NovelToon NovelToon
Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Status: tamat
Genre:Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:667k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Aluna Haryanti Wijaya, gadis lembut yang menikah demi menjaga kehormatan keluarga. Pernikahannya dengan Barra Pramudya, CEO muda pewaris keluarga besar, tampak sempurna di mata semua orang. Namun di balik janji suci itu, Aluna hanya merasakan dingin, sepi, dan luka. Sejak awal, hati Barra bukan miliknya. Cinta pria itu telah lebih dulu tertambat pada Miska adik tirinya sendiri. Gadis berwajah polos namun berhati licik, yang sejak kecil selalu ingin merebut apa pun yang dimiliki Aluna.

Setahun pernikahan, Aluna hanya menerima tatapan kosong dari suaminya. Hingga saat Miska kembali dari luar negeri, segalanya runtuh. Aluna akhirnya tahu kebenaran yang menghancurkan, cintanya hanyalah bayangan dari cinta Barra kepada Miska.

Akankah, Aluna bertahan demi cintanya. Atau pergi meninggalkan Barra demi melanjutkan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. sakit yang paling dalam, ketika seorang ayah tak bisa mengakui anaknya.

Suasana sore di kediaman Wijaya begitu tenang, hanya suara gemericik air dari kolam renang yang terdengar. Aluna duduk santai di kursi panjang tepi kolam, rambutnya tergerai lembut diterpa angin. Taka duduk di sampingnya, satu lengannya melingkar mantap di pinggang sang istri. Gerakan sederhana itu penuh makna, seolah ingin mengatakan kepada dunia bahwa Aluna adalah miliknya dan tak seorang pun boleh merenggutnya lagi.

Dari kejauhan, langkah tergesa-gesa terdengar. Barra memasuki halaman dengan setelan rapi, wajahnya menegang. Pandangannya langsung menangkap pemandangan itu, Taka yang merangkul Aluna, Aluna yang tersenyum tipis dengan tatapan teduh. Ada api kecil yang menyala di dada Barra, rasa cemburu yang menusuk. Namun ia buru-buru menutupinya, mengatur wajah agar terlihat tenang.

“Tuan Takahashi,” ucap Barra, berusaha terdengar formal. “Saya datang untuk bicara, ada hal penting.”

Taka menoleh perlahan, sorot matanya dingin. “Apa yang bisa begitu penting sampai kau datang ke sini?”

Barra menarik napas panjang. “Saya … saya ingin meminta bantuanmu. Perusahaan saya sedang terancam runtuh, hanya Anda yang bisa membantu.”

Aluna melirik Taka, nyaris bisa menebak sang suami akan menolak mentah-mentah. Dan memang, rahang Taka sudah mengeras, tanda ketidaksetujuan. Namun sebelum ia bicara, Aluna mengangkat tangan, menghentikannya.

“Berikan dia kesempatan bicara,” ucap Aluna tenang. Taka menatapnya, tapi akhirnya mengangguk kecil. Barra langsung mendekat, penuh harap. “Katakan, apa syaratmu. Apa pun itu, akan saya lakukan.”

Baru ia hendak melangkah lebih dekat, Taka berdiri. Gerakannya cepat dan tegas, berdiri tepat di depan Aluna, seolah membentuk dinding tak terlihat. Barra tertegun, dadanya bergemuruh melihat sikap protektif itu.

Suara Aluna terdengar jelas dari balik tubuh Taka. “Syaratnya sederhana, Barra. Taka akan membantumu … asal kau berjanji tak akan pernah lagi mendekati Raka ... dan menganggu hidup kami.”

Mata Barra melebar, dadanya seperti diremas. “Aluna…” suaranya bergetar.

“Dengar baik-baik,” lanjut Aluna, nadanya menusuk. “Selamanya kau tidak boleh mengaku bahwa Raka itu anakmu di depan siapa pun. Itu harga yang harus kau bayar, Barra. Harga dari enam tahun sakit yang kau tinggalkan untukku.”

Kedua tangan Barra mengepal erat, begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Ada bara marah yang ingin meledak, tapi ia tahu posisinya kini. Dia butuh bantuan dan dia tidak punya pilihan.

Akhirnya, dengan suara berat yang nyaris pecah, Barra berkata, “Baik … aku setuju.” Matanya tetap tak bisa lepas dari wajah Aluna, meski tatapan itu penuh luka dan keinginan terpendam. Taka menunduk sedikit, menatap Barra dengan sorot mengintimidasi. “Asistenku akan mengurus sisanya. Jangan coba-coba melanggar syarat yang istriku tetapkan … atau aku sendiri yang akan menguburmu, Barra.”

Tiba-tiba suara langkah kecil terdengar dari arah dalam rumah. Raka, dengan wajah pucat namun penuh semangat, berlari kecil sambil menyeret selimut tipis yang masih melekat di bahunya.

“Daddy…!” serunya lantang, matanya berbinar saat melihat Taka duduk di tepi kolam.

Pengasuhnya panik, buru-buru menyusul dari belakang. “Tuan Raka! Tuan muda, jangan lari, kamu masih sakit…” ucapnya sambil sedikit terengah.

Taka sontak berdiri dan segera meraih tubuh mungil Raka sebelum jatuh, merengkuhnya penuh hati-hati.

“Hei, kamu nggak boleh lari-lari dulu. Daddy kan sudah bilang, istirahat dulu supaya cepat sembuh,” ucap Taka lembut, mengusap rambut anak itu.

Barra yang berdiri tak jauh dari mereka hanya bisa terpaku. Hatinya terasa teriris dalam. Satu kata yang keluar dari mulut Raka, Daddy membuat dadanya sesak, seolah ditikam berkali-kali. Jemarinya mengepal kuat di sisi tubuhnya, namun ia berusaha menahan diri agar tidak terlihat lemah.

Aluna bangkit perlahan, menghampiri mereka dengan senyum tipis yang penuh makna. Ia menatap Barra sekilas sebelum berjongkok di depan Raka. “Sayang, jangan lupa … ucap salam sama om itu.” Jemarinya menunjuk ke arah Barra.

Raka menoleh dengan polos, matanya berkedip bingung.

“Om?” tanyanya, sebelum melambaikan tangan kecilnya, “Halo, Om…”

Barra menelan ludah, berusaha membalas senyuman meski terasa getir. Ia mengangguk pelan. “Halo, Raka…” suaranya serak, hampir tak terdengar.

Dalam hati, Aluna tersenyum puas. Tatapan kecewa sekaligus sakit di wajah Barra adalah balas dendam kecil yang sudah lama ia tunggu. Kini, pria itu bisa merasakan perih yang sama seperti yang ia alami enam tahun lalu.

Sebelum kembali masuk, Raka menoleh pada Taka, lalu dengan spontan ia memeluk leher ayah tirinya itu dan mengecup pipinya.

“Love you, Daddy…” ucapnya tulus.

Taka tersenyum hangat, mengelus kepala anak itu. “Love you too, Sayang. Sekarang mandi dulu, biar segar ya.”

Aluna menggandeng tangan putranya, membawa Raka masuk ke dalam rumah. Namun sebelum benar-benar melangkah pergi, ia sempat melirik Barra sekilas dengan tatapan penuh kemenangan. Barra terdiam, matanya mengikuti punggung kecil Raka yang semakin menjauh, hatinya kembali terasa robek.

Begitu hanya tersisa mereka berdua di tepi kolam, Taka menegakkan tubuhnya, menatap Barra tanpa basa-basi.

“Kerja sama kita akan berjalan sesuai rencana. Asisten saya akan mengurus detail kontraknya. Tapi ingat, Barra…” suaranya dalam, tegas, dan penuh tekanan.

Barra mengalihkan pandangan, berusaha menahan amarah yang menggelegak dalam dadanya. “Apa maksudmu?” tanyanya dingin.

Taka melangkah setengah meter mendekat, menatap langsung ke arah mata pria itu. “Jangan macam-macam, jangan coba-coba menyentuh Aluna, dan jangan sekalipun kau berani mendekati Raka dengan status yang bukan milikmu. Sekali saja kau melanggar, aku pastikan semua yang kau miliki hancur.”

Nafas Barra memburu, tangan kirinya mengepal hingga buku jarinya memutih. “Kau pikir kau bisa menahanku selamanya?” gumamnya dengan suara rendah penuh emosi.

Taka menyunggingkan senyum tipis, namun matanya tetap dingin. “Aku tidak hanya pikir, aku yakin, karena sekarang … Aluna dan Raka memilihku, bukan kau.”

Sunyi sejenak, hanya suara percikan air kolam yang terdengar. Barra menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan luka dan rasa marahnya. Dia tahu, untuk saat ini ia tidak punya kuasa.

"Pikirkan baik-baik. Kau yang membuang berlian itu," ucap Taka dan berlalu pergi meninggalkan Barra yang terdiam sendiri di tempat itu.

1
Lita Pujiastuti
Yakin kau Barra... jgn smpe makin hancur
Lita Pujiastuti
Awal penderitaan krn penyesalanmu yg mendakam, Barra
Lita Pujiastuti
Cuekin aja tuh si Barra
Lita Pujiastuti
Jika kamu terlambat menyadari perasaanmu thd Aluna, kamu akan menyesal seumur hidup setelah Aluna tdk di sisimu lagi
Lita Pujiastuti
saat itu akan tiba Barra
Lita Pujiastuti
Kamu harus segera tinggalkan Barra, Aluna. Bertahan hny akan menambah luka hatimu
Lita Pujiastuti
iri dengki... akan membawa kehancuran, tunggu saja saatnya tiba
Lies Atikah
jangan ada maaf manusia2 busuk
Lies Atikah
suka thor Aluna bahagia dengan pria lain semoga bahagia dan langgeng jut
Lita Pujiastuti
Kamu buta, Barra... tertipu muslihat Miska
Lhéon
ngga usah cemburu deh miska, laki orang kok dicemburui, edann
Lhéon
kik birri kimi diting, halahhh preettt kamu miska
Lhéon
wahhh xialannnnn kau barra
Lhéon
lahh?? dimana-mana pelakor mau menang sendiri yaa /Facepalm/
Siti Maimunah
🤣🤣🤣🤣mampos kai baraaa...👎👎👎👎😝😝😝
Siti Maimunah
miska, bara haryanto..kamu salah pilih lawan..rasalan pembalasan q..😄😄😄😄😄 rasain lw
Lita Pujiastuti
Bagus Aluna, jgn bertahan dlm kesakitan trs
Lita Pujiastuti
Kasihan kau Barra .. hanya diperalat oleh Miska... 😁
Lita Pujiastuti
Nah... gitu dong, pergi dan nikahlah dg pria yg mencintaimu dg tulus
Lita Pujiastuti
Lebih baik tinggalkan orang yg tak pernah berpaling padamu.... carilah kebahagiaanmu sendiri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!