Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Tubuh Bram seketika membeku. Jantungnya pun berdetak kencang tidak karuan, rasa takut tiba-tiba memenuhi jiwa hingga tubuhnya gemetar. Apa aksinya diketahui oleh Rosalinda? Menguping pembicaraan yang tidak seharusnya ia dengar. Apakah dirinya akan dieksekusi sama seperti yang akan dilakukan kepada Erlin?
"Ya Tuhan, ampunilah segala dosa-dosa yang pernah hamba perbuat. Hamba merasa hidup hamba tak akan lama lagi," gumamnya, perlahan memutar badan dengan ketakutan. "Vi-Viona?" gumamnya lagi, seketika menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.
"Lagi ngapain kamu di sini, Bram? Apa diam-diam kamu sedang mengintai rumah ini? Mau mencuri? Atau--"
"Enak aja kamu nuduh saya mau mencuri? Biar gini-gini, orang tua saya kaya dan kamu tau sendiri itu," sela Bram, bahkan sebelum Viona menyelesaikan apa yang hendak diucapkan.
"Terus, kenapa kamu sembunyi di bawah tangga dan mengendap-endap kayak orang yang mau maling?"
Bram terdiam, kembali melangkah menjauh dari tempat persembunyiannya tanpa menimpali ucapan Viona. Ia merasa ada hal yang lebih penting yang harus ia sampaikan kepada Candra dibandingkan meladeni celotehan Viona yang ia rasa tidak ada gunanya. Akan tetapi, Viona tiba-tiba menarik pergelangan tangan Bram, memaksanya berjalan menuju area belakang rumah tersebut.
"Kamu apa-apan, Viona? Lepasin saya," pinta Bram dengan kesal.
Bukannya mengikuti permintaan Bram, yang dilakukan oleh Viona adalah mencengkram erat pergelangan tangan pria itu, membawanya ke halaman belakang dan menghentikan langkah tepat di depan kolam renang berukuran besar di mana airnya yang jernih nampak memenuhi kolam. Bram kesal, menepis telapak tangan Viona dengan kasar.
"Sebenarnya mau kamu apa, hah? Kenapa kamu bawa saya ke sini? Gak jelas banget sih jadi orang," bentak Bram dengan mata membulat.
Viona menarik napas panjang, menghembuskannya secara perlahan lalu berujar, "Dengerin aku, Bram. Aku mau ngomong penting banget sama kamu."
"Ngomong penting apa, Viona? Kalau kamu mau ngomongin hubungan kita, lebih baik gak usah. Saya udah move on dari kamu," jawab Bram dengan sinis.
"Dasar sombong. Yakin, kamu udah move on dari aku? Kemarin aja mohon-mohon gak mau putus dari aku."
"Ya itu kemarin, sekarang udah nggak lagi. Saya lagi fokus sama perkejaan saya," jawab Bram lalu berbalik dan hendak melangkah.
"Tunggu dulu, Bram. Aku belum selesai ngomong. Astaga!" decak Viona, kembali meraih pergelangan tangan Bram, menahan kepergiannya. Namun, lagi-lagi pria itu menepis telapak tangan Viona dengan kasar.
"Apaan sih?" decak Bram, semakin merasa kesal.
"Dengerin aku, Bram. Aku tau kamu masih cinta sama aku. Aku bisa melihat cinta di mata kamu," ucap Viona, memandang lekat wajah Bram. "Kamu gak bisa bohong sama aku, Bram. Eu ... aku bersedia ko nerima kamu jadi pacarku lagi, asalkan--" Viona menahan ucapannya.
"Asalkan apa?" tanya Bram dengan wajah datar, tapi hatinya kembali bergetar. Ya, rasa itu memang masih tersisa di hatinya.
"Asalkan kamu mau jadi mata-mata aku."
"Hah?"
"Iya, mata-mata aku. Kamu laporin semua yang dilakukan sama Candra, dan aku janji akan jadi pacar yang baik buat kamu. O iya satu lagi, eu ... apa Candra sama Mbak Erlin pacaran?"
Bram terdiam, memandang Viona dari ujung kaki hingga ujung rambut. Jujur, cintanya untuk wanita itu masih tersimpan rapi di dalam hatinya, tapi dirinya tidak mungkin mengkhianati Candra dan melupakan imbalan yang dijanjikan oleh pria itu, memberikan salah satu cabang perusahaan PT Sejahtera Abadi kepadanya.
"Kenapa kamu diem aja, Sayang?" tanya Viona seraya meraih lalu menggenggam telapak tangan Bram. "Kamu mau 'kan balikan sama aku? Aku tau, kamu masih cinta sama aku dan aku pun sebenarnya punya perasaan yang sama. Aku juga masih cinta sama kamu dan--" ucapan Viona terhenti saat mendengar suara Erlin
"Sedang apa kalian?" seru Erlin dari kejauhan, memandang tajam wajah Bram dan Viona secara bergantian.
Viona mendengus kesal seraya melepaskan genggaman tangan Bram. "Astaga, ngerusak suasana aja sih?" gumamnya, seraya menoleh dan menatap wajah Erlin dengan kesal.
Hal yang sama pun dilakukan oleh Bram, pria itu menoleh dan memandang wajah Erlin. Rasa lega seketika memenuhi dada, melihat kekasih dari atasannya itu baik-baik saja membuat hatinya tenang. Setelah mendengar percakapan Rosalinda dengan pria bernama Doni, ia tahu bahwa nyawa Erlin sedang dalam bahaya.
"Syukurlah Anda baik-baik aja, Mbak Erlin," batin Bram seraya menarik napas dalam-dalam.
Erlin menghentikan langkah tepat di depan mereka berdua. "Siapa yang bilang kalian boleh pacaran di sini, hah?" bentaknya kepada Viona.
"Siapa yang pacaran sih?" decak Viona dengan santai.
"Kebetulan saya ketemu sama Anda, Mbak. Boleh kita bicara sebentar? Penting banget," pinta Bram dengan wajah serius.
"Sorry, gak bisa, Bram," jawab Erlin dengan dingin.
"Sebentar aja, Mbak. Penting banget."
Viona seketika mengerutkan kening, memandang wajah Bram dengan kesal. Sebenarnya, apa yang hendak dibicarakan oleh Bram kepada Erlin? Kenapa sepertinya penting sekali hingga membuatnya penasaran. Batin Viona bertanya-tanya.
"Lain kali aja ngomongnya, Bram. Sekarang udah malem, lebih baik kamu istirahat," ucap Erlin masih dengan raut wajah yang sama, lalu mengalihkan pandangan mata kepada Viona. "Kamu juga istirahat, Viona. Besok kita ada pekerjaan penting."
"Iya, bentar lagi. Aku belum selesai ngomong sama Bram," jawab Viona dengan dingin, lalu mengalihkan pandangan mata kepada Bram. "Aku gak akan minta kamu ngejawab sekarang, Bram. Kamu pikir-pikir aja dulu. Beri aku jawaban kalau kamu udah yakin. Oke?" Ucapan terkahir Viona sebelum wanita itu berbalik lalu melangkah meninggalkan Bram dengan diikuti oleh Erlin.
Bram hanya bisa menatap kepergian mereka dengan perasaan bingung. Ia belum sempat mengatakan kepada Erlin bahwa nyawanya sedang dalam bahaya. Dirinya pun belum sempat menyampaikan pesan dari Candra karena ada Viona di sana. Meskipun begitu, ia merasa lega karena Erlin baik-baik saja.
"Saya harus cepat kasih tau Pak Candra tentang apa yang saya dengar tadi," gumamnya lalu berbalik dan melangkah memasuki rumah mewah dua lantai milik Rosalinda.
***
"Apa?" seru Candra dengan mata membulat saat mendengar Bram menceritakan apa yang dia dengar.
"Saya yakin, Pak Bos, Ibu Anda pasti disekap di salah satu ruangan di rumah ini," ucap Bram meyakinkan.
Candra seketika berdiri tegak. "Kita harus cari Ibu sekarang juga sebelum terlambat, Bram," ucapnya dengan khawatir.
Bram sontak melakukan hal yang sama. "Saya siap menemani Anda mencari Ibu Anda. Kalau perlu, kita geledah setiap ruangan di rumah ini sampai beliau ketemu."
Candra menganggukkan kepala, lalu melangkah menuju pintu dan membukanya. Namun, tubuhnya seketika terbeku saat melihat Rosalinda tengah berdiri di depan pintu. Memandang wajahnya dengan senyum kecil.
"Mau ke mana kamu, Candra?"
Bersambung ....
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭