NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam

Warisan Mutiara Hitam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

Takdirnya telah dicuri. Chen Kai, dulu jenius nomor satu di klannya, kini hidup sebagai "sampah" yang terlupakan setelah Akar Spiritualnya lumpuh secara misterius. Tiga tahun penuh penghinaan telah dijalaninya, didorong hanya oleh keinginan menyelamatkan adiknya yang sakit parah. Dalam keputusasaan, dia mempertaruhkan nyawanya, namun berakhir dilempar ke jurang oleh sepupunya sendiri.

Di ambang kematian, takdir mempermainkannya. Chen Kai menemukan sebuah mutiara hitam misterius yang menyatu dengannya, membangkitkan jiwa kuno Kaisar Yao, seorang ahli alkimia legendaris. Dari Kaisar Yao, Chen Kai mengetahui kebenaran yang kejam: bakatnya tidak lumpuh, melainkan dicuri oleh seorang tetua kuat yang berkonspirasi.

Dengan bimbingan sang Kaisar, Chen Kai memulai jalan kultivasi yang menantang surga. Tujuannya: mengambil kembali apa yang menjadi miliknya, melindungi satu-satunya keluarga yang tersisa, dan membuat mereka yang telah mengkhianatinya merasakan keputusasaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cakar Pemecah Batu

Chen Kai berjalan keluar dari pintu megah Paviliun Seratus Harta Karun.

Meskipun masih pagi, jalanan utama di distrik komersial sudah mulai ramai. Beberapa pedagang kaki lima dan pelanggan yang berlalu-lalang melirik ke arah sosok berkerudung yang keluar dari paviliun. Mereka melihat penjaga paviliun yang biasanya sombong membungkuk hormat padanya.

Bisikan-bisikan pelan terdengar. "Siapa itu? Mendapat perlakuan seperti itu?" "Sepertinya orang penting. Mungkin dari keluarga besar?"

Chen Kai mengabaikan mereka. Dia menarik tudungnya lebih dalam dan mempercepat langkahnya, berbelok ke gang sempit yang sepi.

Dia tidak langsung kembali ke rumahnya. Dia perlu tempat untuk berpikir. Dia terus berjalan, menggunakan gang-gang belakang untuk menghindari keramaian, sampai dia tiba di tepi distrik kumuh, dekat dengan gerbang kota.

"Kau terlalu menarik perhatian," suara dingin Kaisar Yao memecah kesunyian di benaknya. "Berjalan seperti bangsawan yang menyamar. Kau seharusnya bergerak seperti hantu."

"Aku sedang belajar," balas Chen Kai dalam hati. Dia bersandar di dinding batu yang lapuk, mengamati gerbang kota dari kejauhan.

"Belajarlah lebih cepat," cibir Yao. "Berita tentang Pil Pengumpul Qi akan menyebar seperti api. Dalam tiga hari, setiap ahli di atas tingkat lima di Kota Awan Jatuh akan berkumpul di pelelangan itu."

Chen Kai mengangguk. "Aku tahu."

"Kau tidak tahu apa-apa," bentak Yao. "Para ahli itu termasuk Patriark Mudamu, Chen Wei. Menurut ingatanmu, dia berada di puncak Alam Kondensasi Qi tingkat tujuh, selangkah lagi ke tingkat delapan. Dia akan ada di sana. Chen Long, yang baru saja menerobos ke tingkat lima, juga akan ada di sana. Keluarga Zhang dan Keluarga Wei akan mengirim tetua mereka. Kota Awan Jatah memiliki setidaknya tiga atau empat kultivator tingkat enam yang bersembunyi. Dan kau? Kau baru saja menstabilkan tingkat lima."

Jantung Chen Kai berdebar sedikit lebih cepat. Chen Wei. Nama itu membawa beban yang sangat berat. Pria yang telah duduk diam dan membiarkan dia dan adiknya diusir.

"Kau pikir kau bisa menantang mereka?" lanjut Yao. "Kau pikir tingkat lima milikmu, yang didapat dari menelan pil, bisa menandingi tingkat lima milik Chen Long, yang telah berlatih di bawah bimbingan tetua keluarga selama bertahun-tahun? Fondasimu kuat, ya. Qi cairmu seratus kali lebih murni. Tapi kau tidak tahu cara bertarung."

Ini adalah kebenaran yang pahit. Chen Kai mengepalkan tinjunya. "Lalu apa yang harus kulakukan?"

"Kau punya tiga hari. Kau harus berlatih." "Aku sudah berlatih..." "Bukan! Kau telah berkultivasi. Kau telah menyerap energi. Itu seperti mengumpulkan mesiu. Tapi kau tidak tahu cara membuat peluru, apalagi cara menembakkan pistol. 'Langkah Bayangan Naga' hanya untuk lari. Jika kau terpojok, kau akan mati."

Chen Kai terdiam. Yao benar. Saat melawan Raja Serigala, dia hanya mengandalkan insting dan kekuatan kasar.

"Sudah waktunya kau mempelajari teknik ofensif sejati," kata Yao, nadanya menjadi serius untuk pertama kalinya. "Sutra Hati Kaisar Naga Abadi adalah fondasimu. Sekarang, aku akan mewariskan jurus serangan pertama dari 'Sembilan Segel Naga Pemecah Surga'."

Mata Chen Kai berbinar.

"Dengarkan baik-baik, bocah. Teknik ini adalah teknik ilahi. Bahkan remah-remah yang kuajarkan padamu jauh melampaui apa pun yang bisa dibayangkan oleh semut-semut di kota ini. Jurus pertama disebut... Segel Naga Pertama: Cakar Pemecah Batu."

Sebuah gelombang informasi yang kompleks—rumit, kuno, dan sangat kuat—membanjiri pikiran Chen Kai. Dia melihat gambaran samar seekor naga emas raksasa mengayunkan cakarnya, menghancurkan gunung dan merobek langit.

Chen Kai terhuyung dan hampir jatuh. Dia terengah-engah, dahinya dibanjiri keringat dingin.

"Itu... itu..." "Itu hanya 1% dari gambaran aslinya. Otakmu akan meledak jika aku menunjukkan semuanya," kata Yao. "Jurus ini memfokuskan Qi cair di dantianmu, memadatkannya melalui 36 meridian tertentu di lenganmu, dan meledakkannya melalui lima jarimu. Ini bukan sekadar pukulan. Ini adalah manifestasi dari kekuatan naga. Ini merobek, menghancurkan, dan memusnahkan."

Chen Kai merasakan darahnya mendidih karena kegembiraan. "Bagaimana cara melatihnya?"

"Kau tidak bisa melatihnya di sini. Pergi ke Hutan Kabut Binatang. Cari tempat terpencil. Kau punya tiga hari. Jika kau bahkan tidak bisa menguasai bentuk dasarnya dalam tiga hari, lupakan saja balas dendam."

Tanpa ragu sedikit pun, Chen Kai berbalik dan berlari menuju gerbang kota. Para penjaga, yang terbiasa melihatnya sebagai pengumpul ramuan, bahkan tidak meliriknya dua kali saat dia membayar biaya keluar yang kecil dan menghilang ke jalan setapak menuju hutan.

Satu jam kemudian, Chen Kai berada jauh di dalam Hutan Kabut Binatang. Dia menemukan sebuah lembah kecil tersembunyi dengan air terjun dan beberapa batu besar—tempat yang sempurna.

"Baiklah, aku di sini," kata Chen Kai, napasnya sedikit terengah.

"Mulai," perintah Yao. "Kosongkan pikiranmu. Rasakan seratus tetes Qi cair di dantianmu. Jangan memaksanya. Panggil satu tetes."

Chen Kai menutup matanya. Dia berkonsentrasi. Satu tetes Qi emas gelap meninggalkan lautan di dantiannya dan mulai bergerak ke atas, memasuki meridian di lengan kanannya.

"Sekarang, ikuti jalur yang kutunjukkan padamu. Ada 36 titik akupunktur yang harus dilewatinya, dalam urutan yang tepat, untuk mengompres dan memperkuat energinya."

Chen Kai mencoba. Dia mengarahkan Qi itu ke titik pertama... kedua... ketiga...

Di titik keempat, jalurnya bercabang. Dia ragu-ragu. "Idiot! Ke kiri!" bentak Yao. Chen Kai tersentak, dan konsentrasinya buyar. Tetesan Qi itu mendesis dan energinya menghilang, diserap kembali oleh tubuhnya.

Dia membuka matanya, frustrasi. "Ini sulit." "Tentu saja sulit! Jika mudah, semua orang akan melakukannya. Ulangi!"

Chen Kai menarik napas dalam-dalam. Dia mencoba lagi. Kali ini, dia berhasil melewati 12 titik sebelum dia salah berbelok. Qi-nya menghilang lagi.

"Lagi!" "Lagi!" "Kau menyebut itu konsentrasi? Nenekku yang sudah mati bisa lebih fokus!"

Selama sisa hari pertama, Chen Kai gagal total. Dia menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk mencoba mengalirkan satu tetes Qi melalui 36 titik meridian tanpa kehilangan kendali. Dia basah kuyup oleh keringat. Dia bahkan belum sampai pada tahap menyerang.

Matahari mulai terbenam. "Cukup untuk hari ini," kata Yao, suaranya terdengar lelah. "Kau payah. Tapi setidaknya kau gigih. Pulihkan Qi-mu."

Chen Kai duduk dalam posisi lotus dan mulai menjalankan 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi'. Qi spiritual di udara tersedot ke arahnya. Dia menyadari bahwa kegagalan berulang kali ini, menghabiskan dan memulihkan satu tetes Qi, sebenarnya memperkuat kontrolnya.

Hari kedua. Chen Kai bangun sebelum fajar.

"Hari ini," kata Yao, "kau akan menyerang." "Tapi aku bahkan belum berhasil..." "Lakukan saja! Kadang-kadang tubuh belajar lebih cepat dengan tindakan."

Chen Kai berdiri di depan sebuah batu besar seukuran kereta kuda. "Fokus!" perintah Yao. "Panggil Qi-nya! Alirkan!"

Chen Kai menarik napas dalam-dalam. Dia memvisualisasikan 36 titik. Dia mengalirkan satu tetes Qi emas... Titik 1... 5... 10... Dia bisa merasakan energi yang menakutkan mulai terbentuk di lengannya. Lengannya mulai terasa berat dan panas. Titik 20... 30... 35... Titik 36!

"Sekarang!" teriak Yao. "Bentuk Cakar Naga di pikiranmu! Dan lepaskan!"

Chen Kai meraung. Dia mengayunkan tangan kanannya ke batu besar itu. "Cakar Pemecah Batu!"

FUSSSHHH!

Energi emas gelap itu meledak dari ujung jarinya, tetapi alih-alih fokus, energi itu menyebar seperti kembang api yang gagal. Itu hanya menghanguskan permukaan batu, meninggalkan bekas hitam gosong selebar piring.

Chen Kai terlempar ke belakang dan dia jatuh terduduk. Lengannya gemetar hebat dan terasa mati rasa.

"Kontrolmu seperti lumpur!" hina Yao. "Kau mengumpulkannya, lalu kau membiarkannya meledak seperti petasan murahan! Kau tidak memfokuskannya! Kau harus memadatkannya di ujung jarimu, membentuknya menjadi lima bilah energi yang tajam! Ulangi!"

Selama berjam-jam, Chen Kai terus mengulangi proses itu. Dia menyerang batu itu lagi dan lagi. FUSSH! (Gagal) FSSSH! (Gagal)

Dia kehabisan Qi cair setelah sekitar sepuluh kali mencoba. Dia akan bermeditasi selama satu jam untuk memulihkan diri, lalu mencoba lagi.

Dia mencoba 50 kali. Batu itu hanya memiliki banyak bekas gosong.

"Berhenti!" teriak Yao. "Kau bodoh. Kau mencoba terlalu keras. Ini bukan tentang kekuatan mentah, ini tentang niat. Niatmu adalah menghancurkan. Seharusnya tidak begitu. Niatmu harus merobek. Bayangkan cakarmu adalah benda paling tajam di alam semesta, dan batu itu hanyalah kertas."

Chen Kai menutup matanya. Merobek, bukan menghancurkan.

Dia mengangkat tangannya lagi. Dia mengalirkan Qi-nya. Kali ini, dia tidak meraung. Dia mengalirkan napasnya dengan stabil. Dia membayangkan lima bilah cahaya emas gelap memanjang dari jari-jarinya.

Dia melangkah maju dan mengayunkan tangannya dengan gerakan merobek yang terkendali.

KRRRIIIIKKK!

Suara melengking yang mengerikan terdengar. Lima goresan sedalam satu inci terukir di permukaan batu besar itu!

Chen Kai menatap tangannya, lalu ke batu. Dia berhasil!

"Lumayan," gumam Yao, untuk pertama kalinya terdengar sedikit terkesan. "Sekarang, ulangi seribu kali."

Hari ketiga. Matahari baru saja melewati puncaknya.

Chen Kai berdiri di depan batu besar itu. Batu itu sekarang penuh dengan ratusan bekas cakar yang dalam, beberapa bahkan sedalam setengah kaki.

Dia kelelahan, tetapi matanya bersinar terang. Dia telah berlatih tanpa henti. Dia bisa merasakan Qi cairnya menjadi lebih padat, dan kontrolnya jauh lebih tajam.

"Lagi," katanya pada diri sendiri.

Dia baru saja akan mengangkat tangannya ketika telinganya menangkap suara gemerisik dahan patah.

Dia berbalik. Tidak jauh dari sana, seekor Babi Hutan Berduri Baja—binatang iblis Tingkat Empat Puncak—sedang menatapnya. Matanya merah karena lapar dan marah karena wilayahnya diganggu.

Babi hutan itu mendengus, lalu menyerbu ke arahnya seperti tank lapis baja kecil.

Di masa lalu, Chen Kai akan menggunakan 'Langkah Bayangan Naga' untuk menghindar.

Tapi sekarang, dia berdiri teguh.

"Sempurna," bisiknya.

Dia tidak panik. Dia melihat babi hutan itu mendekat. Waktu seolah melambat. Dia melihat titik di antara mata binatang itu.

Dia menarik napas dalam-dalam. Dia memanggil dua tetes Qi cair emas gelap. Dia mengalirkannya melalui 36 titik meridian. Lengannya bersinar dengan cahaya keemasan yang menyilaukan.

Tepat saat babi hutan itu berada dalam jangkauan, Chen Kai tidak menghindar. Dia maju selangkah.

"Segel Naga Pertama: Cakar Pemecah Batu!"

Dia tidak menyerang secara horizontal. Dia menebas secara vertikal.

ZRAASSSHHH!

Tidak ada ledakan besar. Hanya ada suara robekan yang mengerikan.

Chen Kai melintas melewati babi hutan itu. Dia berdiri di belakangnya, lengannya masih dalam posisi mencakar.

Babi hutan itu membeku. Sesaat kemudian, garis merah tipis muncul di tengah kepalanya. Garis itu melebar, dan kepala babi hutan itu terbelah menjadi dua. Binatang itu ambruk ke tanah, mati seketika.

Chen Kai menurunkan lengannya, napasnya sedikit berat. Dia menatap tangannya. Dia telah melakukannya.

"Hmph. Lumayan," kata Yao. "Kau akhirnya bisa menggaruk. Tapi jangan sombong. Kau baru saja menyentuh permukaan dari segel pertama. Kau bahkan belum bisa menyebutnya 'menguasai'."

Chen Kai tersenyum tipis. Itu adalah pujian tertinggi yang pernah diberikan Yao.

Dia mengambil inti iblis tingkat empat itu dan pergi ke air terjun untuk membersihkan darah di tubuhnya. Dia menatap pantulannya di air. Masih wajah yang sama, tetapi matanya berbeda. Lebih tajam, lebih dingin, dan dipenuhi keyakinan.

Dia sekarang bukan hanya seorang kultivator Tingkat Lima. Dia adalah seorang pejuang.

Matahari mulai terbenam di ufuk barat. Dia mengenakan kembali jubah hitamnya, menarik tudungnya, dan mulai bergerak kembali ke Kota Awan Jatuh menggunakan 'Langkah Bayangan Naga'.

Wusss.

Dia meluncur menembus pepohonan seperti hantu.

'Besok adalah hari pelelangan,' pikirnya, matanya tertuju ke arah kota. 'Chen Long... Chen Wei... Aku datang.'

1
wisnu
semangat thor💪
alfariz aditya
ceritanya sejauh ini bagus👍👍
Bucek John
harta menang perang gak peenah diambil walau kultivator masih sabgat mesken sekaki...!!! apalagi tdk punya cincinbruang walau hanya kecil saja, hambar belum nambahkeseruan ...!!
Joe Maggot Curvanord
lanjut thor
awas kalo sampai putus d tengah jalan critanya aku cari penulisnya wkwkwkw
Joe Maggot Curvanord
alurnya bagus banget
ga terlalu cepat op
pelan berdarah tapi pasti
saya suka
byk bintang untuk penulis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!