NovelToon NovelToon
Bunga Yang Berdarah

Bunga Yang Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Selingkuh / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Chicklit
Popularitas:20.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ellani

“Diana … kamu akan diberi hukuman mati karena telah melakukan percobaan pembunuhan.”

Diana yang sudah sangat lemah diikat dan di arak ketengah tempat eksekusi. semua rakyat dan bangsawan melihatnya, mereka melemparnya dengan batu dan mengumpat kepadanya.

Kepala Diana ditaruh di tiang untuk di penggal.

Diana melihat kearah Wanita yang dicintai suaminya dan melihat ayah serta kakaknya yang masih tetap membencinya hingga akhir hayatnya.

“Kenapa kalian sangat membenciku?” gumam Diana.

Jika aku bisa mengulang waktu, maka aku tidak akan lagi mengemis cinta kepada kalian.

KRAK. Suara alat penggal terdengar keras memenggal kepala Diana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Batu Kapur

Saat semua orang sedang makan, Diana menginterogasi pria tua itu.

Pria tua itu sama sekali tidak takut padanya.

“Katakan, apa yang diperintahkan Marques kepadamu?” tanya Diana.

“Aku tidak akan mengatakannya,” ucap pria tua itu.

Diana melihat cuaca yang sangat panas hari itu, ia mulai merasa tidak sabar.

“Bawa dia bersama kita dan taruh di penjara bawah tanah,” ucap Diana. Jika dia tidak ingin mengatakannya, maka biarkanlah.

“Apa?!! Penjara bawah tanah?!!” Penjara bawah tanah adalah penjara terburuk di kerajaan ini. Jika dia masuk ke dalam penjara itu, maka Marques tidak akan bisa menyelamatkannya.

Diana mendekat dan menatap mata pria tua itu. “Apa kau pikir Marques akan melindungimu?” tanyanya.

Pria tua itu masih diam tidak menjawab.

“Posisiku lebih tinggi darinya. Marques hanyalah batu kecil bagiku,” lanjut Diana.

Pria tua itu mulai ragu.

Diana melihat dia masih tidak ingin menjawab. “Bawa dia,” ucap Diana.

“A-aku akan mengatakannya!!” teriak pria tua itu.

“Baiklah.” Diana berdiri di depan pria tua itu.

Pria tua itu pun menceritakan semuanya, bagaimana dia diperintahkan Marques untuk mengadu domba agar warga desa membenci Arel dan Fey. Sebelum itu, dia juga yang memberitahu tempat persembunyian ibu Arel agar segera dibunuh oleh Marques.

Mendengar ini, Diana terkejut. Apa Marques sepengecut ini?

“Aku sudah mengatakan semuanya, aku tidak melakukan kesalahan besar,” ucap pria tua itu.

PLAK! Terdengar suara tamparan yang keras.

“Apa membunuh seseorang dan membuat anak kecil dibenci warga desa itu bukan kesalahan besar?!!” ucap Diana dengan kesal. Apa yang pria tua ini pikirkan?

“A-aku hanya disuruh,” ucap pria tua itu.

“Bawa dia ke penjara bawah tanah,” ucap Diana.

“Kau sudah berjanji tidak membawaku!!”

Diana berbalik dan menatap matanya. “Kapan aku bilang tidak akan memasukkanmu ke dalam penjara bawah tanah?” ucap Diana dengan senyum licik.

Mata pria tua itu terbelalak.

“Bawa dia.”

“K-kau akan mati!!!!” pria tua itu akhirnya dibawa oleh para penjaga istana.

Olim terkejut melihat sisi Putri Diana yang baru. Apakah ini tandanya putri mereka sudah dewasa?

“Olim, aku lapar… ayo kita makan,” ajak Diana.

“Ya… Yang Mulia,” jawab Olim dengan senyum di wajahnya.

Diana makan bersama Olim. Awalnya Diana ingin makan bersama dengan warga desa, namun meja mereka tidak cukup. Jadi, Diana makan bersama Olim di bawah pohon besar.

Setelah selesai makan, Diana mengumpulkan semua warga dan menanyakan apa yang mereka keluhkan.

Diana mendengarkan keluhan mereka. Desa ini sebenarnya bisa maju, hanya saja telah disalahgunakan oleh Marques Lerky.

Diana melihat tanah yang sudah dirusak oleh Marques sehingga tanaman tidak bisa tumbuh lagi di sini.

Dia bisa saja menggunakan kekuatannya, namun ia tidak bisa menunjukkannya kepada orang lain. Diana berusaha berpikir bagaimana cara menggunakan kekuatannya tanpa menimbulkan kecurigaan.

Batu kapur. Ia pernah membacanya di dunia modern bahwa batu kapur bisa memperbaiki tanah, meskipun membutuhkan waktu. Diana bisa menggunakan ini sebagai perantara untuk mengerahkan kekuatannya.

Diana berdiri dan menepuk tangannya yang penuh tanah.

“Kita akan menggunakan batu kapur.”

Semua orang bingung. Batu kapur belum pernah sama sekali digunakan untuk tanaman oleh mereka. Marques hanya memanfaatkannya untuk membangun bangunan, bukan untuk tanah.

Diana tahu dari tatapan mereka. “Percayakan lah ini semua kepadaku,” ucapnya.

“Kumpulkan batu kapur dan bawa ke sini menggunakan kereta yang ada.” Karena ini rencana dadakan, Diana hanya bisa meminjam kereta kuda yang digunakan untuk mengangkut bahan dan alat para koki.

Semua orang masih meragukan rencana Diana, namun mereka tetap melakukan apa yang dikatakannya.

Beberapa batu telah dikumpulkan. Diana memegang batu itu, karena area tambang dekat dengan sumber air maka tanah akan lembap dan menyebabkan batu kapur menjadi sedikit basah.

Diana melihat cuaca yang terik. Mereka harus menjemurnya. Mungkin ini membutuhkan waktu beberapa hari.

“Kita harus menumbuk batu ini.”

“Tapi karena ini masih sedikit lembap, jadi kita harus menjemurnya terlebih dahulu selama tiga hari tiga malam.”

“Apa di sini kalian memiliki terpal?” tanya Diana.

“Kita membutuhkan jumlah yang banyak,” lanjutnya.

Semua orang saling melirik.

“Aku… aku memiliki terpal yang cukup besar,” ucap salah seorang warga.

Melihat ada yang berbicara, mereka satu per satu menawarkan terpal mereka.

“Bagus… kita akan menggunakannya sebagai alas batu kapur dan juga untuk menutupinya saat hujan datang.”

Diana dan yang lainnya membentangkan terpal di tanah lapang dan menaruh batu kapur di atasnya untuk dijemur.

Setelah beberapa saat, mereka semua berhasil menjemur batu kapur di tanah lapang.

“Aku ingin kerja sama kalian untuk mengawasi cuaca.”

Diana melihat sebuah rumah kecil. “Ini rumah siapa?” tanyanya sambil menunjuk rumah itu.

“Saya… itu rumah saya,” ucap seorang pemuda.

“Apa boleh kita menitipkan terpal di rumahmu?” tanya Diana.

“Ya… tentu saja boleh,” jawabnya dengan semangat.

“Terima kasih,” ucap Diana sambil tersenyum.

Pemuda itu tersipu malu melihat senyuman Diana.

“Baiklah… kita akan menunggu tiga hari tiga malam dan saat batu kapur benar-benar kering, kita akan segera menumbuknya.”

“Aku akan membawakan tumbukan dalam tiga hari,” ucap Diana.

Arel melihat Diana menjelaskan proses yang akan mereka lakukan. Seandainya ibu masih ada, pasti beliau akan sangat senang sekarang.

“Apa benar itu akan berhasil?” tanya seorang warga.

“Entahlah… tetapi kita tidak akan tahu kalau kita tidak mencobanya,” ucap Diana.

“Tetapi aku yakin ini akan berhasil.”

“Karena tanah ini awalnya memang tanah yang sangat subur,” lanjutnya. Kekuatannya akan membantu tanah ini kembali subur.

Semua orang yang mendengar ini merasa sangat senang dan mulai tersenyum. Harapan yang selama ini mereka tunggu akhirnya datang.

“Aku akan terus membimbing kalian sampai desa ini benar-benar bisa mandiri,” ucap Diana.

“Terima kasih banyak.” Beberapa orang terharu dan mengucapkan terima kasih.

“Ucapkan itu setelah semuanya berjalan lancar,” ucap Diana.

Semua orang tersenyum dengan harapan baru di depan mereka.

“Maaf.” Seorang wanita paruh baya datang menghampiri Diana.

“Ini adalah hadiah sebagai ucapan terima kasihku.” Wanita itu memberikan sebuah gelang kepada Diana. Gelang itu terlihat kuno namun tetap indah.

“Ini sepertinya barang yang berharga,” ucap Diana. Ia tidak ingin mengambil barang berharga milik orang lain.

“Terimalah… Desa kami adalah desa yang terkenal subur meskipun miskin.”

“Ini adalah gelang yang diturunkan dari desa kami, dan keluargaku dipercayakan untuk menjaganya.”

“Gelang ini memiliki kekuatan spirit.”

“Spirit?” Bukankah itu yang digunakan oleh Selena dalam novel? Spirit yang digunakan Selena adalah roh yang terlahir dari emosi manusia, sehingga Selena mampu membuat orang di sekitarnya menyukainya.

“Desa kami belum menemukan orang yang cocok untuk spirit ini, dan spirit ini masih tidur.”

Diana melihat yang lain. Semua orang tersenyum padanya, mengisyaratkan bahwa mereka tidak keberatan.

“Berikan tetesan darahmu dan jika gelang itu merespon, maka kau adalah pilihannya,” ucap wanita paruh baya itu. Mereka sudah mencoba satu per satu darah dari penduduk desa, namun tidak ada yang bisa membangunkan spirit itu.

Diana mengambil gelang itu. “Terima kasih banyak,” ucapnya. Meskipun ia belum menunjukkan hasil, tetapi warga desa telah sangat mempercayainya.

1
Jojo Blackdevil
cepet sembuh KK author semangat
𝓡𝓪𝓲𝓷𝓪 (来奈)
Lanjut 😊😊
𝓡𝓪𝓲𝓷𝓪 (来奈)
😊😊💪
𝓡𝓪𝓲𝓷𝓪 (来奈)
😊😊
𝓡𝓪𝓲𝓷𝓪 (来奈)
👍🏻😊
Tuxepos Jasmine
yahhh....blm up lagi..padahal pagi2 buka NT lsng cek nib novel🥲🥲🥲
Biyan Narendra
Semangat Diana
jangan lengah jangan lelah
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Tuxepos Jasmine
crazy up lagi thor🤭🤭🤭🤭🤭🤭 seru bgt soalnya
Ayudya
Diana kamu harus hati hati dan tetap waspada
Lydia
Bagus
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Ayudya
seru dan ga ngebosenin.lanjut kaka
Ayudya
lanjut kak
Sri wanti
bagus
Sri wanti
good
Mineaa
GWS Thorr....🤲💪
Sri wanti
oke
Sri wanti
ok thor cepat sembuh biar cepet update nya😍
Puspa Wati
semoga cepat sehat ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!