NovelToon NovelToon
Istri Yang Tak Di Inginkan Pengacara Terkenal

Istri Yang Tak Di Inginkan Pengacara Terkenal

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:10.9k
Nilai: 5
Nama Author: Putri Sabina

Maya Amelia, seorang mahasiswi hukum Universitas Bangsa Mulya, tak pernah menyangka kalau takdir akan mempertemukannya dengan Adrian Martadinata pengacara muda,tampan,dan terkenal di kalangan sosialita.
Awalnya, Maya hanya mengagumi sosok Adrian dari jauh. Namun, karena sebuah urusan keluarga yang rumit, Adrian terpaksa menikahi Maya gadis magang yang bahkan belum lulus kuliah, dan tak punya apa-apa selain mimpinya.
Setelah Menikah Adrian Tak bisa melupakan Cinta Pertamanya Lily Berliana seorang Gundik kelas atas yang melayani Politisi, CEO, Pejabat, Dokter, Hingga Orang-orang yang punya Kekuasaan Dan Uang. Lily Mendekati Adrian selain karena posisi dirinya juga mau terpandang, bahkan setelah tahu Adrian sudah memiliki istri bernama Maya, Maya yang masih muda berusaha jadi istri yang baik tapi selalu di pandang sebelah mata oleh Adrian. Bahkan Adrian Tak segan melakukan KDRT, Tapi Ibunya Maya yang lama meninggalkannya kembali Greta MARCELONEZ asal Filipina untuk melindungi Putrinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Sabina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Sekadar Sahabat

Kantin mulai lengang. Sebagian besar mahasiswa telah kembali ke kelas atau ruang baca. Di sudut ruangan dekat jendela, Maya dan Tiara duduk berhadapan. Sepiring nasi ayam geprek dan dua gelas es teh manis tergeletak di atas meja.

Tiara menyendok makanannya, lalu menatap Maya yang masih memeluk laptop sambil melamun.

“Lo kenapa sih, May? Dari tadi diem aja,” tanya Tiara sambil mengunyah. “Masih kepikiran seminar?”

Maya tersenyum tipis. Ia meletakkan laptopnya dan mulai membuka bungkus sendok plastik.

“Enggak juga… cuma, ya, tadi lumayan bikin deg-degan aja.”

Tiara mendelik geli. “Deg-degan gara-gara siapa nih? Gara-gara materi seminarnya, atau gara-gara pembicaranya yang gantengnya nggak masuk akal?”

Maya tertawa pelan, pipinya kembali merona. “Tiaraaa…”

“Ayo ngaku! Tadi lo dicolek dikit aja udah kayak kesetrum. Apalagi waktu dia manggil nama lo, ‘Maya Amelia’... vibes-nya tuh kayak di drama Korea pas bosnya naksir anak magang!”

Maya menunduk malu, tapi tak menyangkal. “Gue cuma nggak nyangka aja bisa ngobrol langsung sama Pak Adrian. Biasanya cuma liat dia di TV, YouTube. Eh, tadi malah bisa ngobrol sebentar.”

Tiara menyandarkan punggung ke kursi, lalu menyeruput tehnya. “Tahu nggak? Pas lo pamit pergi, dia masih mandangin lo, lho. Serius.”

“Ah, yang bener?” Maya spontan menoleh.

“Beneran. Gue sampe mikir, jangan-jangan si bapak pengacara itu naksir juniornya.”

Maya menepis lengan Tiara sambil terkekeh. “Ya ampun, Ti… dia itu pengacara top, usianya pasti udah kepala tiga. Nggak mungkin lah.”

Tiara mengangkat alis. “Lo lupa? Cinta itu nggak kenal usia. Dan lo tuh cantik, pinter, beda dari cewek-cewek kampus kebanyakan. Lo punya aura sendiri.”

Maya tersenyum pelan, namun matanya menyiratkan kegelisahan. Ada bagian dari dirinya yang ingin menikmati perasaan itu—kagum, penasaran, sedikit girang. Tapi ada pula sisi lain yang sadar bahwa hidupnya tak sesederhana itu.

“Gue cuma takut,” bisiknya.

“Takut apa?”

“Kalau perasaan ini bikin gue berharap terlalu jauh… atau bikin gue lupa sama tujuan gue ke sini.”

Tiara menatap Maya dengan serius. “May, rasa kagum itu bukan dosa. Tapi lo juga nggak harus buru-buru percaya.

Jalanin aja pelan-pelan. Siapa tahu ini bukan cuma tentang rasa suka, tapi tentang arah baru dalam hidup lo.”

Maya mengangguk pelan. “Iya… makasih ya, Ti.”

Mereka kembali makan. Namun sebelum percakapan reda, Reza muncul dari belakang mereka sambil membawa nampan berisi makanan.

“Wah, rame amat,” sapa Reza, lalu duduk di samping Maya.

Tiara tertawa kecil. “Lagi ngebahas Pak Adrian, Za. Lo dateng pas banget.”

Reza meletakkan sendok ke meja dengan suara sedikit keras. “Oh, si pengacara keren itu? Yang udah punya cewek mirip cabe kering, itu ya?”

Tiara langsung tertawa. “Julid banget sih, Za!”

Reza nyengir, tapi matanya melirik Maya. “Gue cuma ngingetin aja. Biar nggak terlalu nge-fans sama orang yang udah jelas bukan milik publik.”

Maya mencoba tersenyum. “Enggak kok, cuma kagum aja. Dia inspiratif.”

Reza menghela napas. “Ya, semoga aja nggak salah kagum.”

Suasana jadi sedikit canggung. Tiara buru-buru menengahi, “Udah yuk, makan dulu. Ayamnya keburu dingin.”

Tapi Maya tahu, nada suara Reza barusan bukan sekadar candaan.

“Lo kenapa sih, Za?” tanya Maya, suaranya pelan. “Tadi nyindir ya?”

Reza menoleh cepat. “Nyindir? Emangnya gue bilang apa?”

“Soal cabe kering itu,” ucap Maya sedikit meninggi. “Lo marah karena gue kagum sama Pak Adrian?”

Reza meletakkan sendoknya, kini tak menyembunyikan kekesalannya. “Ya karena emang gue marah, May!”

Maya terdiam. Bahkan Tiara kini berhenti mengunyah.

Reza menatap Maya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. “Lo pikir gue nggak ngerasa apa-apa tiap lo cerita soal cowok lain? Apalagi yang jelas-jelas beda dunia sama kita.”

“Reza…”

“Gue tahu dia siapa. Keren, punya firma hukum, terkenal. Tapi lo pernah mikir gak, kita ini siapa? Lo itu Maya, anak warung, yang gue kagumi justru karena semua kesederhanaan itu.”

Maya menunduk, hatinya campur aduk. Tersentuh, tapi juga gusar.

“Tapi kalau lo malah ngebayangin hal yang terlalu tinggi sampai gue ngerasa kecil… gue juga capek, May.”

Tiara buru-buru bangkit. “Eh, gue ambil minum dulu ya!” katanya sambil kabur dari meja.

Maya menatap Reza, pelan-pelan menjawab. “Reza, gue nggak pernah anggap lo kecil. Tapi lo juga nggak bisa larang gue buat kagum sama orang yang bikin gue semangat.”

Reza menghela napas, menunduk. “Gue gak larang. Gue cuma takut… kehilangan lo.”

Keheningan menggantung sesaat.

Maya mengepalkan tangannya di atas meja. “Lo gak akan kehilangan gue. Tapi gue juga punya mimpi besar, dan lo harus bisa terima itu.”

Reza mengangguk pelan. Meskipun diam, matanya sedikit memerah. Maya tahu—kata-katanya barusan seperti tembok tak terlihat yang perlahan mulai tumbuh di antara mereka.

Tiara kembali ke meja dengan dua botol teh dalam tangan. Ia sudah mendengar cukup banyak saat kembali, dan ekspresi tegang Maya serta Reza membuatnya cepat duduk di tengah mereka.

“Woi, kalian berdua… kenapa jadi kayak musuhan gini?” tanyanya lembut, tapi tegas. “Baru juga tadi pagi kita bareng-bareng ke seminar. Kok sekarang udah kayak debat meja hijau?”

Maya hanya menunduk, masih kesal, sedangkan Reza memalingkan wajah ke arah jendela.

Tiara menarik napas, menaruh teh botol ke meja, lalu bersandar ke kursi sambil memandang mereka berdua bergantian.

“Gue ngerti, Reza khawatir. Lo suka sama Maya, ya? Udah kelihatan banget kok dari dulu,” ucap Tiara tanpa basa-basi. Reza langsung menatapnya kaget.

“Dan lo juga, May… kagum sama Pak Adrian itu wajar. Tapi jangan sampai bikin Reza ngerasa gak dianggap. Kalian ini udah sahabatan dari lama, masa rusak cuma karena salah paham soal perasaan?”

Tiara mencondongkan tubuhnya ke depan. “May, lo inget gak, siapa yang nemenin lo pas warung sepi? Siapa yang bantuin lo belajar pas ujian semester satu? Itu Reza. Dan Reza, lo juga harus sadar, Maya punya mimpi besar. Dia pengen jadi orang sukses, sama kayak lo.”

Reza dan Maya masih diam.

Tiara akhirnya menepuk tangan pelan. “Udah, yuk, damai dulu. Gak usah saling nyalahin. Kalau memang ada rasa, omongin baik-baik. Kalau belum siap, ya jangan bikin suasana makin keruh.”

Reza akhirnya berbicara, suaranya pelan. “Gue cuma takut kehilangan, Ti…”

Maya menatapnya. “Dan gue juga gak mau kehilangan sahabat terbaik gue…”

Tiara tersenyum lega. “Tuh, kan. Ngomong baik-baik kayak gini enak. Gak perlu baperan. Kalian berdua terlalu berharga buat saling jauhan cuma karena masalah kayak gini.”

Maya dan Reza saling menatap, lalu perlahan tersenyum. Suasana yang tadinya tegang mulai mencair.

Tiara pun mengangkat gelas es tehnya. “Oke, gue toast dulu ya buat dua sahabat gue yang keras kepala tapi saling peduli.”

Reza dan Maya ikut mengangkat gelas, ketiganya bersulang kecil sambil tertawa. Meski masalah belum sepenuhnya selesai, setidaknya luka kecil di hati mereka hari ini tidak menjadi jurang yang memisahkan.

1
partini
🙄🙄🙄🙄🙄
Azka Bara
kapan maya bahagianya,,terus itu Adrian kq tidak si pecat sih
Azka Bara
mosok Adrian masih mau sama lily sih,di tunggu karmamu Adrian
Daplun Kiwil
semangat up nya thor
partini
ini baru lawan sepadan good girl 👍👍 adikmu terlalu lemah lembut gampang di sakiti ,, pertarungan seperti apa yah selanjutnya di antara mereka lanjut thor
partini
OMG ini mah wow buangttt kalau masih balikan double wow no good
partini
suami gemblung
Uthie
sebenarnya sy kadang aga malas kalau baca di awal, dimulai proses yg panjang nya dulu 😁
Pinginnya gak panjang-panjang awalan ceritanya...
malah kadang suka lebih seru kalau awalan nya langsung yg konflik atau sudah jadi nya aja 👍😁
Ditengah atau setelahnya baru dehh bisa di ceritakan lagi sedikit atau pelan-pelan proses dari awalan Konflik tsb 👍😁🙏

kalau di awalin sebuah perjalanan cerita tsb,kadang suka nimbulin boring dulu baca nya... kelamaan ke konflik cerita tsb nya 🙏🙏🙏
Putri Sabina: berarti suka yang alurnya mundur ya daripada maju/Smile/
total 1 replies
partini
nyeseknya,,so kita lihat the next episode apakah anding nya bersatu lagi seperti ana dan adam atau berpisah
Uthie
ketidak beranian kadang meninggalkan penyesalan dikemudian hari .. saat seorang wanita butuh laki2 yg berani dan pasti-pasti aja 👍😁
Uthie
coba mampir 👍
Eridha Dewi
kok kasihan Maya ya Thor, dah cerai saja
Qian Lin
tapi memang bukan perempuan baik2 kan li? adrian tau engga ya kamu simpenan2 lain? kamu terlalu pinter nutupin atau memanh si adrian yang buta.
Qian Lin
yaaampun,. menyadari kalau kamu ani - ani. ya sifat manusia sih.
Qian Lin
yang bener Mario Santiego atau mario Dantes. wkwkwkw lupa ganti kah autor
Putri Sabina: Mario Dantes Santiago
total 1 replies
Qian Lin
aduh bingung ai, diawal bapak bilang, ibu bakal balik, ini dia nglarang buat jangan panggil ibu. Kontradiksi. jadi gimana sifat bapak ahmad ini, dingin dan tegas atau lembut penyayang?
Putri Sabina: nanti revisi Kakakku/Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!