NovelToon NovelToon
Falling In Love Again After Divorce

Falling In Love Again After Divorce

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Cerai / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Sean Montgomery Anak tunggal dan pewaris satu-satunya dari pasangan Florence Montgomery dan mendiang James Montgomery yang terpaksa menikahi Ariana atas perintah ayahnya. Tiga tahun membina rumah tangga tidak juga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Sean ditambah Florence yang semakin menunjukkan ketidak sukaannya pada Ariana setelah kematian suaminya. Kehadiran sosok Clarissa dalam keluarga Montgomery semakin menguatkan tekat Florence untuk menyingkirkan Ariana yang dianggap tidak setara dan tidak layak menjadi anggota keluarga Montgomery. Bagaimana Ariana akan menemukan dirinya kembali setelah Sean sudah bulat menceraikannya? Di tengah badai itu Ariana menemukan dirinya sedang mengandung, namun bayi dalam kandungannya juga tidak membuat Sean menahannya untuk tidak pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Apa-apa Ariana

“Sean, kamu udah makan belum?”

“Jangan lupa makan.”

“Aku menyiapkan bekal untukmu.”

“Aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan.”

“Di luar dingin, jangan lupa membawa jaket.”

“Sean… Sean… Sean… “

Kalimat-kalimat remeh yang ia anggap mengganggu sejak dulu.

Sean menatap layar ponselnya lama, tidak ada pesan. Untuk pertama kalinya Sean menyadari sunyi seperti ini... bahkan lebih mengganggu dari pesan-pesan itu. Ariana dulu seperti angin lalu, tidak terlihat, tidak terdengar dan tidak terasa… atau mungkin dirinya yang tidak mau mendengar dan merasakan kehadirannya.

Sean memejamkan mata sejenak, mendesah pelan, lalu ketukan pelan di pintu depan mengembalikannya ke kenyataan.

“Sean… “ Clarissa muncul dengan gaun satin hijau gelap yang membentuk tubuhnya dengan sempurna.

Clarissa melangkah masuk lalu duduk di sofa seberang dengan kaki bersilang yang memperlihatkan paha mulusnya yang jenjang.

Sean tidak menjawab namun dari gesture tubuhnya juga tidak memperlihatkan penolakan atas kehadirannya disini.

“Kamu terlalu banyak berpikir akhir-akhir ini Sean.”

“Berpikir memang bagian dari diriku.”

Clarissa tersenyum miring, lalu berdiri. Ia berjalan ke belakang sofa Sean, lalu menyandarkan dagunya pelan ke bahu pria itu. Pria ini selain kekayaannya memang memiliki pesona yang tidak biasa.

Sean hanya menatapnya sebentar, lalu kembali melihat gelas di tangannya.

“Aku tahu kamu butuh seseorang yang paham yang mengerti dunia kamu Sean.”

“Clarissa.”

“Hm?”

“Aku lelah.”

“Aku juga lelah Sean. Lelah menunggu kamu sadar kalau kita bisa lebih dari ini.”

Clarissa berputar, kini duduk di sebelah Sean. Tangannya menyentuh dada pria itu, bermain dengan kancing kemeja bagian atas.

“Lihat aku. Aku wanita yang bisa mengerti kamu.”

Sean menatap Clarissa. Matanya tajam, wajahnya cantik luar biasa tapi tetap saja, tidak ada yang bergerak di dalam dirinya.

“Aku butuh ketenangan malam ini.”

Clarissa menegang, tapi tetap berusaha untuk tersenyum.

“Aku bisa menemanimu dan memberimu ketenangan.”

Sean berdiri, pelan tapi mantap.

“Clarissa, malam ini... aku ingin sendiri. Keluarlah!”

Clarissa menata Sean, penekanan itu sangat tegas. Clarissa berdiri dengan sedikit gemetar tapi masih dapat menutupinya seolah semuanya baik-baik saja. Gadis itu meninggalkan Sean di sana, Sean yang sibuk dengan pikirannya sendiri.

***

“Clarissa cocok untukmu Sean.” Florence Montgomery membalikkan sendok dan garpu miliknya, mengambil serbet kecil membersihkan sudut bibirnya yang sama sekali tidak terlihat kotor. Florence duduk tegap, tidak ada celah. Ia datang meluangkan waktunya selalu dengan tujuan.

Sean tidak menjawab. Ia duduk di seberang meja fokus dengan makanan miliknya sendiri.

“Dia berasal dari keluarga baik, latar belakangnya bersih dan berpendidikan tinggi. Dia juga bukan gadis jalanan yang tidak jelas asal usulnya dan tiba-tiba masuk ke rumah ini lalu pergi seenaknya.”

“Ariana tidak pergi seenaknya Ma.”

“Tapi dia tetap pergi kan?”

Florence menegakkan duduknya. Matanya menusuk langsung ke arah putra tunggalnya itu.

“Papamu yang memberi kesempatan padanya, tapi tetap saja sampai akhir ia masih si upik abu yang pertama kali datang ke rumah ini tiga tahun lalu Sean. Tidak ada yang berubah.”

Sean mendesah, setiap kali ibunya menyebut nama ayahnya, ada perasaan bersalah yang menelusup ke dalam hatinya.

Florence berdiri, mengambil selembar kertas putih dari tas tangannya.

“Bawa Clarissa mendampingimu di malam gala Montgomery minggu depan!”

Sean menerima undangan itu tanpa membuka.

“Apa yang kamu rasakan itu hanya sesaat, pembiasaan diri. Kamu harus memilih seseorang yang bisa berdiri di sampingmu Sean, bukan wanita yang hanya bisa melihatmu dari belakang.”

Florence memandangi putranya beberapa saat sebelum berbalik meninggalkan ruangan.

***

Lampu kristal bergantung dari langit-langit ballroom. Tidak asing lagi, dekorasinya sesuai dengan lambang Montgomery, kemewahan dan kesetaraan. Musik gesek mengalun pelan di antara dentingan gelas wine. Pria-pria dalam jas formal dan wanita-wanita dalam gaun malam berkilauan saling menyapa di ruangan yang megah ini. ‘Acara tahunan Montgomery Foundation.’ Seperti namanya, acara ini rutin dilakukan setiap tahun khusus untuk bersenang-senang merayakan pundi-pundi kekayaan dan kekuasaan yang semakin besar.

Di tengah semua kemewahan itu, Clarissa berdiri tegak dan anggun di sisi Sean mengenakan gaun hitam beludru dengan belahan panjang di kaki kiri. Rambutnya disanggul tinggi dan bibirnya dipoles merah darah. Matanya menatap dengan kepercayadirian yang penuh.

Ia menyentuh lengan Sean tanpa canggung, tidak terlalu erat namun cukup untuk menunjukkan bahwa dia miliknya.

“Kamu terlihat luar biasa malam ini,” bisiknya pelan sambil tersenyum pada Sean.

Sean hanya mengangguk ringan.

“Mereka semua memperhatikan kita. Kamu lihat? Mereka memuji penampilan kita.” Clarissa menoleh ke arah tamu-tamu yang berseliweran. Ia terlihat sangat bangga..

“Sean ayo senyum sedikit,” bisik Clarissa lagi lembut dan mendayu. “Malam ini penting.”

“Penting untuk?”

“Untuk posisi kita terutama reputasimu dan Montgomery.”

Sean menoleh menatap Clarissa, wanita ini memiliki pembawaan yang sempurna dan… memikat. Mampu sinar miliknya lebih terang daripada lampu kristal yang menggantung itu.

“Clarissa,” katanya Sean setelah lama terdiam.

“Ya?”

“Kamu tidak harus berdiri terlalu dekat. Mereka sudah tahu siapa kamu dan… aku.”

Clarissa menegang sedikit, lalu mengangguk kecil seolah semuanya baik-baik saja. Tapi senyumnya menyimpan ambisi.

“Kamu boleh menolakku malam ini. Tapi cepat atau lambat, kamu akan berlutut dihadapanku.” Bisiknya tanpa di dengar oleh telinga manapun selain miliknya sendiri.

***

Risa sedang menggambar di lantai, kakinya bergoyang sembari mewarnai rumah berwarna pink. Ariana duduk di atas karpet, sambil merajut topi bayi berikutnya. Suara TV hanya jadi latar sampai… nama itu muncul.

“…dan berikut cuplikan kemegahan acara tahunan Montgomery Foundation malam ini…”

Kepala Ariana terangkat, wajahnya tenang tapi jantungnya tidak.

Kamera menyorot tamu-tamu berdasi, kemudian bergerak ke titik tengah panggung utama.

Sean.

Berdiri dengan tegak dengan jas hitam rapi, wajahnya selalu tampan dan… Clarissa di sampingnya tertawa, menyentuh lengannya dan menyambut kilatan kamera dengan senyum percaya diri yang mutlak.

“Tamu istimewa malam ini  Clarissa Hartana dikenal dekat dengan pewaris Montgomery. Keduanya tampil serasi di depan publik, memicu spekulasi baru di antara para sosialita…”

Ariana tak bisa berpaling dari layar, rasa dingin menjalar ke ujung jari Ariana. Bayi dalam perutnya bergerak pelan, seolah memberi isyarat bahwa ia bersamanya. Sean dan Clarissa memang terlihat… serasi.

“Mbak Ariana,” suara Risa memanggil. “Topi ade bayinya udah jadi ya? Wahhh warnanya lucu banget Mbak. Pasti dia lucu banget pake ini.” Risa selalu terlihat excited saat membicarakan bayinya.

Ariana menoleh, tersenyum lembut lalu mematikan TV dengan satu klik remot.

“Iya dong Ria, topi lucu untuk ade bayi yang lucu.”

Ariana kembali beralih pada benang rajutannya. Tangannya tenang tapi hatinya baru saja terluka lagi. Bayinya bergerak lagi, Ariana mengatur ritme napasnya pelan. ‘Tidak apa-apa Ariana…’ bisik hatinya berulang kali.

1
Anonymous
so iye lu sean
Asriani Rini
Jangan jabgan keoindahan org. Tua Risa ulanh Resa sengaja ingin menjauhkan mereka dari Arians
annis
loooohhh... kok bersambung thoor.. 🙁
annis
ya Allah.. ya Allah... 🥺
Ratih Tupperware Denpasar
semangat ariana, smg bayinya sehat2
Mundri Astuti
si sean bener" ya
Ratih Tupperware Denpasar
sekarang kamu meeasa terhina, sebelum2nya tindakanmu ke ariana apa ga menghina dia? nikmati aja kesombonganmu sean, sdh bagus papamu memcafikan istri yg baik malah kamu sia2kan... hanya krn ariana miskin dan ga dipoles mau up kamu merndahkannya... dasar bod 0h kamu
Purnama Pasedu
ariana bersama Sean,aman dari teror Clarisa dan nyonya
hartiva lattang
sean semangat utk mempertahankan ariana. buktikan klo qm berubah
Ratih Tupperware Denpasar
menyesal ya kamu sean? walaupun terlambat jaglah calon anakmu jangan sampe ibumu dan clarisa menyakitanya lagi
Atika Sari
sejauh ini masih bisa dibikin greget,tokoh cewknya ga menye2,klo bsa bkin sean bersaing sma pak letnan,biar seru
Ulla Hullasoh
semangat Thorrr
Ulla Hullasoh
semangat Arianaaaaa
Ulla Hullasoh
Ariana pantas bahagia dengan irang yg lbh segalanya dari sean
Ulla Hullasoh
kasian Ariana
hartiva lattang
kak buat ariana dan sean balikan yaaa. memulai rt lahi bersama
tp sebelumx buat Sean setengah mati mengejar kembali ariana
Purnama Pasedu
meneror ariana tahu
Ratih Tupperware Denpasar
sean memang pria b0d0h bin tolong ini pasti turunan dari mak nya
Anonymous
ayo ka up lagi seru nih cerinta nya
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary Of El Dorado
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!