NovelToon NovelToon
SISTEM MEMINDAH JIWAKU KE TUBUH GADIS BODOH

SISTEM MEMINDAH JIWAKU KE TUBUH GADIS BODOH

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Transmigrasi / Permainan Kematian / Sistem
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: chiisan kasih

Kinara, seorang pejuang akademis yang jiwanya direnggut oleh ambisi, mendapati kematiannya bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah misi mustahil. Terjebak dalam "Sistem Koreksi Generasi: Jalur Fana", ia ditransmigrasikan ke dalam raga Aira Nadine, seorang mahasiswi primadona Universitas Cendekia Nusantara (UCN) yang karier akademis dan reputasinya hancur lebur akibat skandal digital. Dengan ancaman penghapusan jiwa secara permanen, Kinara—kini Aira—dipaksa memainkan peran antagonis yang harus ia tebus. Misinya: meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna dan "menaklukkan" lima pria yang menjadi pilar kekuasaan di UCN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiisan kasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PROYEK PHOENIX DAN DALANG DI ATAS SERENA

Keheningan yang menyelimuti ruang arsip kuno terasa lebih berat daripada tumpukan debu di rak-rak. Kami bertiga terpaku pada layar laptop Dimas. Pesan anonim itu, dengan ancaman yang dingin dan sebutan 'Proyek Phoenix', berfungsi sebagai pengingat brutal: kami baru saja melangkah dari arena kampus ke kancah pertempuran korporat-nasional.

“Tumpukan sampah,” bisik Dimas, mengulang frasa di pesan itu. “Mereka mengancam akan mengirimmu kembali ke tumpukan sampah. Itu bukan bahasa administrasi kampus, Amara. Itu adalah bahasa kekuasaan yang kejam.”

Pak Arka, yang biasanya tenang, kini terlihat pucat. “Ini konfirmasi. Serena hanyalah operator. Ada lapisan kekuasaan lain yang jauh lebih tinggi. Dan mereka tahu persis siapa kita—atau setidaknya, siapa ‘Amara yang baru’.”

Aku menarik napas panjang, memaksakan diri untuk berpikir jernih meskipun adrenalin masih memompa. “Jika mereka tahu tentangku, mereka pasti juga tahu tentang Rendra yang memberikan kunci. Dan mereka tahu aku mendapatkan data. Tetapi mengapa mereka memberi peringatan? Mengapa tidak langsung menghancurkanku?”

“Karena kau memiliki aset,” jawab Dimas, matanya menajam, kembali ke mode jurnalis. “Kau memiliki data. Kau memiliki perhatian publik. Menghancurkanmu sekarang hanya akan mengkonfirmasi semua kecurigaan. Mereka ingin kau berhenti secara sukarela, atau kau akan dihancurkan dengan cara yang bersih, tanpa menimbulkan skandal baru.”

Pak Arka mengangguk setuju. “Ini adalah strategi kontrol elit. Mereka mengizinkanmu bermain di tepi jurang, bahkan membiarkanmu menang sesekali—seperti kasus Rendra—untuk memberikan ilusi kebebasan. Tetapi begitu kau menyentuh inti struktur kekuasaan mereka, seperti Proyek Phoenix ini, mereka menarikmu kembali dengan ancaman.”

“Lalu, apa itu Proyek Phoenix?” tanyaku, memutar kembali memori Amara. Tidak ada apa pun. Nama itu asing, bahkan bagi jiwa Kinara yang telah mengakses data SPU sebelumnya.

“Phoenix adalah simbol kelahiran kembali dari abu,” kata Pak Arka, kembali ke mode sosiolog. “Secara korporat, ini sering merujuk pada restrukturisasi besar-besaran, biasanya setelah krisis. Mengingat Bapak Surya (Target 4) disebutkan sebagai pengawas, ini pasti terkait dengan investasi Konglomerat dalam sistem pendidikan.”

“Atau lebih buruk,” sela Dimas, menggulir data enkripsi yang baru ia dapatkan. “Jika ini adalah Proyek ‘Kelahiran Kembali’, mungkin ini adalah rencana untuk mengganti seluruh sistem ranking yang ada—bukan dengan yang lebih baik, tetapi dengan sistem yang 100% dikendalikan korporat. Membakar yang lama untuk mendirikan tirani baru.”

Aku merasakan dingin menjalar di punggungku. Aku tidak diutus ke sini hanya untuk membersihkan nama Amara. Aku diutus untuk mengoreksi generasi. Jika Proyek Phoenix ini adalah evolusi dari Sistem Koreksi Generasi, maka misiku belum selesai, bahkan baru dimulai.

“Aku harus tahu lebih banyak tentang Surya,” kataku. “Dia adalah Target 4, dan sekarang dia adalah pengawas kita. Dia adalah kunci ke Proyek Phoenix.”

Dimas menaikkan alisnya. “Kau berencana mendekatinya? Setelah semua yang kau lakukan untuk membongkar jaringannya?”

“Aku tidak mendekatinya untuk berteman,” jelasku. “Aku mendekatinya untuk studi kasus. Pak Arka benar, sistem ini dirancang agar orang-orang seperti Rendra dan aku terserap atau dihancurkan. Aku harus memahami bagaimana Surya merekrut, bagaimana dia membeli loyalitas, dan bagaimana dia memanipulasi administrasi kampus. Aku harus menjadi bagian dari api untuk memahami bagaimana Phoenix ini dibentuk.”

“Itu terlalu berbahaya, Amara,” Pak Arka memperingatkan, nadanya tegas. “Bapak Surya adalah hiu korporat. Dia melihat orang sebagai sumber daya yang bisa digunakan atau dibuang. Jika kau masuk ke sarangnya, dia akan menemukan kelemahanmu.”

Aku menatap Pak Arka. “Apakah kelemahan terbesarku masih menjadi Amara yang lama, Pak? Atau kelemahan terbesarku adalah Kinara yang terlalu takut untuk melawan kekuasaan sejati?”

“Kelemahanmu, Amara,” kata Pak Arka, menghela napas, “adalah idealismemu. Idealismu membuatmu berani, tetapi di hadapan Target 4, idealisme hanyalah celah yang bisa dimanipulasi. Dia tidak akan menyerangmu dengan utang atau skandal media sosial. Dia akan menyerangmu dengan kesempatan, dengan janji reformasi yang cepat, yang akan terasa sangat menggoda bagi seorang reformator sepertimu.”

Dimas kembali memfokuskan perhatian pada data yang tersimpan di laptopnya. “Data Serena ini memang tidak spesifik tentang Proyek Phoenix, tapi ada banyak komunikasi internal. Aku menemukan jejak yang sangat menarik. Serena berkomunikasi dengan seseorang yang ia sebut ‘Siswa Sempurna’. Bukan Mastermind, tapi seseorang yang lebih muda.”

“Siswa Sempurna?” aku mengerutkan kening. “Bukankah Serena sudah merupakan produk sempurna dari sistem ranking?”

“Mungkin ini adalah klonnya,” Dimas bergumam, mengetik cepat. “Atau, itu adalah Eros. Pelaku cyberbullying yang muncul saat kau mulai menjatuhkan Rendra. Seseorang yang sangat terikat pada ideologi sistem ranking.”

“Eros adalah pengecut digital,” bantahku. “Dia hanya alat. Dia tidak mungkin menjadi ‘Siswa Sempurna’ yang diakui Serena. Ingat, Serena sangat arogan. Dia hanya akan menghormati seseorang yang setara, atau lebih unggul.”

“Mari kita lihat dari sudut pandang sosiologi konflik,” Pak Arka menyela, menyalakan senter kecilnya untuk menyorot wajah kami. “Sistem korup ini menciptakan dua jenis produk: Antagonis Terbuang (Amara) dan Siswa Sempurna (Serena). Tetapi ketika sistem ingin berevolusi menjadi Proyek Phoenix, mereka membutuhkan generasi baru dari Antagonis dan Siswa Sempurna yang akan membenarkan tirani baru. Mereka menciptakan sistem umpan balik.”

“Itu berarti,” kataku, menyadari implikasinya, “Mastermind yang menciptakan sistem awal ini, mungkin sudah tidak relevan lagi bagi Proyek Phoenix. Dia hanya trauma masa lalu. Tapi Surya dan Serena adalah masa depan sistem ini.”

“Tepat,” Dimas menyahut. “Jadi, Target 4 adalah musuh utama kita, bukan Serena. Serena hanya prajurit yang loyal.”

Aku menimbang-nimbang situasinya. Misiku adalah mengoreksi sistem. Dan Proyek Phoenix adalah ancaman eksistensial bagi mahasiswa di kampus ini. Kinara tidak bisa mundur. Namun, aku juga harus memperkuat aliansi ini, terutama Dimas yang menjunjung tinggi integritas etika.

“Dimas, aku berjanji padamu, data ini adalah milikmu. Integritasmu adalah senjata terbaik kita,” kataku, memandang Dimas dengan tulus. “Gunakan data Serena ini untuk menggali koneksi ke Target 4, Bapak Surya. Jangan buru-buru mempublikasikannya. Kita harus tahu apa yang akan kita hadapi jika kita memprovokasi Proyek Phoenix.”

Dimas menghela napas panjang, menutup laptopnya. “Aku tidak pernah membayangkan bahwa kebenaran di kampus ini harus diperoleh di lorong yang gelap, bersekutu dengan seorang dosen radikal dan mantan ratu pesta dengan utang judi. Tapi ya, Amara. Aku akan memverifikasi data ini. Dan aku akan mencari ‘Proyek Phoenix’ ini.”

“Kita harus mencari tahu kapan dan di mana Proyek Phoenix akan diluncurkan,” kata Pak Arka. “Jika itu restrukturisasi korporat, pasti ada acara besar yang akan digunakan Surya untuk mengumumkan inisiatifnya. Sebuah Gala, sebuah konferensi, atau sebuah ‘pameran masa depan pendidikan’.”

Aku teringat akan undangan yang kulihat di meja Amara sebelum transmigrasi—sebuah undangan untuk Gala Ulang Tahun Kampus yang diadakan oleh penyandang dana utama, Bapak Surya.

“Gala Ulang Tahun Kampus,” kataku, senyum tipis terukir di wajahku. “Tiga minggu lagi. Aku yakin Surya akan menggunakan acara itu untuk meluncurkan sesuatu yang besar. Itu adalah panggungnya. Dan aku, Antagonis Terbuang, akan hadir sebagai tamu tak terduga.”

“Kau gila, Amara,” Dimas menggeleng. “Kau akan masuk ke kandang singa Target 4?”

“Singa tidak akan menyerang mangsa yang berjalan mendekat dengan percaya diri,” balasku. “Surya ingin mengawasi. Aku akan memberinya tontonan. Untuk mendapatkan informasi tentang Proyek Phoenix, aku harus menjadi daya tarik utamanya. Aku harus memancingnya agar dia merasa perlu mendekatiku.”

Pak Arka menatapku dengan tatapan yang bercampur antara kekaguman dan kekhawatiran. “Kau tahu apa artinya itu, bukan? Jika kau memancing Target 4, sistem akan mendorong Misi Romansa Tersembunyi lebih awal. Kau harus siap untuk dimanipulasi, bukan hanya secara intelektual, tetapi juga secara emosional.”

Kinara—jiwa di balik Amara—merasakan getaran dingin. Sistem selalu memaksa adanya koneksi emosional dengan Targets pria. Jika Target 4 adalah musuh terkuat saat ini, maka risiko romansa yang dipaksakan adalah jebakan paling berbahaya.

“Aku sudah siap,” dustaku. “Aku akan menggunakan Target 4. Aku akan memanfaatkan kesempatan yang dia berikan. Aku akan membuat Proyek Phoenix menjadi Proyek Penghancuran Diri Target 4.”

Kami meninggalkan ruangan arsip yang kini mati total itu. Udara pagi mulai terasa dingin, namun semangat kami membara. Dimas membawa laptop penuh data, Pak Arka membawa analisis sosiologis yang tajam, dan aku, membawa ancaman dari ‘atasan Serena’.

Saat kami berjalan keluar dari gerbang belakang kampus, ponselku bergetar. Sebuah notifikasi dari Sistem.

[Sistem: Selamat! Misi Sekunder Kritis Selesai. Data SPU Diamankan. Status Target 2 (Rendra) berubah menjadi 'Potensi Sekutu Tinggi'. Peringatan: Ancaman Target 4 meningkat. Misi Baru Terbuka.]

Aku membaca misi itu dalam hati. Itu adalah misi yang sangat spesifik, sangat berisiko, dan melibatkan koneksi yang paling tidak terduga.

[Misi Seri 2 Kritis: Dekati Target 4 (Bapak Surya). Dapatkan undangan pribadi ke Gala Ulang Tahun Kampus dan temukan dokumen rahasia di kediaman pribadinya. Kesulitan: S+. Batas Waktu: 3 Minggu.]

Di bawah misi itu, ada satu baris peringatan merah yang berkedip-kedip, seolah-olah Sistem sendiri merasa ngeri.

[Peringatan: Untuk melaksanakan Misi S+, Sistem akan mengaktifkan Randomizer Skill ‘Daya Tarik Sosial Absolut’ (Khusus Target 4) dan ‘Intuisi Bahaya’. Gunakan dengan bijak. Kekalahan berarti Kegagalan Misi Seri 2 dan Penghapusan Data Kinara.]

Aku menatap ke langit subuh yang mulai memerah. Untuk menjatuhkan raksasa korporat, aku harus bermain di domainnya: kekayaan, kekuasaan, dan daya tarik yang mematikan. Aku harus berubah dari Antagonis Terbuang yang idealis, menjadi umpan yang elegan.

Aku merasakan energi baru mengalir di tubuh Amara. Daya tarik yang tidak masuk akal, yang dirancang untuk meruntuhkan pertahanan Target 4. Aku harus bersiap menghadapi pertarungan emosional yang kejam.

“Pak Arka, Dimas,” kataku, menoleh ke mereka. “Aku tahu langkahku selanjutnya. Aku akan menghadiri Gala Bapak Surya. Dan untuk itu, aku harus mulai merencanakan strategi. Ini bukan hanya tentang data. Ini tentang penampilan.”

Dimas dan Pak Arka saling pandang, raut wajah mereka menunjukkan bahwa mereka memahami risiko besar ini. Kinara akan memasuki sarang singa, dan kali ini, senjatanya bukanlah kritik sosiologis atau peretasan data. Senjatanya adalah kecerdasan sosial yang didukung oleh kemampuan mematikan yang diberikan Sistem: Daya Tarik Sosial Absolut.

Pertarungan melawan Target 4 akan dimulai, dan aku akan menggunakannya untuk membuka Proyek Phoenix, bahkan jika itu berarti aku harus mempertaruhkan hati dan jiwaku dalam permainan romansa yang mematikan.

Target 4, Bapak Surya. Bersiaplah untuk bertemu Amara yang tidak bisa kau beli, tetapi bisa membuatmu terpikat—sampai kau mengungkapkan semua rahasiamu.

1
Tara
ini system kok kaga bantuin. kasih solusi kek bukan cuman ngancam aja🤭😱🫣
Tara: betul betul betul...baru kali ini ada system absurd😱😅🤔🫣
total 2 replies
Deto Opya
keren sekali
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!