnya, ia duduk menatap jauh entah kemana dengan jas dokter lain yang ia peluk di dadanya, bertuliskan Dr. Ricky Nam.

Jika saja Ricky masih disini, ia akan menangis keras padanya, mungkin ia akan meminta Ricky membawanya jauh pergi seharian. Tapi, pria berdimple manis itu, pria baik itu, lebih mencintai Tuhan sepertinya makanya ia pergi lebih cepat. Sekarang otak kesalnya berharap andai saja Kai yang menggantikan posisi Ricky.

"Mikir apa sih gua." batinnya menyesal menyumpahi Kai.

Tidak lama setelahnya sesegukannya terdengar, apakah dewasa memang se menyakitkan ini? Apakah takdirnya hampir - hampir sama dengan tantenya Tania?

Sukses dengan karir, kasih sayang berlimpah dari keluarga dan sahabat, materi yang lebih dari cukup, tapi gagal dengan kehidupan pribadi, apakah akan seperti itu? Tapi dimana ia akan menemukan yang seperti Joon Young atau pun Bryan?

Tap

Satu usapan lembut mendarat di pundak Davina. Ia buru-buru mendongak, selain terkejut ia hanya berharap itu Kai. Dan ia kembali kecewa, yang datang adalah Hansel.

"Kenapa?".

Davina hanya menggeleng tapi air matanya tetap berhamburan.

"Kamu udah makan?".

Sekali lagi Davina tidak merespon apa-apa, menggeleng pun tidak. Ia hanya fokus pada sesegukannya yang kembali tanpa izin, dan saat ini tubuhnya sudah di raih Hansel untuk ia dekap. Tepukan hangat sedikit menenangkan dirinya, entah karena memang ia cukup lelah hari itu, ditambah lagi di penghujung jam kerjanya, ia melihat prianya sibuk mengkhawatirkan wanita lain, rasa kantuk menderanya di pelukan pria yang pernah menghangatkan hatinya dulu.

Dan ia benar-benar tertidur disana.

Hingga Hansel menggendongnya sampai ke kamar asrama Davina, lorong itu hening, karena satu persatu tenaga relawan medis sudah kembali ke asal mereka, hanya sisa beberapa Davina salah satunya. Sepeninggal Claren, ia hanya sendirian di kamar yang cukup luas itu.

Hansel meletakkan tubuh ringkih itu dengan hati-hati, menatap sendu dan bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi? Apa si dokter syaland itu menyakitinya? Tapi mereka kelihatan baik-baik saja sebelumnya. Apa dia ada masalah keluarga? Itu itu saja pertanyaan yang muncul dipikiran Hansel.

🍁🍁

Pagi menyapa, meski kepalanya sedikit berdenyut ia harus tetap bangun, meski pagi ini menyebalkan, ia harus bangun untuk pasien dan anak-anaknya di Kids Camp.

"Ah, dianterin Hansel ternyata." Gumamnya sembari menatap layar ponselnya berisikan pesan dari Hansel.

.

.

Dan pesan dari nomor lain yang isinya sungguh syaland 🥲

.

.

Padahal sedih kemarin belum berkurang sedikitpun, pagi ini ia awali dengan sesuatu yang benar-benar menghujam ulu hatinya. Padahal Nadine benar, ia sedang sesegukan di toilet. Beberapa saat kemudian, pop up notifikasi pesan baru muncul, awalnya ia tersenyum tipis karena pengirim pesan itu berkontak nama pesan Hak Milik dengan emoji tenda berharap ada klarifikasi yang menyembuhkan sedikit lukanya tapi ternyata itu hanya pesan syaland yang lain.

.

.

Annyeong yeorobun? Beberapa saat kedepan kita nangis - nangisan dulu ya, otor lagi gabut aja pengen sedih weh ehehehe... See you next capter 💜💜

.

.

.

TBC... 🍁

1
Mamah Mput(Bilanoure)
huwaaaaa Dady namu 💜💜💜
Timio: hehehe blio debut 💜
ikutin terus ya my 💜
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!