Dunia Kultivator adalah dunia yang sangat Kejam dan Keras. Dimana yang kuat akan berkuasa dan yang lemah akan ditindas. Tidak ada belas kasihan, siapapun kamu jika kamu lemah maka hanya ada satu kata untukmu yaitu "Mati".
Dunia yang dipenuhi dengan Keserakahan dan Keputusasaan. Dewa, Iblis, Siluman, Monster, Manusia, dan ras-ras lainnya, semuanya bergantung pada kekuatan. Jika kamu tidak ingin mati maka jadilah yang "Terkuat".
Dunia yang dihuni oleh para Predator yang siap memangsa Buruannya. Tidak ada tempat untuk kabur, apalagi bersembunyi. Jika kamu mati, maka itu sudah menjadi takdirmu karena kamu "Lemah".
Rayzen, salah satu pangeran dari kekaisaran Awan putih, terlahir dengan kekosongan bakat. Hal itu tentunya membuat Ia tidak bisa berkultivasi. Ia dicap sebagai seorang sampah yang tidak layak untuk hidup. Banyak dari saudara-saudaranya yang ingin membunuhnya.
Tetapi tanpa diketahui oleh siapapun, Reyzen ternyata memiliki keberuntungan yang membawanya menuju puncak "Kekuatan".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RantauL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15. Bawahan Baru
"Maaf mengganggu pertarungan kalian. Namaku Ray Zen." kata Ray Zen sembari mengepalkan tangannya didepan dada.
"Hai bocah minggirlah atau aku akan menghajarmu!" gerutu beruang.
"Ray Zen?" tanya kakek itu, nama itu seperti tidak asing di telinganya. "Apakah kau anak dari Jack Zen? Mengapa kau berada disini?" lanjutnya sembari memerhatikan Ray Zen dari atas hingga kebawah.
"Benar sekali kakek, Aku adalah anak dari Jack Zen. Aku tidak suka basa-basi, jadi aku akan menyampaikan secara langsung tujuan kedatanganku. Aku kesini ingin menjadikan kalian berdua sebagai bawahanku." jelas Ray Zen, yang disambut dengan tawa keras dari kakek dan beruang besar.
"Nak, kau terlalu bersemangat. Bahkan ayahmu saja tidak bisa menjadikanku sebagai bawahannya, apalagi kau anaknya, yang hanya pemuda berusia belasan tahun." jawab kakek itu.
"Dasar bocah! Kau tidak sadar akan dirimu ha. Kau saja tidak memiliki aura sama sekali, bagaimana mungkin kau bisa menjadikan kami sebagai bawahanmu. Bocah pulanglah ke pelukan ibumu, kami tidak ingin menghabiskan energi untuk orang sepertimu." ujar beruang.
Ray Zen mengeluarkan senyuman khasnya. "Bagaimana kalau kita bertaruh. Jika aku bisa bertahan selama sepuluh menit melawan kalian, maka kalian harus menjadi bawahanku. Sebaliknya jika aku tidak bisa bertahan maka aku akan menjadi bawahan kalian."
Kakek dan beruang besar itu terdiam sejenak.
"Hahaha.., bocah apa kau bercanda?" kata beruang.
"Mengapa? Apa kau takut beruang jelek?" Ray Zen memprovokasi.
"Hahaha bocah sialan. Baiklah, Aku akan bertaruh denganmu. Kau tidak perlu bertahan selama sepuluh menit, cukup lima menit saja. Jika kau bisa bertahan selama lima menit melawanku maka aku akan rela menjadi bawahanmu." ujar beruang.
Tubuh dari beruang besar itu kemudian berubah kedalam bentuk manusianya. Dalam bentuk manusia, beruang itu memiliki badan yang besar dan tinggi, berkulit coklat kehitaman, wajah yang sangar, dan otot-otot tubuh yang terlihat jelas.
"Setuju." jawab Ray Zen singkat. Ia tidak gentar sama sekali melihat perubahan yang terjadi pada tubuh beruang.
Boom...
Ledakan terjadi. Tinju dari beruang itu telah mendarat mengenai tanah tempat Ray Zen berada. Sebuah kawah yang cukup besar tercipta.
"Hahaha, dasar lem.."
"Apa yang kau tertawakan beruang jelek." ejek Ray Zen yang sudah berada dibelakang beruang.
Beruang itu berbalik, ia tidak menyangka Ray Zen bisa menghindari serangan mendadak yang diberikannya.
"Menarik..," ucapnya.
Beruang berlari dengan cepat, menyerang Ray Zen dengan membabi buta. Serangan demi serangan terus beruang itu lakukan, tetapi tidak ada satupun serangannya yang berhasil mengenai Ray Zen.
Ray Zen menghindari setiap serangan itu dengan mudah, juga sesekali menangkisnya. Hingga pada suatu kesempatan, Ray Zen mendaratkan satu pukulan telak ke perut beruang yang terbuka.
Bukkkk...
Beruang terlempar jauh, menabrak pohon-pohon yang ada dibelakangnya, lalu tubuhnya terhenti setelah menabrak pohon yang ketiga. Darah segar mengalir di bibirnya.
"Kurang ajar.., aku tidak akan memaafkanmu." teriaknya marah. Kali ini tubuh beruang diselimuti oleh energi yang cukup besar. Ia kembali berlari cepat menyerang Ray Zen.
Bummm...
Ledakan energi terjadi. Belum sempat tinju beruang itu mengenai Ray Zen, Kakek itu yang dari tadi memerhatikan pertarungan mereka menahannya.
"Kau sudah kalah beruang jelek." katanya sambil menunjukkan waktu pertarungan yang sudah berlangsung selama 5 menit.
"Ti.. Tidak mungkin."
"Sudahlah, akui saja kekalahanmu beruang jelek. Waktumu sudah habis, jadi sekarang kau sudah resmi menjadi bawahan anak ini." jelas sang kakek.
Kakek itu sangat terkejut melihat kehebatan Ray Zen dalam bertarung. Awalnya ia meremehkan Ray Zen, tetapi setelah melihat Ray Zen berhasil menghindari semua serangan-serangan yang dilancarkan oleh beruang, ia berubah pikiran. Ternyata Ray Zen tidak selemah yang ia kira. Lebih mengejutkan lagi, Ray Zen berhasil membuat beruang itu terluka, beruang besar yang sudah berusia ratusan ribu tahun.
"Sial... Baiklah aku mengaku kalah bocah. Sekarang aku akan menjadi bawahanmu." ujar beruang dengan sedikit kesal.
Ray Zen sangat senang mendengar itu. Dari awal ia sudah mengetahui kalau beruang besar dan kakek itu, sangat memegang teguh apa yang mereka ucapkan. Maka dari itu Ray Zen memanfaatkannya untuk membuat pertaruhan, dan hasilnya Ray Zen menang dalam pertaruhan itu.
Selain karena memegang teguh apa yang diucapkan, beruang dan kakek itu juga tidak berniat membunuhnya, oleh sebab itu juga Ray Zen tidak mau membunuh mereka berdua.
"Sekarang giliranmu kakek."
"Hahaha, kau sangat menarik nak. Kau memiliki sifat yang sama seperti ayahmu, selalu ingin bertaruh. Tetapi sayangnya kau menantang orang yang salah. Aku jauh lebih kuat dari beruang jelek ini." ujar kakek itu sambil menunjuk kearah beruang besar yang masih dalam wujud manusianya. Beruang yang ditunjuk hanya bisa membuang nafas kesal.
"Hmm, baiklah Aku akan melawanmu. Tetapi aturannya sedikit berubah. Aku tidak biasa menyakiti orang-orang lemah, jadi aku akan memberikan keringanan kepadamu. Jika kau bisa membuat aku keluar dari lingkaran ini, kau menang—dan aku akan menjadi bawahanmu." Kakek itu menjelaskan, ia kemudian membuat lingkaran berdiameter kecil didekatnya.
"Bagaimana nak?" tanyanya.
"Setuju." balas Ray Zen cepat.
Ray Zen bersiap menyerang. Langkah kakinya perlahan mendekati kakek tua yang berada tidak jauh darinya. Tanpa aba-aba, Ray Zen bergerak cepat. Kaki kanannya menendang kearah kepala kakek tua itu. Kakek itu menangkis dengan mudah, membuat Ray Zen melancarkan serangan berikutnya. Ray Zen memberikan serangan bertubi-tubi, menendang, meninju, memukul, menyikut—semuanya ia lancarkan, tetapi belum ada satupun yang berhasil mengenai kakek tua itu. Tidak ada tanda-tanda kakek itu akan keluar dari lingkaran yang ia buat.
Beruang yang berada tidak jauh dari pertarungan mereka, membelalakkan matanya tak percaya. Yang ia saksikan sekarang adalah pertarungan jarak dekat terbaik yang pernah ia lihat. Ray Zen dan Kakek tua itu saling menyerang dan bertahan dengan sangat cepat. Hanya para kultivator kuat yang dapat mengikuti pergerakan mereka.
Ray Zen sedikit tersenyum, lalu meningkatkan kecepatan serangannya. Kakek tua itu juga demikian, berusaha mengimbangi kecepatan dari Ray Zen. Hingga pada suatu titik, Ray Zen melakukan tendangan tipuan, yang membuat pertahanan disebelah kiri kakek itu terbuka. Ray kemudian memanfaatkannya dengan menendang rusuk kiri kakek itu, dengan kaki kanannya.
Bukkk...
Tendangan Ray Zen berhasil mengenai kakek itu. Tidak berhenti disana, Tinju kiri Ray Zen juga berhasil mendarat mulus di pelipis kanan kakek itu, membuat ia kehilangan keseimbangan. Terakhir Ray Zen memberikan serangan telak ke perut kakek itu membuat ia mundur beberapa langkah, keluar dari lingkaran yang sebelumnya ia buat.
Uhukkk...
Kakek itu memuntahkan seteguk darah. Wajahnya tersenyum puas. "Kau sangat hebat nak. Sepertinya aku terlalu meremehkanmu." gumamnya.
"Kakek terlalu memuji. Aku tidak sehebat itu. Terimakasih sudah mau mengalah." balas Ray Zen mengepalkan tangannya.
"Hahaha, kau sangat sopan nak. Baiklah sesuai kesepakatan kita, mulai sekarang aku akan menjadi bawahanmu. Namaku Han Yu, panggil saja kakek Han."
"Han Yu?" ucap Ray Zen memastikan. Nama itu sangat tidak asing baginya.
"Iya, namaku Han Yu, aku dikenal orang dengan julukan 'Penyihir Brutal'. Aku adalah teman jauh ayahmu, yang tinggal dihutan kabut ini nak."
Ray Zen mengangguk. Dia ingat sekarang, kakek didepannya ini adalah penyihir yang juga ikut membantu ayahnya dalam pemberontakan terhadap kaisar kekaisaran Awan Putih, 30 tahun yang lalu. Banyak buku-buku di perpustakaan kekaisaran yang juga membahas tentangnya. Pantas saja ia sangat familiar dengan nama Han Yu.
"Ternyata kakek ini adalah 'Penyihir Brutal', penyihir yang sangat ditakuti dan disegani di kekaisaran Awan Putih. Pantas saja auranya sangat kuat, sama seperti ayah. Jika saja ia menggunakan sihirnya saat bertarung denganku, mungkin aku akan sangat kesulitan menghadapinya." batin Ray Zen.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan Lupa Like dan Berikan Saran Serta Kritikannya Ya Cesss, Biar Aku Semakin Semangat Juga Lanjutkan Novelnya. Setiap Saran dan Kritikan Kalian Sangat Berguna Buatku Yang Masih Pemula Ini.
Terimakasih Cesss, Kuharap Klean Suka Ya.