Perjalanan Kisah Cinta Om Pram dan Kailla - Season 1
Kailla Riadi Dirgantara, putri tunggal Riadi Dirgantara pemilik RD Group. Berusia 20 tahun, cantik, manja, kekanak-kanakan dan sangat menyayangi ayahnya yang biasa dipanggil daddy. Demi ayahnya, dia terpaksa menerima perjodohannya dengan Reynaldi Pratama ( Pram ), lelaki yang sudah dianggap seperti Om-nya sendiri.
Pram, lelaki matang berusia 40 tahun. Tampan, dewasa, bertanggung jawab dan sangat sabar menghadapi Kailla. Pram adalah anak yatim piatu, yang diasuh dan dibesarkan oleh ayah Kailla ( Riadi ) sejak berusia 10 tahun.
Karena komitmen dan tanggung jawabnya kepada kedua orang tua Kailla, dia bersedia menikahi Kailla yang terpaut 20 tahun darinya dan berjanji menjaga dan membahagiakan Kailla seumur hidupnya.
Bagaimana perjuangan dan kesabaran Pram menaklukan cinta Kailla, mendidik Kailla yang manja dan tidak dewasa menjadi wanita dan istri seutuhnya.
Bagaimana perasaan sayang yang sudah terbentuk selama 20 tahun diantara Kailla dan Om-nya Pram, berubah menjadi cinta seutuhnya.
Ikuti kehidupan rumah tangga Om Pram dan Kailla yang berbeda usia dan karakter.
Visual di novel diambil dari berbagai sumber di internet. Hak cipta milik pemilik foto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35: Aku Melarangmu Memakainya
“Kai..... Kai, buka pintunya,” panggil Pram.
Ceklek!
Terlihat Kailla dengan mata sembab dan muka bantal lengkap dengan rambut sedikit acak-acakan muncul dibalik pintu. Dengan kakinya, Pram mendorong pintu supaya terbuka lebih lebar dan membawa masuk nampan berisi makanan yang dipegang dengan kedua tangannya. Pram meletakkan nampan tersebut di atas nakas, di samping tempat tidur Kailla.
“Makanlah. Kamu belum makan dari siang tadi,” ucap Pram pada Kailla yang mengikutinya dari belakang. Terlihat Pram berjalan menuju sofa yang terdapat di dalam kamar Kailla kemudian duduk menatap si empunya kamar yang masih bingung menyambut tamu yang masuk tanpa permisi. Dia menatap sekeliling kamar Kailla yang di cat dengan warna putih tulang. Kamarnya tidak terlalu luas, dilengkapi walk in closet dan kamar mandi. Yang paling mencolok di kamar Kailla ini adalah banyaknya jendela-jendela raksasa yang mendomiasi sebagian besar dinding yang tertutup gorden putih polos. Mata Pram tertuju pada telescope yang berdiri kokoh di pojok kamar. Ini untuk pertama kalinya Pram memperhatikan detail kamar tidur Kailla.
“Kenapa belum dimakan?” Pram bertanya.
“Aku masih kenyang, Om,” jawab Kailla singkat. Sekilas dia melirik nampan berisi nasi lengkap dengan lauk pauk sambil duduk di atas tempat tidurnya.
“Ayolah, menangis juga membutuhkan energi, makanlah dengan benar. Jadi kamu bisa menangis sepuasnya setelah itu. Aku akan pulang setelah memastikan kamu menghabiskan makananmu.”
“Kai...” Pram terlihat menepuk sofa di sampingnya, meminta Kailla untuk duduk di sisinya.
“Kita akan segera menikah dan aku ingin kamu mengetahui semua yang aku lakukan tanpa sepengetahuanmu,” lanjutnya setelah Kailla berpindah duduk di sebelahnya.
Kailla terdiam sesekali dia melirik ke arah Pram yang masih menatapnya tanpa berkedip.
“Kemarilah.”Pram membawa gadis cantik itu dalam pelukannya.
“Begini apakah nyaman? Kamu bisa mendengarkan detak jantungku? Aku sedang gugup sekarang,” lanjut Pram terkekeh sambil mengecup kening Kailla yang ada di dalam pelukannya.
Kailla menggangguk,” Om, kamu tidak akan mengomeliku kan?”
“Haha..... kamu takut? Jangan takut padaku, kamu akan segera menjadi istriku. Kamu bisa memarahiku atau bahkan menjewerku kalau aku berbuat nakal.”
“Benarkah?” Seketika wajah Kailla berubah menjadi ceria, ada senyum usil yang sudah terbaca oleh Pram.
“Berani menjewerku, persiapkan dirimu untuk menerima seranganku, hehehe..,” ujar Pram menyentil kening Kailla.
Kailla menggerutu, mengusap keningnya yang sedikit memerah. Melihat wajah Kailla, seketika tawa Pram pun pecah. Ini adalah salah satu kebahagiaannya saat ini, melihat wajah gadis kecil itu dalam mengungkapkan ekpresinya selalu menjadi hal menarik bagi Pram. Puas menggoda Kailla, Pram mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya dan menyerahkannya kepada Kailla.
“Ini milikmu, simpanlah tapi ingat, aku melarangmu untuk memakainya,” ucap Pram singkat menatap Kailla yang masih sibuk mencari tahu isi kotak yang diberikan Pram padanya.
“Aku menemui Dion tadi, setelah kamu meninggalkannya,” lanjut Pram. Kalimat Pram berhasil membuat Kailla kaget, seketika dia menatap tajam ke arah Pram.
“Om mengikutiku! Lalu Om ngomong apa sama Dion?” Suara Kailla sedikit meninggi begitu mengetahui Pram yang diam-diam menemui Dion.
“Tidak, awalnya aku hanya mengucapkan terimakasih karena dia sudah banyak membantu dan menjagamu selama ini. Aku juga menawarkan dia pekerjaan. Sayang sekali, anak muda berbakat sepertinya hanya jadi pekerja cafe.” Jelas Pram.
“Lalu...” Kailla kembali bertanya.
“Dia bertanya aku siapa? Dan aku katakan saja yang sebenarnya. Aku calon suamimu. Tadinya aku berencana mengembalikan kalung itu padanya, tapi dia menolak.” Pram menjawab.
Dan seperti dugaan Pram, Kailla langsung berdiri, wajahnya terlihat kesal menghentakkan kakinya ke lantai.
“Ayolah, berhentilah seperti anak kecil, Kai,” bujuk Pram sambil menarik tangan Kailla untuk membawanya duduk di pangkuannya. Pram memeluknya erat, berusaha menahan gadis yang masih berontak di dalam dekapannya.
“Kai dengar!! Tidak ada laki-laki yang akan baik-baik saja melihat calon istrinya dipeluk laki-laki lain.” Pram sedikit membentak.
“Kamu anggap aku apa?” Lanjutnya lagi dengan nada sedikit melembut.
Terlihat Pram mengeratkan pelukannya dan mencium pipi Kailla. Menautkan jari jemarinya dengan milik Kailla, berusaha menenangkannya.
“Kai, dengar.. ketika kamu menerima pernikahan ini, ada batasan-batasan yang tidak boleh kamu lewati, ada hati yang harus kamu jaga. Dan itu juga berlaku untukku, Kai. Kamu harus bisa menjaga dirimu, seperti aku juga selalu menjaga diriku untukmu.” Jelas Pram.
“Maaf..” Kailla berbisik lirih.
“Dengar, aku tidak melarangmu berteman dengannya, bahkan aku tidak keberatan kamu menyimpan hadiah darinya. Tapi belajarlah memahami posisimu saat ini, belajarlah menerimaku di hatimu. Kalau kamu tidak bisa melakukannya untukku, tolong lakukan untuk Daddy. Kamu bisa merasakan tangan yang memelukmu saat, tangan ini juga lah yang akan berjuang untuk membahagiakanmu.”
“Maaf..” Kailla kembali mengulang permintaan maafnya.
“Kamu mencintainya?” Tanya Pram tiba-tiba.
Kailla menggeleng, “Aku tidak tahu.”
“Kamu menyukainya?” Tanyanya lagi.
“Mungkin.” Jawab Kailla singkat.
“Kenapa hatiku sakit ya mendengarnya,” goda Pram memegang dadanya sambil tersenyum usil.
“Maaf..” ucap Kailla lagi. Padahal Pram hanya bermaksud menggodanya saja.
“Meminta maaflah dengan cara yang benar, Kai.” potong Pram sambil menyodorkan pipinya. Melihat Kailla yang masih diam, akhirnya Pram mencium kening Kailla.
“Baiklah, aku harus pulang dulu, sebelum pintu kamarmu dikunci Daddy dari luar. Hahaha... ,” pamit Pram.
“Habiskan makananmu, jangan menangis lagi. Aku mencintaimu.” lanjutnya, mengecup puncak kepala Kailla, kemudian meninggalkan Kailla yang masih terdiam menatap ke arah pintu.
***
Di apartemen.
Jalanan yang macet membuat Pram harus tiba di apartemen sedikit lebih lama dari seharusnya. Begitu sampai di lobby, dia disambut senyuman ramah security. Saat Pram sudah tiba di unitnya, ketika sedang memasukkan password pintu apartemenya, tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang, tangan ramping itu melingkar indah di pinggang Pram dan tubuh orang itu menempel lekat di punggungnya. Aroma parfumnya lumayan menyengat, dan Pram sangat hafal aroma ini. Aroma yang sama, tidak berubah sama sekali.
“Punggungmu masih sehangat dulu, Rey. Aku merindukanmu, sangat merindukanmu.” Terlihat orang itu semakin mengeratkan pelukannya. Sesekali mengecup punggung kekar yang masih terbalut kemeja abu-abu.
Pram membeku seketika, dia hafal benar suara itu. Suara yang dulunya selalu terdengar indah di telinganya. Suara yang dulu selalu mengisi hari-harinya. Suara orang yang dulu sangat dia cintai.
“An...” bisik Pram lirih hampir tidak terdengar jelas.
“Ternyata kamu masih mengingatku dengan jelas. Tidakkah kau merindukanku juga, Rey? Aku masih menginginkanmu sama seperti dulu,” rayunya lagi.
“An..” terlihat Pram melepaskan tangan Anita yang memeluknya dan berbalik untuk memastikan.
***
Bantu rate, komen dan like ya. Maaf telat up. Terimakasih untuk dukungannya. Love you all