NovelToon NovelToon
Gadis Polos Itu Milik Tuan Muda Xavier

Gadis Polos Itu Milik Tuan Muda Xavier

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Xavier remaja dingin yang hidup dalam keluarga penuh rahasia, dipertemukan dengan Calista—gadis polos yang diam-diam melawan penyakit mematikan. Pertemuan yang tidak di sengaja mengubah hidup mereka. Bagi Calista, Xavier adalah alasan ia tersenyum. Bagi Xavier, Calista adalah satu-satunya cahaya yang mengajarkan arti hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bahagia yang tak sempat lama.

Saat asyik berbelanja, pandangan Xavier tertumbuk pada sebuah booth foto di sudut mall. Tanpa banyak bicara, ia spontan meraih tangan Calista dan menariknya.

"Eh, kita mau kemana?" tanya Calista bingung sambil berusaha mengikuti langkah cepatnya.

"Lo ikut aja," jawab Xavier singkat, tetap menggandeng tangannya sampai mereka berhenti di depan booth.

Calista menatap papan kecil bertuliskan Photo Box itu dengan kening berkerut. "Kita... mau foto?" tanyanya ragu.

Xavier hanya berdehem pelan, tak menjawab panjang. Ia langsung mengeluarkan dompet dan membayar, meninggalkan Calista dalam kebingungan kecil yang membuat wajahnya semakin menggemaskan.

Calista hanya bisa berdiri kikuk di dalam booth kecil itu, sementara Xavier dengan wajah datarnya menunggu timer kamera menyala. Lampu berkedip, membuat jantung Calista berdegup lebih cepat. Saat hitungan mundur muncul di layar, Xavier tanpa banyak bicara merangkul bahunya, membuat gadis itu terkejut dan refleks tersenyum canggung.

Klik! Foto pertama pun tercetak. Di foto berikutnya, Calista sudah mulai terbawa suasana. Ia mengangkat dua jarinya membentuk simbol peace, wajahnya berbinar penuh tawa. Xavier, meski masih tampak cuek, kali ini tersenyum tipis yang tulus.

Deretan foto-foto kecil itu keluar dari mesin, dan Calista mengambilnya dengan hati-hati, seolah itu benda paling berharga.

"Lucu banget..." gumamnya pelan sambil tersenyum lebar.

Xavier menatap sekilas lalu menyelipkan satu lembar fotonya ke dalam saku. "Sisanya buat lo aja," ucapnya singkat.

Calista memeluk foto itu erat-erat, pipinya merona.

Hari ini terasa jauh lebih indah daripada yang pernah ia bayangkan. Namun, ketika ia hendak bercermin di etalase kaca sebuah toko, setetes darah mengalir dari hidungnya.

Gadis itu terbelalak kaget, buru-buru menutupinya dengan tangan.

"Xavier, aku ke toilet dulu," ucapnya cepat, lalu berlari tanpa memberi kesempatan Xavier menjawab. Ia tak ingin lelaki itu melihat kondisinya.

Xavier mengernyit curiga, langkahnya refleks mengikuti dari kejauhan. Bukan untuk mengintip, melainkan rasa khawatir yang tiba-tiba menghantui. Ia takut ada sesuatu yang tidak beres dengan bocah itu.

••

Di dalam bilik toilet, darah terus mengalir dari hidung Calista. Ia menatap cermin dengan panik. "Plis, berhenti dong... nanti aja dirumah," bisiknya dengan nada memohon. Kepala mulai berdenyut hebat, memaksanya buru-buru menelan obat yang selalu ia sediakan di dalam tas.

Kakinya melemas, membuatnya terduduk di lantai dingin. Air mata jatuh tanpa bisa ia tahan. "Ya Tuhan... aku baru saja bahagia," lirihnya sambil menahan nyeri di kepala.

Sementara itu di luar, Xavier bersandar pada tembok dekat pintu toilet. Matanya sesekali melirik ke dalam, namun Calista tak kunjung keluar.

Ia akhirnya merogoh ponsel dan menekan nomor Calista yang baru saja ia simpan. Begitu tersambung, suaranya terdengar dingin. "Lo ngapain lama-lama di toilet?"

"Iya... aku sebentar lagi keluar," jawab Calista dengan nada lemah sebelum buru-buru memutuskan hubungan.

Xavier mengerutkan kening, menangkap jelas suara lelah itu. Tak lama kemudian, Calista akhirnya muncul dengan wajah pucat yang ia tutupi dengan senyum.

"Vier..." panggilnya pelan. "Maaf ya, tadi aku sakit perut."

Xavier menatapnya lekat-lekat. Nada suaranya terdengar khawatir, meski ekspresinya datar. "Terus keadaan lo gimana sekarang?"

Calista menegakkan tubuhnya dan memaksa tersenyum. "Aku udah baikan kok. Yuk pulang, Mama udah nelpon aku."

Xavier masih terdiam sejenak, seolah membaca wajah gadis itu. Lalu, perlahan mengangguk.

♡♡

Sepanjang perjalanan pulang, Calista lebih banyak diam. Berbeda dengan biasanya, di mana gadis itu selalu punya banyak cerita, kali ini hanya hening yang menemani. Xavier sengaja membawa mobil malam ini, ia tak ingin mengambil resiko membonceng Calista dengan motor saat sudah larut.

Sesekali, tatapannya melirik ke arah gadis di sebelahnya.

"Kalau lo ada masalah, jangan sungkan cerita ke gue," ucap Xavier tanpa menoleh, tetap fokus pada jalan di depannya.

Calista menoleh perlahan, lalu tersenyum tipis. "Aku nggak ada masalah apa-apa kok, Vier."

"Terus lo kenapa diam aja?" tanyanya lagi.

Calista menggigit bibir bawahnya sebelum menjawab. "Ya... aku nggak tahu mau ngobrol apa sama kamu. Kamu juga nggak nanya apa-apa ke aku," balasnya polos.

Jawaban itu membuat dada Xavier terasa aneh—antara bersalah dan bingung menghadapi kepolosannya.

Saat mobil mulai memasuki kawasan rumah Calista, gadis itu bersuara pelan. "Turunin aku di depan kompleks aja, seperti biasa."

Xavier langsung menggeleng. "Nggak! Udah malam begini, gue antar sampai depan rumah."

"Jangan, Vier..."

"Kenapa? Lo takut sama orang tua lo? Tenang aja, kalaupun mereka marah, gue yang hadapi."

Calista buru-buru menggeleng, wajahnya terlihat gelisah. "Bukan gitu, tapi..."

Ucapannya terputus, sementara Xavier tetap melajukan mobil tanpa memperhatikan penolakannya. Hening sesaat, lalu Calista berkata lirih, hampir tak terdengar.

"Kamu akan tahu besok jawabannya..."

Xavier menoleh singkat, tapi Calista hanya menunduk.

Sesampainya di depan rumah, ia menghentikan mobil. Tanpa pikir panjang, Xavier turun, membukakan pintu untuk Calista, sekaligus mengambil kantong belanjaan yang tadi ia beli untuk gadis itu.

"Orang tua lo nggak ada di rumah?" Xavier mengerutkan kening, menatap rumah Calista yang tampak sunyi.

Calista menoleh sebentar, lalu tersenyum tipis. "Mungkin mereka belum pulang kerja."

"Terua kenapa lo tadi kayak takut gitu?" desaknya.

Calista menunduk, wajahnya berubah sedih. "Maaf... aku nggak bisa jawab pertanyaan kamu."

Xavier terdiam cukup lama, menatapnya lekat. Namun akhirnya, ia hanya menghela napas. "Ya udah, masuk sana."

"Iya, makasih banyak ya, Vier, buat hari ini. Hati-hati di jalan," ucap Calista tulus, meski suaranya terdengar rapuh.

"Hm." Xavier kembali masuk ke mobil dan menyalakan mesin. Dengan wajah datar, ia meninggalkan halaman rumah itu, tapi pikirannya masih penuh dengan tanda tanya tentang Calista.

••

"Bagus... perempuan jam segini baru pulang, malah diantar cowok segala."

Calista yang baru masuk ke rumah langsung disambut tatapan tajam Nenek Rosa.

"Nek... aku cuman jalan sama teman," ucap Calista dengan nada bergetar.

Nenek Rosa bangkit dari duduknya, menatap cucunya penuh kebencian. "Sekarang kamu berani membantah saya, ya? Dasar cucu penyakitan, nggak berguna!"

Tes! Air mata Calista jatuh tanpa bisa ia tahan. Sejak kecil, neneknya memang pernah menyayanginya. Apalagi setelah ia divonis sakit parah dan membutuhkan biaya besar untuk pengobatan.

"Jangan nangis! Air mata kamu nggak akan bikin saya luluh."

"Nek... apa salah Calista sampai nenek benci sama Calista?" tanyanya dengan suara terisak.

"Salahmu? Salah kamu bikin anak saya harus kerja banting tulang buat biaya pengobatanmu!" bentak Nenek Rosa sambil menunjuk wajah cucunya.

"Nek... aku juga nggak mau sakit seperti ini..." suara Calista pecah, dadanya sesak. Kata-kata itu bagai belati menancap di hatinya. Pandangannya mulai berkunang, penyakitnya seperti kambuh lagi.

"Sudah! Jangan akting di depan saya. Saya nggak peduli sama kamu!"

"Mama!" suara Vero terdengar saat ia bersama Nathan masuk ke dalam rumah.

"Mah, apa yang Mama katakan sama Calista?!" Nathan menatap tajam Ibunya.

"Itu anakmu! Pulang sekolah di antar cowok. Malu saya lihatnya," ucap Nenek Rosa sinis.

Vero langsung merangkul putrinya yang wajahnya pucat pasi. "Sayang, jangan dengarkan Nenek, ya."

"Mama, lebih baik Mama pergi dari sini kalau hanya ingin menghina putri saya!" bentak Nathan, suaranya bergetar, menahan emosi.

"Nathan! Berani kamu membentak Mama sendiri demi anak penyakit itu?!" balas Nenek Rosa dengan nada menusuk.

"MAMA!" seru Vero dan Nathan hampir bersamaan. Keduanya tak sanggup lagi mendengar ucapan kejam itu.

Namun nenek Rosa justru semakin meninggi suaranya. "Apa?! Ucapan Mama memang benar! Dia anak penyakitan pembawa sial!"

Brugh! Tubuh Calista tiba-tiba ambruk ke lantai. Matanya terpejam, wajahnya pucat pasi.

1
kaylla salsabella
alhamdulillah.... semoga calista bisa sembuh
kaylla salsabella
la kenapa nenek rose ada di sini
kalea rizuky
entah benci cwek lemah meski penyakitan seenggaknya gk oon
kalea rizuky
moga g sad ending ya Thor benci q novel sad
kaylla salsabella
kok cuman 1 part thor😁😁
Nona Jmn: Aamin! Makasih🫶🥰
total 3 replies
lovly
berharap untuk akhir yang bahagia thor, semangat💪
Nii
👍
kaylla salsabella
lanjut thor
Lisa
wah hebat nih Xavier ntar lg jdi ketuanya mafia D'Angel
Lisa
Nenek koq jahat banget sama cucunya
kaylla salsabella
terimakasih update nya thor😍😍😍
Nona Jmn: Sama-sama kakak🥰🫰
total 1 replies
kaylla salsabella
ayo vier cari tahu calista kenapa gak sekolah
kaylla salsabella
kira papa nathan ada masalah apa
kaylla salsabella
ooo si nenek belum tahu berhadapan sama Xavier🤣🤣🤣
kaylla salsabella
semoga calista sembuh
Lisa: Amin..
total 1 replies
kaylla salsabella
terimakasih update 3 part😍😍😍
Nona Jmn: Sama-sama☺️ Jangan lupa Vote ya kakak☺️🫰🫶🥰
total 1 replies
kaylla salsabella
lanjut thor
kaylla salsabella
ayo vier datang kasihan calista
kaylla salsabella
alhamdulillah vier mau berubah
kaylla salsabella
semoga calista sembuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!