Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan dengan Yori
Di sebuah kafe, dua orang wanita dan seorang pria muda saling terdiam dan sibuk dengan minuman masing-masing. Tidak ada satupun yang memulai pembicaraan semenjak si pria datang.
"Apa kalian minta aku datang cuma untuk melihat kalian minum?" Akhirnya pria itu membuka suara. Dia menatap kedua wanita di hadapannya dengan tajam. Manik matanya memperhatikan salah satu wanita itu dengan seksama. Wanita berjilbab yang selama beberapa bulan ini membuatnya penasaran dan bingung dengan sikapnya sendiri.
"Jadi gini Yori ... aku mau minta tolong sama kamu bisa gak?" Amanda memberanikan diri sambil berbicara dengan lembut.
"Tergantung!" Yori menjawab datar sambil melipat tangannya di dada dan melihat ke arah Rena.
Rena yang ditatap tetap sibuk dengan ponselnya.
Amanda lalu menyikut lengan Rena, mengkode sahabatnya itu untuk membantunya berbicara.
"Hah apa?" Ia menatap Amanda yang memberi isyarat dengan gerakan dagunya untuk melihat Yori. Rena mengalihkan matanya ke Yori yang ternyata sedang menatapnya. Sepersekian menit mereka saling tatap. Kemudian Rena segera mengalihkan pandangannya, menunduk dan meminum minumannya.
"Amanda butuh kamu sebagai model untuk brosur dan baliho kampus." Rena berbicara tanpa melihat mata Yori.
"Boleh, tapi ada syaratnya." Jawabannya masih datar tanpa mengalihkan matanya dari Rena sedikitpun.
"Apa itu? Pokoknya kamu bisa minta syarat apapun yang penting kamu setuju yah?" Amanda pun bertanya dengan antusias.
Hening.
"Aku mau dia membantuku mengerjakan tugas-tugas kuliahku!" kata Yori sambil menunjuk Rena.
"Kenapa aku? Kan yang minta tolong Amanda. Kamu jangan ngelunjak deh Yori!" tukas Rena dengan sewot.
Ia menatap kesal pada pria itu.
"Kalau tidak mau ya sudah!" Yori lantas berdiri hendak beranjak pergi.
"Tunggu dulu! Sabar ya Yori, duduk dulu dong, ini bisa dibicarakan baik-baik, masa wajah malaikat seperti itu harus dirusak sama emosi sih." Amanda merayu Yori berusaha menahannya, bahkan ia mengeluarkan jurus merayunya dengan puppy eyesnya. Yori kembali duduk.
"Aku bisa kok ngerjain tugas-tugas kamu. Jangan khawatir deh pokoknya semuanya beres!" Amanda kembali memberi penawaran.
"Tapi aku mau dia!" Yori menatap Rena lagi. Rena menghela napas
*Kal*au bukan demi Amanda sudah ku remes-remes muka ganteng mu itu!
"Itu nggak mungkin dan berbahaya untuk karirku, aku masih belum berniat berhenti mengajar." Rena memberi alasan yang tegas. Rasanya dia sudah jengah menghadapi mahluk menyebalkan di hadapannya ini. Jika bukan karena sahabatnya itu mungkin sedari tadi dia sudah meninggalkan tempat ini. Ini semua karena permintaan Amanda.
Flashback On
"Kamu tuh ya Manda gak bisa liat orang senang!" Rena menyambut Amanda dengan omelan. Sepagi ini Amanda sudah di rumah Rena, padahal hari ini hari libur. Amanda hanya cengengesan menerima perlakuan sabahatnya itu, yah baginya omelan rena bagaikan angin yang berhembus kadang terasa sejuk tapi terkadang tak terasa apapun.
"Rena kamu punya nomor kontak Yori kan?"
"Iya, kenapa? Bukannya kamu bisa dapat kontaknya di data mahasiswa. Kamu ganggu liburan aku gara-gara mau minta kontak Makhluk itu?" Omelannya makin makin panjang, dia makin kesal saat Amanda menyebut nama bocah itu.
"Aduh jangan ngomel-ngomel gitu dong Bu Dosen cantik ... ntar umurnya berkurang loh kalau suka ngomel" Amanda berusaha menenangkan sahabatnya yang sedang dalam mode garang.
"Memangnya ada apa sama tuh Bocah?" suara Rena melunak.
"Itu ... aku disuruh Pak Riko ikut menangani masalah pembuatan brosur dan baliho kampus. Aku diminta mencari modelnya. Nah permintaan Pak Dekan sama Pak Riko itu, Yori yang jadi modelnya."
"Trus?"
"Aku udah berapa hari hubungin dia, tapi gak pernah diangkat. Padahal nyambung loh. Udah aku coba hubungi pakai nomor lain tetep sama."
"Oh ... mungkin dia lagi bertapa di gowa dan ada larangan bawa handphone di sana!" Rena menanggapi asal bicara sambil tertawa.
"Kamu iihh ... malah bercanda, orang lagi serius!" Amanda melempar bantal pada sahabatnya dan dibalas lemparan bantal lagi oleh Rena. Akhirnya beberapa saat mereka saling melempar bantal.
"Jadi maksudmu aku yang hubungin Dia?" Rena menebak pikiran Amanda.
"Hehehe ... iya." Rena memonyongkan bibirnya, kemudian mengambil ponselnya. Dia menekan nomor Yori dan menekan loudspeaker agar Amanda ikut mendengar.
"Halo!" Si pemiliknya langsung menjawab hanya dengan sekali nada sambung. Amanda mendelik mendengarnya tak menyangka Yori langsung mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum!" Rena memberi salam.
"Wa'alaikum salam, ada apa?" kata Yori dengan gaya khasnya yang datar.
"Ada aku, kamu juga Amanda di sini." Rena menjawabnya dengan candaan. Amanda yang mendengarnya langsung mencubit pelan pinggang Rena.
"Kita mau bicara sama kamu, apa kamu punya waktu?" Rena pun menyampaikan maksudnya.
"Hmm ... boleh, dimana?"
"Cafe BC jam 13.00."
'Oke, bye!"
Tutt Tutt Tutt.
"Kebiasaan tuh bocah!" Rena menggerutu. Amanda langsung memeluk dan mencium pipi sahabatnya begitu tahu tujuannya akhirnya bisa dicapai.
"Thanks ya Ren!"
"Apa sih yang gak buat kamu, Sayang." jawab Rena juga dengan genit.
Mereka tertawa menyadari tingkah mereka yang menggelikan.
Flashback Off
"Oke ... Dia aja yang ngerjain tugas aku!" Yori menunjuk Amanda dengan dagunya. Amanda tersenyum lega. Begitupun Rena.
"Tapi ...."
"Tapi apa?" Rena menaruh curiga. Perasaannya tidak enak.
"Kamu harus nemenin aku latihan futsal setelah ini."
"What ?"
Rena mendelik dan hendak tancap gas dengan omelannya. Amanda segera memegang pundak Rena agar emosinya kembali netral. Rena melihat Amanda yang sedang menungkupkan kedua tangannya di dada memohon pada Rena dengan puppy eyesnya. Dia tidak punya pilihan lagi. Demi sahabatnya kali ini Rena harus mengalah lagi untuk kesekian kalinya. Dia menghela nafas.
"Oke fine, tapi kamu jangan macam-macam ya!" Rena mengancam dengan tatapan tajam.
"Deal!" Yori tersenyum kemudian berdiri dan memakai jaketnya. Amanda takjub melihat senyuman Yori yang sangat langka itu.
"Ayo!" Ia mengajak Rena. Gadis itu kemudian berdiri dan menatap sahabatnya.
"Manda, aku duluan ya? Kamu gak apa-apa kan aku tinggal?" Rena merasa tidak enak dengan sahabatnya itu.
"It's oke baby. Entar lagi jemputanku juga datang kok!" Amanda mengedipkan matanya. Rena melambaikan tangannya pada sahabatnya dan mengikuti Yori menuju parkiran. Rena terpaku mengetahui apa yang dikendarai Yori. Lagi-lagi ia menghela nafas.
"Kamu kenapa gak pakai mobil aja sih atau pakai motor biasa aja gitu kan nyantai, daripada motor begini ribet mana berisik pula." Rena mengomel mengomentari motor sport di depannya sambil menerima helm dari Yori.
Rena memakai helmnya. Melihat Rena yang kesulitan mengancingkan helm nya, Yori membantunya memasangkannya. Rena agak terkejut tapi berusaha menutupinya.
"Ayo naik!" perintah Yori yang sudah ada diposisi depan. Rena naik kemotor dengan susah payah.
"Pegangan! Aku gak tanggung jawab kalau kamu jatuh ya!"
Rena memegang jaket Yori dan seketika Yori meng-gas motornya hingga badan Rena membentur badan Yori. Mau tak mau akhirnya Rena memeluknya. Yori tersenyum sambil melajukan motornya dengan kecepatan tinggi membelah kebisingan kota.
Bersambung.
...****************...
bonus lumayan
Next lanjut