Jesica Marry adalah nama yang selalu identik dengan ketangkasan, kecerdasan tajam, dan bahaya. Sebagai agen rahasia elit yang tak tertandingi, kehidupannya adalah rangkaian misi berisiko tinggi yang selalu berhasil ia tuntaskan. Namun, dalam sebuah misi yang sarat pengkhianatan, Jesica harus menghadapi nasib tragis, kematian yang kejam.
Saat ia yakin semuanya telah berakhir, jiwanya terhempas melintasi dimensi dan waktu, tersedot ke dalam raga yang rapuh namun bermahkota, tubuh Ratu Amora dari Kerajaan Dandelion.
Ratu Amora dikenal seantero negeri sebagai sosok yang menyedihkan, seorang ratu yang bodoh, mudah dimanipulasi, dan terabaikan oleh suaminya sendiri, Raja Arthur, serta seluruh istana. Ia hanyalah boneka yang tak punya kekuatan, hidup dalam bayang-bayang hinaan dan kekejaman diam-diam.
Namun kini, di mata Ratu Amora yang dulu kosong, bersinar kilatan tajam milik Jesica Marry.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HUBUNGAN YANG DINGIN
"Sebuah narasi ibu yang putus asa namun berani, itu akan menghilangkan semua tuduhan tentang perebutan kekuasaan, dan Raja Kael akan menjadi benteng diplomatik pertama kita," ucap Ratu Amora tersenyum tipis.
"Dan surat kedua?" tanya Ratu Amora.
"Kepada Raja Varrus dari Kerajaan Besi," jawab Arthur, wajahnya menjadi serius.
"Raja Varrus tidak peduli dengan perasaan atau melodrama, dia hanya peduli pada kekuatan dan stabilitas, kau tidak boleh menggunakan emosi di sini," lanjut Raja Arthur, mengingat kan.
"Baiklah," jawab Ratu Amora, paham.
Ratu Amora mengambil pena dan bersiap menulis.
"Strategi, kekuatan, dan ancaman yang telah diselesaikan. Saya mengerti," gumam Ratu Amora.
"Tuliskan tentang penemuan senjata primitif, peningkatan tajam dalam efisiensi militer, dan bagaimana pembersihan internal telah meningkatkan aliran pendapatan kerajaan. Tegaskan bahwa kerajaan Lemos kini lebih kuat dan lebih stabil di bawah kepemimpinan gabungan, jangan lupakan tawarkan Raja Varrus akses prioritas ke perdagangan senjata baru di masa depan sebagai imbalan atas pengakuan publik," jelas Arthur, nadanya penuh perhitungan.
Ratu Amora mulai menulis, tangan kanannya menulis narasi yang memancing simpati Raja Kael, sementara otak kirinya merancang bahasa yang dingin dan penuh janji kekuatan untuk Kaisar Varrus.
Proses penulisan itu cepat, efisien, dan benar-benar mencerminkan kecerdasan ganda Amora.
Kevin menyaksikan kedua orang tuanya bekerja, Ayahnya yang seorang Raja penuh perhitungan memandu Ibunya yang genius dalam strategi.
Permainan politik akan di mulai dan kedekatan mereka berdua akan kah menimbulkan perasaan emosional yang lain selain masalah Istan?😉
Setelah selesai, Ratu Amora menyerahkan kedua gulungan itu kepada Arthur.
"Surat-surat ini akan mengubah narasi mereka dari tiran gila menjadi pemimpin yang efisien dan ibu pelindung'," ucap Ratu Amora, tersenyum miring.
Arthur membaca kedua surat itu sekilas, ekspresinya menunjukkan kepuasan yang dingin.
"Sempurna, kau telah berhasil mengamankan arena internal Amora, sekarang kau mengamankan arena eksternal. Pergilah istirahat, kita akan menghadapi konsekuensi dari pengumuman ini bersama-sama," ucap Raja Arthur, menatap Ratu Amora.
Raja Arthur bangkit, mengendong Pangeran Kevin.
"Ayo Kevin, Ayah akan menunjukkan padamu bagaimana Pangeran harus tidur, sementara Ratu Lemos menjaga Ibukota," ucap Raja Arthur.
"Ayo"
Ajak Raja Arthur, melirik Ratu Amora.
Ratu Amora mengangguk, melihat suaminya, Raja Arthur, yang kini pergi bukan karena mengabaikannya, tetapi karena dia telah mempercayakan pengamanan politik lanjutan kepadanya, dia telah memenangkan pengakuan yang dia butuhkan.
Ratu Amora melangkah keluar dari Ruang Dewan mengikuti langkah Raja Arthur dan Pangeran Kevin.
Koridor besar Istana Lemos yang biasanya terasa sunyi, kini terasa memancarkan aura kemenangan yang dingin, namun juga mengandung potensi bahaya baru.
Pangeran Kevin, yang digendong Ayahnya, melambai pada Ibunya.
"Sampai jumpa di istirahat siang, Ibu!" ucap Pangeran Kevin, riang.
"Tentu, Sayang," jawab Amora, memberikan senyum hangat yang sama sekali tidak ia tunjukkan pada suaminya.
Raja Arthur berjalan tanpa menoleh, tetapi Amora tahu dia mendengarkan, jarak antara mereka, meskipun mereka berjalan berdampingan, terasa seperti jurang yang diisi oleh bertahun-tahun pengabaian dan kekuasaan yang tak terucapkan.
Ratu Amora menghela napas panjang, kelelahan strategis mulai merayap, dirinya baru saja menyelesaikan pembersihan istana yang paling berdarah dalam sejarah Lemos, dan dia melakukannya sendirian, dalam bayangan.
"Kau bisa saja menolak untuk ikut denganku," ucap Raja Arthur tiba-tiba, suaranya tenang dan datar.
"Dan membiarkan musuh melihat kita terpisah? Itu adalah langkah yang bodoh, Arthur. Kita telah mengumumkan front persatuan. Kita harus mempertahankannya di hadapan siapa pun yang mungkin melihat," jawab Amora, lugas.
"Bahkan di hadapan putra kita?" tanya Arthur, akhirnya berbalik sedikit, menatap Amora sekilas.
Ratu Amora menghentikan langkah, menatap mata suaminya yang masih tampak gundah.
"Terutama di hadapan Kevin, dia harus tahu bahwa Tahta itu dilindungi oleh perpaduan kekuatan dan kecerdasan, aku tidak ingin dia mewarisi seorang Ibu yang lemah dan seorang Ayah yang mengabaikan," jawab Ratu Amora, tegas.
Raja Arthur terdiam, memproses pukulan keras namun faktual itu, dia mempererat pelukannya pada Kevin, yang kini menyandarkan kepala kecilnya di bahu Ayahnya.
Mereka tiba di Sayap Raja, Raja Arthur menurunkan Kevin, memerintahkan seorang penjaga untuk menyiapkan kamar dan sarapan ringan untuk putranya.
"Aku akan tidur di kamarku sendiri, Ayah," ucap Kevin, dengan bangga.
"Tentu, Pangeran, tidur nyenyak," jawab Raja Arthur mengangguk, tersenyum kecil pada Kevin.
Setelah Kevin dan penjaga pergi ke Paviliun Naga, menyisakan Raja Arthur dan Ratu Amora, keheningan kembali berkuasa.
"Aku terkesan," ucap Arthur, kata-kata itu keluar dengan susah payah, seolah mengakui sesuatu yang sangat melukai harga dirinya.
"Hanya terkesan, Arthur? Setelah aku menyelamatkan kerajaan mu, mengamankan perbendaharaan, dan memberimu keunggulan senjata yang tak adil?" tanya Amora, menaikkan satu alisnya, ekspresi dinginnya tak berubah.
Arthur mendengus pelan, mencondongkan tubuh sedikit, memandangi wajah Amora dari dekat.
"Aku adalah Raja yang tidak mudah terkesan, Ratu, tapi aku mengakui, kau adalah sekutu yang paling mematikan. Sekarang, apakah kau akan tetap berdiri di koridor, atau kau akan masuk dan membahas kelanjutan strategi ini?" tanya Raja Arthur, melipat kedua tangannya.
"Aku tidak berniat masuk ke dalam kamar yang bukan milikku," jawab Amora datar.
"Aku punya pekerjaan lain, Aku perlu memastikan bahwa surat-surat itu dikirim, dan aku harus mengatur pengamanan tambahan di perimeter luar Istana, Tuan Victor dan Tuan Edgar mungkin sudah tumbang, tetapi bayangan mereka masih ada," lanjut Ratu Amora, berbalik ingin pergi.
Hap
Arthur menangkap pergelangan tangan Amora saat istrinya berbalik, gerakannya cepat dan tegas, tetapi sentuhannya tidak menyakitkan.
"Mengapa kau selalu menjauh, Amora?" tanya Arthur, suaranya tiba-tiba melembut, membawa nada yang sudah lama tidak didengarnya.
"Dulu kau selalu memohon perhatianku, menangisi ku. Sekarang kau bertindak seolah-olah aku hanyalah pion terbesar di papan catur mu," ucap Raja Arthur, menatap Ratu Amora.
Amora menarik tangannya dengan lembut tapi tegas.
"Karena kau memberiku pilihan Arthur, Kau mengabaikan Ratu yang menangis dan meremehkannya. Tapi kau tidak bisa mengabaikan Ahli Strategi Cerdas dan tidak bisa meremehkannya. Aku memilih peran yang kau hargai. Kau ingin efisiensi, dan itulah yang kau dapatkan," jawab Ratu Amora, penuh penekanan.
"Dan bagaimana dengan kita?" tanya Arthur, tatapannya menyiratkan pertanyaan yang lebih dalam, tentang hubungan, tentang pernikahan yang telah lama mati.
Amora tersenyum tipis, senyum yang mengandung ironi.
"Kita adalah dua penguasa yang terikat oleh takhta dan putra! Tidak ada kita yang romantis, Arthur, ada kita yang strategis. Kamu adalah Raja Lemos, aku adalah Perisai dan Pedang Lemos, dan untuk pertama kalinya, kita adalah benteng yang utuh!" jawab Ratu Amora menegaskan hubungan mereka.
entah kenapa kali ini suka banget sama novel mengenai kerajaan kerajaan,,, biasanya langsung skip,,,, laaahhh novel ini sampai ditungguin dikepoin kapan updtae😍😍😍