Istri Yang Tak Di Inginkan Pengacara Terkenal

Istri Yang Tak Di Inginkan Pengacara Terkenal

Prolog

Seorang gadis berusia 19 tahun duduk termenung di sudut ruang tamu rumah kecil itu. Matanya menatap lekat-lekat sebuah foto lama.

Di dalam bingkai kayu yang sudah mulai kusam, tampak seorang wanita anggun bergaun merah muda, wajahnya cantik seperti perempuan Filipina.

Dalam foto itu, wanita tersebut menggendong seorang bayi merah, sementara di sampingnya berdiri seorang bocah perempuan berusia delapan tahun — itu Maya kecil.

Hening.

Maya menghela napas panjang. Ia tak pernah mengenal sosok perempuan itu secara nyata, hanya dari foto dan cerita yang berulang-ulang diceritakan ayahnya.

Tak lama kemudian, suara langkah kaki pelan terdengar. Ahmad, ayahnya, yang kini mulai menua, menghampiri Maya.

Lelaki itu menepuk pundak putrinya dengan lembut, senyum lelah terpahat di wajahnya.

“Ibu kamu akan pulang, Nak,” ucap Ahmad dengan suara pelan, seperti menenangkan diri sendiri.

Maya menoleh, menahan rasa jengkel yang menumpuk bertahun-tahun.

“Sampai kapan, Pak? Sampai aku lulus kuliah, atau sampai aku di akhirat nanti?” jawabnya ketus. Suaranya pelan, tapi penuh getir.

Ahmad terdiam. Nafasnya menghela panjang, berat, seperti tak tahu harus menjawab apa.

“Hush… jangan ngomong gitu, Maya. Dosa,” tegur Ahmad pelan.

Air mata Maya mengalir tanpa suara. Tangannya mengepal di atas lutut.

“Tapi gimana, Pak? Aku ini anak perempuan… aku juga butuh kasih sayang seorang ibu. Aku juga pengen ngerasain pulang ke rumah ada yang masakin, ada yang peluk, ada yang nasehatin kayak temen-temen aku. Tapi aku gak pernah dapet itu.”

Ahmad tak berkata apa-apa lagi. Ia hanya menatap televisi yang baru saja dinyalakannya.

Di layar kaca, berita hukum sedang tayang. Tentang seorang wanita yang sedang memperjuangkan hak asuh anaknya, dibela oleh seorang pengacara muda yang terkenal karena keberaniannya melawan orang berkuasa. Namanya terpampang jelas: Adrian Martadinata.

Ahmad terkekeh kecil, seolah ingin mengalihkan suasana.

“Coba ya, seandainya kamu nikah sama dia. Hidup kamu aman, Maya.”

Maya mendengus sebal, meski dalam hatinya geli sendiri mendengar ide aneh Ayahnya.

“Apaan sih, Pak. Aku masih kuliah juga baru mau semester tiga. Udah mikirin nikah aja.”

Ahmad tersenyum tipis, menepuk kepala putrinya lembut.

“Namanya juga bapak- bapak. Bercanda, biar kamu gak sedih terus.”

Maya ikut tersenyum kecil, walau matanya masih basah.

Dalam hatinya, ia tahu... mungkin ibunya takkan pernah pulang. Tapi hidup harus tetap berjalan.

*

*

*

*

DI TEMPAT LAIN

Sementara itu, di sudut lain Jakarta, Adrian Martadinata baru saja keluar dari gedung pengadilan setelah memenangkan persidangan besar.

Wajahnya tetap dingin seperti biasa, tetapi layar ponselnya yang tiba-tiba menyala membuat langkahnya terhenti. Nama di layar itu cukup familiar: Lily Berliana.

Adrian mengangkat panggilan itu, menempelkan ponsel ke telinga sambil berjalan santai ke arah mobilnya.

"Halo, sayang. Kamu di mana?" suara lembut Lily terdengar manja dari seberang sana.

"Baru selesai sidang." Adrian menjawab singkat, seperti biasa.

"Aku lagi di tempat biasa, sayang. Kesini, ya. Aku punya kejutan buat kamu."

Nada suara Lily terdengar antusias, seolah sudah menyiapkan sesuatu dengan hati-hati.

Adrian hanya mengangkat alis malas. Tapi karena sudah terbiasa dengan gaya pacarnya yang kekanak-kanakan, dia menyalakan mesin mobil sport mewahnya tanpa banyak protes.

Dalam hitungan menit, mobil keluaran terbaru itu melaju mulus menuju sebuah apartemen elit di pusat kota Jakarta. Gedung tinggi dengan lobi marmer dan penjaga berseragam rapi menyambutnya seperti biasa.

Sesampainya di depan pintu unit apartemen milik Lily, Adrian menekan bel.

Ding-dong.

Tak lama kemudian, pintu terbuka. Lily Berliana, wanita cantik dengan dandanan sempurna dan pakaian mewah, menyambutnya dengan senyum lebar. Di tangannya, ada sebuah kue kecil berbentuk... wajah Adrian sendiri.

"Selamat, honey! Karena kamu udah menangin kasus besar lagi hari ini!" ujar Lily riang sambil menunjukkan kue itu dengan bangga.

Adrian menatap kue aneh itu tanpa ekspresi. Bibirnya hanya bergerak tipis.

"Ini ide siapa?"

"Aku dong, siapa lagi? Lucu, kan?" Lily tertawa kecil.

Adrian hanya masuk tanpa bicara banyak. Di dalam, apartemen mewah itu sudah dipenuhi bunga, hadiah kecil, dan aroma parfum mahal yang menyengat.

Bagi Lily, ini kejutan romantis.

Bagi Adrian, ini cuma rutinitas basi yang ia jalani... sampai waktunya tiba, ia benar-benar harus memilih masa depan.

Adrian memasuki apartemen mewah itu tanpa banyak bicara. Ia langsung duduk di sofa, melepaskan jasnya, lalu mengendurkan dasi yang sejak tadi mencekik lehernya.

Lily mengikuti dari belakang dengan senyum genit. Ia meletakkan kue kecil di meja, memotongnya perlahan, lalu menyuapi Adrian dengan gaya manja khasnya.

Gaun ketat berwarna pastel membalut tubuhnya, rambut panjangnya di-blow rapi dengan ikal lembut di ujungnya, semakin menonjolkan kesan wanita sosialita yang penuh percaya diri.

Tanpa malu, Lily duduk di pangkuan Adrian, tangannya melingkar manja di leher pria itu.

"Cuma aku yang bisa rayain kemenangan kamu kayak gini, kan, sayang?" bisiknya genit.

Adrian menatap wajah cantik Lily, tersenyum tipis. Bagi orang lain, mungkin ini momen romantis. Bagi Adrian? Entah sejak kapan semua ini terasa hambar. Tapi karena ini sudah menjadi rutinitas mereka, ia membalas dengan cara yang biasa.

Tangan Adrian memegang dagu Lily, membawanya lebih dekat. Tanpa kata, bibirnya menempel rakus, menuntut lebih.

Ciuman yang awalnya lembut, berubah semakin dalam, semakin panas, sampai tangan Adrian memegang bokong Lily yang melekuk indah.

Namun tiba-tiba—

BRRR… BRRR…

Suara getaran ponsel memecah suasana. Adrian mengerling ke arah meja. Ponselnya menyala, nama yang tertera di sana cukup membuatnya tersadar seketika: Ibu.

Adrian mendesah pelan, melepaskan ciuman itu dengan malas.

"Untung ibu kamu nelpon. Coba kalau enggak, kita udah… you know," ucap Lily sambil terkikik, memainkan jemarinya di dada Adrian.

Adrian hanya diam, meraih ponselnya. Tatapannya sempat kosong sejenak.

Entah kenapa, di balik segala dosa yang sering mereka ulang, telepon dari sang ibu malam ini seperti teguran kecil yang menampar kesadarannya.

Tuhan memang punya banyak cara untuk menegur manusia. Kadang lewat hal sederhana, seperti dering telepon di tengah ciuman yang hampir kehilangan kendali.

Adrian menekan tombol hijau.

"Halo, Mah? Ada apa?" suaranya terdengar santai, tapi agak malas.

Dari seberang telepon, suara ibunya langsung terdengar tanpa basa-basi.

"Ibu mau ngomong sama kamu, cari perempuan baik-baik buat kamu nikahi. Jangan Lily. Ibu gak suka dia."

Adrian memejamkan mata sejenak, menahan napas. Dia sudah hafal arah pembicaraan ini.

"Mah, aku cinta sama Lily. Lagian… urusan pasangan masa mama ikut campur?" sahut Adrian datar.

Tapi ibunya langsung membalas dengan suara keras, penuh ancaman yang tak main-main.

"Kalau kamu masih kekeh sama Lily, Mama mendingan mati aja!"

Adrian terdiam. Suasana ruang tamu apartemen mewah itu mendadak hampa. Lily yang masih duduk di pangkuannya hanya menatap tanpa tahu isi percakapan.

"Mah... jangan ngomong yang enggak-enggak."

"Mama serius, Adrian. Denger ya… perempuan seperti Lily enggak akan pernah bawa kamu ke arah yang benar. Mama enggak minta banyak. Cari istri yang baik, bukan perempuan murahan."

Adrian mendesah panjang.

"Nanti kita bicarain lagi. Aku sibuk."

Telepon dimatikan. Lily menatap Adrian dengan wajah manja.

"Kenapa? Ibu kamu marah lagi, ya?" tanya Lily.

"Iya sayang," jawab Adrian sambil membelai rambut Lily dan wanita itu menyandar di dada bidang milih Adrian.

Adrian tak menjawab. Ia bersandar di sofa, menatap langit-langit apartemen yang begitu mewah… tapi rasanya hampa.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

coba mampir 👍

2025-08-08

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Maya dan Jalan Panjang Menuju Mimpinya
3 Langkah Kecil Reza
4 Pertemuan Kecil, Awal Cerita Besar
5 Langkah Kecil, Takdir Besar
6 Doa Seorang Ayah Dan Harapan Maya
7 Restu yang Tak Pernah Datang
8 Maya Dan Ayahnya Menggunakan Aplikasi Gofood.
9 Warung Ramai Dan Hadiah Dari Ayah
10 Seseorang Sedang Mengawasi
11 Greta Marcelonaz Ibu Dari Maya Amelia
12 Flashback keegoisan Greta
13 Tanda yang Tak Terucap
14 Reza dan Rasa yang Tak Pernah Dipaksa
15 Greta Ibu Yang Tak akan Kalah atau Menyerah
16 Rencana Hanna Marcelonez dan Dokter Mario Santiago Pindah Ke Jakarta
17 Maya Dan Tiara Bertabrakan Dengan Lily Berliana
18 Lily Berliana Ani-Ani Kelas Atas
19 Perempuan Yang Tak Layak Di Jadikan Istri
20 Bertemu Ayah Tiara Dan Mario Menggunakan Jasa Lily
21 Malam di Manila, Rindu di Jakarta
22 Ketika Ayah Memasak dan Aku Berdoa
23 Seminar Fakultas Hukum, Ruang 204
24 Pertemuan Adrian dan Maya yang Tidak Netral
25 Bukan Sekadar Sahabat
26 Arman Wiradiputra Ayah Tiara
27 Antara Pasal dan Perasaan
28 Jarak yang Tidak Terlihat
29 Sebelum Jadi Pengacara
30 Saat Kota Tertidur, Hati Terbangun
31 Adrian Belum Tahu Jika Lily adalah PSK Kelas Atas
32 Pertemuan Tanpa Sadar Maya Dan Mariana
33 Senja yang Menyimpan Takdir
34 Mariana Bertemu Anak Gadis Itu Bernama Maya
35 Pelindung dan Pengamat
36 Sambal Mangga dan Sebuah Pilihan
37 Membeli rumah Baru Di Cluster Soka
38 Pindah ke rumah Baru Di Cluster soka
39 Lamaran di Tengah Detak Lemah
40 Satu Siang yang Mengubah Segalanya
41 Lamaran Usia Muda Antara Bakti dan Luka
42 Permintaan Terakhir
43 Antara Kebaya Ibu dan Sampanye Manila
44 Langkah Pertama Menuju Nama Keluarga Baru
45 Percakapan Adrian Dan Maya Di Kediaman Martadinata
46 Membuat Perjanjian Pra-nikah
47 Dengan Sopan, Dia Membalik Dunia
48 Seminggu Lagi Jadi Istri Orang
49 Paris dan Janji yang Kandas
50 Pertanda dari Dalam Mimpi
51 Mimpi Seorang Anak, Dendam Seorang Kekasih
52 Jangan Pikir Bisa Bahagia
53 Teror Dari Lily
54 Ivory: Warna yang Menyembunyikan Luka
55 Aku Hanya Ingin Melihatnya Sekali Lagi
56 Pernikahan Ini Bukan Pilihanku
57 Bukan Pilihan Siapa-Siapa
58 Acara pasang tarub dan tuwuhan Greta Datang Untuk Melakukan Ritual
59 Midodareni Tanpa Bidadari
60 Tanda-Tanda Redflag Adrian : Kamu Belum Jadi Istri Saya
61 Aku Tidak Bahagia di Hari Bahagiaku
62 Akad Nikah
63 Pelaminan Tanpa Cinta
64 Pembicaraan Maya dengan Ibu Dan Kakak Perempuannya
65 Bukan Malam Pengantin Tapi Malam Pertama KDRT
66 Firasat Seorang Ibu
67 Perban di Tangan, Senyum di Bibir
68 Luka KDRT
69 Perempuan yang Berdiri di Tengah Badai
70 Tamparan Pertama
71 Tirai yang Tak Lagi Menutup Luka
72 Luka yang Tersembunyi
73 Genggaman Tak Terlihat
74 Kebenaran di Balik Senyum
75 Perlindungan Greta Sebagai Ibu
76 Menghabiskan Waktu Ibu Dan Anak Yang sudah lama terpisah
77 Luka Maya, Murka Ibu
78 Titik Nadir Sebuah Pernikahan
79 Lily Dan Mario Di Gerebek Oleh Greta Dan Polisi
80 Percakapan Greta Dengan Ahmad Mengenai Kedua Menentu Mereka
81 Drama Pagi Hari
82 Antara Kampus dan Ketakutan
83 Pelampiasan Kemarahan
84 Kesucian yang Terenggut Oleh Sang Suami
85 Badai Rumah Tangga Hanna
86 Perang di Ranjang
87 Pengacara Terkenal Dan Istrinya Konferesi Pers
88 Ibu Mertua Perhatian
89 Rumah Tangga Hanna Dan Dokter Mario Santiago
90 Kekuatan Dua Ibu, Greta dan Mariana
91 Adrian berbicara Soal anak
92 Lily menyewa Buzzer dan Berhasil Bebas Dari Penjara
93 Kepergian Sang Pelindung
94 Penderitaan Maya Dari Sang Suami
95 Ironi di Balik Keadilan
96 Di Rumah Sakit Maya tetap menjaga jarak
97 Reza Dan Tiara Menjenguk
98 Kehamilan Maya dan Ketidak Percayaan Adrian
99 Kehamilan Maya dan Kecurigaan Adrian
100 Adrian Membawa Lily Ke Rumah Saat Maya Tengah Mengandung
101 Kebencian yang Ditabur Adrian
102 Ketika Sabar Berbuah Dendam
103 Kabar Kehamilan Maya yang Bahagia dan Hanna Mengamuk Saat Lily Tiba
104 Balas Dendam Sang Kakak
105 Dendam dan Cinta Seorang Kakak
106 Perjuangan Melawan Badai Media
107 Sahabat Selalu Ada
108 Greta, Sang Tameng Penjaga
109 Gertakan Greta yang Mematikan
110 Rencana Gila Adrian
111 Kekhawatiran Maya Soal Adrian Yang Ternyata Mengintainya
112 Di Bawah Pengawasan Adrian
113 Adrian berhasil menculik Maya
114 Ketakutan Maya Dan Rencana Penyelamatan
115 Adrian Tertangkap Polisi Dan Maya Melahirkan Prematur
116 Maura Ankara Martadinata
117 Mariana Menemui Adrian Di Penjara
118 Perubahan Adrian Di Dalam Penjara
119 Kebahagiaan Maya Dengan Kehadiran Maura
120 Bahagia Yang Terasa Lengkap
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Prolog
2
Maya dan Jalan Panjang Menuju Mimpinya
3
Langkah Kecil Reza
4
Pertemuan Kecil, Awal Cerita Besar
5
Langkah Kecil, Takdir Besar
6
Doa Seorang Ayah Dan Harapan Maya
7
Restu yang Tak Pernah Datang
8
Maya Dan Ayahnya Menggunakan Aplikasi Gofood.
9
Warung Ramai Dan Hadiah Dari Ayah
10
Seseorang Sedang Mengawasi
11
Greta Marcelonaz Ibu Dari Maya Amelia
12
Flashback keegoisan Greta
13
Tanda yang Tak Terucap
14
Reza dan Rasa yang Tak Pernah Dipaksa
15
Greta Ibu Yang Tak akan Kalah atau Menyerah
16
Rencana Hanna Marcelonez dan Dokter Mario Santiago Pindah Ke Jakarta
17
Maya Dan Tiara Bertabrakan Dengan Lily Berliana
18
Lily Berliana Ani-Ani Kelas Atas
19
Perempuan Yang Tak Layak Di Jadikan Istri
20
Bertemu Ayah Tiara Dan Mario Menggunakan Jasa Lily
21
Malam di Manila, Rindu di Jakarta
22
Ketika Ayah Memasak dan Aku Berdoa
23
Seminar Fakultas Hukum, Ruang 204
24
Pertemuan Adrian dan Maya yang Tidak Netral
25
Bukan Sekadar Sahabat
26
Arman Wiradiputra Ayah Tiara
27
Antara Pasal dan Perasaan
28
Jarak yang Tidak Terlihat
29
Sebelum Jadi Pengacara
30
Saat Kota Tertidur, Hati Terbangun
31
Adrian Belum Tahu Jika Lily adalah PSK Kelas Atas
32
Pertemuan Tanpa Sadar Maya Dan Mariana
33
Senja yang Menyimpan Takdir
34
Mariana Bertemu Anak Gadis Itu Bernama Maya
35
Pelindung dan Pengamat
36
Sambal Mangga dan Sebuah Pilihan
37
Membeli rumah Baru Di Cluster Soka
38
Pindah ke rumah Baru Di Cluster soka
39
Lamaran di Tengah Detak Lemah
40
Satu Siang yang Mengubah Segalanya
41
Lamaran Usia Muda Antara Bakti dan Luka
42
Permintaan Terakhir
43
Antara Kebaya Ibu dan Sampanye Manila
44
Langkah Pertama Menuju Nama Keluarga Baru
45
Percakapan Adrian Dan Maya Di Kediaman Martadinata
46
Membuat Perjanjian Pra-nikah
47
Dengan Sopan, Dia Membalik Dunia
48
Seminggu Lagi Jadi Istri Orang
49
Paris dan Janji yang Kandas
50
Pertanda dari Dalam Mimpi
51
Mimpi Seorang Anak, Dendam Seorang Kekasih
52
Jangan Pikir Bisa Bahagia
53
Teror Dari Lily
54
Ivory: Warna yang Menyembunyikan Luka
55
Aku Hanya Ingin Melihatnya Sekali Lagi
56
Pernikahan Ini Bukan Pilihanku
57
Bukan Pilihan Siapa-Siapa
58
Acara pasang tarub dan tuwuhan Greta Datang Untuk Melakukan Ritual
59
Midodareni Tanpa Bidadari
60
Tanda-Tanda Redflag Adrian : Kamu Belum Jadi Istri Saya
61
Aku Tidak Bahagia di Hari Bahagiaku
62
Akad Nikah
63
Pelaminan Tanpa Cinta
64
Pembicaraan Maya dengan Ibu Dan Kakak Perempuannya
65
Bukan Malam Pengantin Tapi Malam Pertama KDRT
66
Firasat Seorang Ibu
67
Perban di Tangan, Senyum di Bibir
68
Luka KDRT
69
Perempuan yang Berdiri di Tengah Badai
70
Tamparan Pertama
71
Tirai yang Tak Lagi Menutup Luka
72
Luka yang Tersembunyi
73
Genggaman Tak Terlihat
74
Kebenaran di Balik Senyum
75
Perlindungan Greta Sebagai Ibu
76
Menghabiskan Waktu Ibu Dan Anak Yang sudah lama terpisah
77
Luka Maya, Murka Ibu
78
Titik Nadir Sebuah Pernikahan
79
Lily Dan Mario Di Gerebek Oleh Greta Dan Polisi
80
Percakapan Greta Dengan Ahmad Mengenai Kedua Menentu Mereka
81
Drama Pagi Hari
82
Antara Kampus dan Ketakutan
83
Pelampiasan Kemarahan
84
Kesucian yang Terenggut Oleh Sang Suami
85
Badai Rumah Tangga Hanna
86
Perang di Ranjang
87
Pengacara Terkenal Dan Istrinya Konferesi Pers
88
Ibu Mertua Perhatian
89
Rumah Tangga Hanna Dan Dokter Mario Santiago
90
Kekuatan Dua Ibu, Greta dan Mariana
91
Adrian berbicara Soal anak
92
Lily menyewa Buzzer dan Berhasil Bebas Dari Penjara
93
Kepergian Sang Pelindung
94
Penderitaan Maya Dari Sang Suami
95
Ironi di Balik Keadilan
96
Di Rumah Sakit Maya tetap menjaga jarak
97
Reza Dan Tiara Menjenguk
98
Kehamilan Maya dan Ketidak Percayaan Adrian
99
Kehamilan Maya dan Kecurigaan Adrian
100
Adrian Membawa Lily Ke Rumah Saat Maya Tengah Mengandung
101
Kebencian yang Ditabur Adrian
102
Ketika Sabar Berbuah Dendam
103
Kabar Kehamilan Maya yang Bahagia dan Hanna Mengamuk Saat Lily Tiba
104
Balas Dendam Sang Kakak
105
Dendam dan Cinta Seorang Kakak
106
Perjuangan Melawan Badai Media
107
Sahabat Selalu Ada
108
Greta, Sang Tameng Penjaga
109
Gertakan Greta yang Mematikan
110
Rencana Gila Adrian
111
Kekhawatiran Maya Soal Adrian Yang Ternyata Mengintainya
112
Di Bawah Pengawasan Adrian
113
Adrian berhasil menculik Maya
114
Ketakutan Maya Dan Rencana Penyelamatan
115
Adrian Tertangkap Polisi Dan Maya Melahirkan Prematur
116
Maura Ankara Martadinata
117
Mariana Menemui Adrian Di Penjara
118
Perubahan Adrian Di Dalam Penjara
119
Kebahagiaan Maya Dengan Kehadiran Maura
120
Bahagia Yang Terasa Lengkap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!