Tidak seperti namanya yang berarti Ratu, Queen selalu menjadi wanita yang tidak pernah diratukan oleh pria yang dicintainya. Daniel, cinta pertamanya yang sudah empat tahun ia perjuangkan cintanya tidak pernah membalas cintanya. Begitu pun dengan Kevin yang sudah berstatus sebagai suaminya. Bahkan Kevin dengan teganya merencanakan pernikahan di saat dirinya masih mengandung anak mereka walau status pernikahan mereka hanyalah sementara.
Tak ingin hatinya semakin terluka akibat pernikahan mereka yang akan berujung perpisahan membuat Queen memilih pergi meninggalkan Kevin sebelum melahirkan. Kepergian Queen dari hidup Kevin berhasil membuat Kevin menyadari arti hadirnya Queen dalam hidupnya selama ini dan membuat Kevin menyesal karena terlambat menyadari perasaannya.
Penyesalan Kevin pun tiada guna karena Queen telah pergi dari hidupnya bersama pria yang siap memberikan seluruh hati dan hidupnya hanya untuk Queen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak seperti yang diharapkan
Queen mengangkat kepalanya dan menatap Mirza dengan kening mengkerut. "Maksud Kakak?" Tanyanya bingung.
"Kakak melihat kau sedang memikirkan sesuatu saat ini." Ucap Mirza.
"Apa begitu terlihat?" Tanya Queen dengan wajah polosnya.
"Tentu saja. Kau terlalu sulit menyembunyikan perasaanmu lewat ekspresi wajahmu." Balas Mirza.
Queen terdiam.
"Sekarang katakan hal apa yang mengganggu pemikiranmu?" Tanya Mirza.
Queen pun mulai menceritakan isi mimpinya hingga membuat Mirza menghela nafas panjang karenanya. "Kau masih memikirkannya?" Tanya Mirza.
"Aku tidak memikirkannya namun tiba-tiba saja dia hadir dalam mimpiku, Kak." Jelas Queen.
"Lantas apa mimpi itu membuatmu merindukannya?" Tanya Mirza.
Queen menggeleng. "Memikirkan bukan berarti aku merindukannya, Kak." Sangkal Queen.
Mirza tersenyum saja mendengarnya. "Lupakalah hal yang membuatmu terluka. Kau sudah mengambil sebuah keputusan dan kau harus mempertanggungjawabkan keputusan yang telah kau ambil." Pesan Mirza.
"Aku paham itu, Kak. Dan aku tidak pernah menyesal. Sekuat dan semampuku aku akan berusaha benar-benar melupakan bayang-bayangnya." Tekad Queen.
"Semoga saja." Balas Mirza.
"Apa Kakak jadi berangkat malam ini?" Tanya Queen.
"Ya. Apa kau tak masalah aku tinggal untuk beberapa hari?" Tanya Mirza.
Queen tersenyum. "Tentu saja tidak masalah, Kak. Ada Bi Sarni yang menemaniku di sini." Jelas Queen.
"Syukurlah jika kau sudah merasa aman dan nyaman di sini hingga aku tidak terlalu berat untuk meninggalkanmu di sini." Ucap Mirza.
"Jangan mengkhawatirkan aku seperti itu, Kak. Aku sudah besar dan bisa menjaga diriku dengan baik." Ucap Queen.
"Walau begitu tetap saja aku mengkhawatirkanmu mengingat saat ini kau tengah hamil besar." Ucap Mirza.
"Kakak tenang saja, lagi pula waktu lahiranku masih cukup lama." Balas Queen.
"Namun bisa saja prediksi dokter itu salah. Bisa saja bayimu meminta lahir lebih awal." Pungkas Mirza.
Queen tertawa mendengarnya sekaligus merasa senang dengan perhatian Mirza yang terlihat begitu tulus padanya saat ini. "Terimakasih, Kak." Ucap Queen kemudian.
"Terimakasih? Untuk Apa?" Tanya Mirza merasa bingung.
"Terimakasih atas perhatian Kakak pada aku dan juga anakku." Jawab Queen.
Tangan Mirza terulur mengacak gemas rambut Queen yang terurai. "Bukankah sudah aku katakan jika aku sudah menganggap anakmu sebagai anakku juga?" Ucap Mirza yang berhasil membuat Queen tertegun karenanya.
*
Sementara di kota lain di kediaman kedua orang tua Queen tengah terjadi perdebatan besar antara Mama Lita dengan Papa Adam. "Ini semua karena Papa! Jika saja Papa tidak bersikap keras dengan melarang Mama menemui Queen dan melarang Queen datang ke rumah ini, Queen pasti tidak akan pergi dan menganggap kita tak lagi menyayanginya!" Mama Lita menangis tersedu-sedu mengingat putrinya yang saat ini sudah pergi entah kemana. Dan yang membuatnya lebih sedih karena Queen pergi dalam keadaan hamil besar dan sebentar lagi akan melahirkan. Mama Lita tak dapat membayangkan betapa hancurnya Queen saat mengira mereka sudah tak lagi memperdulikannya mengingat pertemuan terakhir mereka yang sangat tidak mengenakkan dimana ia harus berpura-pura bahagia tanpa kehadiran Queen.
Papa Adam memijit pangkal hidungnya yang terasa sakit. Ia pun kini merasakan penyesalan karena telah bersikap begitu keras pada putrinya. "Mama harus tahu jika Papa melakukan itu semua untuk kebaikan Queen. Agar Queen dapat menyadari jika apa yang sudah ia lakukan itu salah dan dia akan berpikir ulang untuk melakukan kesalahan baru nantinya." Ucap Papa Adam kemudian.
"Tapi apa yang Papa harapkan tidak terjadi bukan? Queen justru pergi meninggalkan kita. Anak kita satu-satunya telah pergi entah kemana!" Mama Lita semakin menangis dengan kencang. Hatinya sangat hancur karena kehilangan putri sematawayangnya saat ini.
Papa Adam memilih diam tanpa menyangkal ucapan Mama Lita. Selama ini ia hanya ingin bersikap tegas pada Queen agar Queen menyadari kesalahannya dan bisa lebih bijak dalam menghadapi masalah yang sedang menimpanya hingga tidak terjadi lagi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
***
Lanjut? Jangan lupa berikan vote, like, gift dan komennya dulu, ya.
Sambil menunggu Queenara update, silahkan mampir di novel shay yang lagi on going juga berjudul Kita Harus Menikah!🖤
Dan jangan lupa follow IG shy @shy1210_ untuk mengetahui informasi update.
