Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat S2

Jauh melampaui Benua Dou Qi, di luar penghalang dunia fana, terletak Alam Abadi. Di sini, Energi Langit dan Bumi begitu murni dan padat, membentuk gunung-gunung giok yang melayang dan sungai-sungai cahaya bintang cair.

Di dalam wilayah paling terpencil dan berbahaya di alam ini, di Istana Kalajengking Giok milik Keluarga Ling, keheningan berkuasa. Istana itu diselimuti oleh kabut racun berwarna pelangi yang indah namun mematikan, yang akan melarutkan jiwa seorang Dou Zong dalam sekejap.

Di dalam ruang penyulingan pribadi yang diselimuti oleh formasi isolasi Tingkat Dou Di, keheningan berkuasa. Ratusan kuali beracun yang langka mendesis pelan, mengeluarkan kabut berwarna-warni.

Di tengah ruangan, Ling Meiyue (Dewi Racun) berdiri di depan sebuah kuali giok es murni. Wajahnya yang cantik tak terlukiskan tampak sedingin es, matanya yang analitis terfokus pada cairan hitam pekat di dalam kuali. Ia sedang dalam tahap akhir menyempurnakan Racun Pembusuk Jiwa Bintang Tujuh, sebuah racun yang bahkan bisa melukai seorang Dou Sheng Bintang Sembilan.

Ranahnya, Dou Sheng Bintang Delapan, menempatkannya sebagai jenius tak tertandingi di generasinya. Ia adalah permata Keluarga Ling, disayangi oleh semua orang, namun juga ditakuti.

"Nona Muda," sebuah suara hormat terdengar dari luar formasi isolasi. "Patriark Ling Yan telah selesai berbicara dengan tamu terhormat. Putra Suci Zu Han telah meninggalkan istana."

Tangan Ling Meiyue, yang sedang dengan presisi sempurna menambahkan setetes Darah Iblis Kuno, berhenti di udara sejenak.

"Bagus," jawabnya dingin, tidak menoleh.

Ia melanjutkan pekerjaannya, tetapi pikirannya yang biasanya setenang danau beku kini sedikit beriak. Kunjungan Zu Han dari Klan Kuno Zu telah mengganggunya. Ia tidak peduli pada pria sombong itu, tetapi ia mendengar percakapan mereka dari jauh, berkat indra spiritualnya yang kuat.

Zu Han (Dou Di 6) terdengar marah. Ia berbicara tentang pernikahannya yang tertunda dengan Nona Suci dari Klan Kuno Xue.

"...sebuah penghinaan!" suara Zu Han yang arogan bergema di ingatannya. "Aliansi kita tertunda hanya karena seekor serangga dari Dunia Fana! Seorang rendahan dengan garis keturunan naga... berani menodai wanitaku!"

Pada saat itu, Ling Meiyue tidak merasakan apa-apa selain penghinaan samar terhadap drama politik itu.

Tetapi kemudian, ayahnya, Ling Yan, bertanya, "Siapa nama serangga fana yang berani menentang Klan Zu?"

Dan Zu Han menjawab dengan nada penuh kebencian "...Dia menyebut dirinya Tian Feng."

KRAK!

Di dalam ruang penyulingan itu, kuas perak di tangan Ling Meiyue tiba-tiba patah menjadi dua.

Saat ia mendengar nama itu... Tian Feng.

Jiwanya, inti keberadaannya yang sedingin es, tiba-tiba menjerit. Sebuah gelombang rasa sakit, kerinduan, dan kesedihan yang tak terbayangkan menghantamnya begitu keras hingga membuatnya terhuyung mundur. gambaran aneh yang tak ia pahami melintas di benaknya senyum hangat di bawah pohon willow, sebuah kuali alkimia sederhana, jarum hitam yang menembus jantung, dan... wajah seorang pemuda yang berteriak putus asa.

LING YUE!

"ARRGH!"

Ling Meiyue mencengkeram kepalanya, matanya yang tenang kini dipenuhi oleh kebingungan dan rasa sakit yang menyiksa.

Siapa... Siapa Ling Yue?!

Kehilangan fokus sesaat itu berakibat fatal. Keseimbangan rapuh dari Racun Pembusuk Jiwa Bintang Tujuh hancur. Cairan hitam di dalam kuali giok es mendidih hebat.

BOOOOOOOOOOM!

Sebuah ledakan energi racun yang dahsyat meledak ke luar. Formasi isolasi Dou Di di ruangan itu bergetar hebat, nyaris tidak berhasil menahan ledakan yang bisa melenyapkan separuh istana itu.

Ketika kabut racun korosif itu perlahan mereda, Ling Meiyue berdiri di tengah kehancuran, jubah ungunya sedikit hangus, tetapi tubuh Dou Sheng Bintang Delapan nya tidak terluka.

Namun, ia gemetar.

Ia menatap tangannya yang terkepal erat. Ini adalah pertama kalinya dalam kehidupannya... ia kehilangan kendali.

"Tian Feng..." bisiknya, mencoba merasakan nama itu di lidahnya. Nama itu terasa begitu asing, namun juga begitu menyakitkan.

"Kenapa...?"

Ia berbalik, mengabaikan ruangannya yang hancur. Ia melangkah keluar, wajahnya yang cantik kini dipenuhi oleh tekad yang dingin dan membingungkan.

"Ayah," panggilnya melalui transmisi jiwa.

"Aku ingin semua informasi yang kita miliki... tentang Dunia Fana."