NovelToon NovelToon
ME OR HER, MR?

ME OR HER, MR?

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Pelakor / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Romansa
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Blueberry Solenne

Serafim Dan Zephyr menikah karena di jodohkan oleh kedua orang tuanya, dari awal Serafim tahu Calon suaminya sudah mempunyai pacar, dan di balik senyum mereka, tersembunyi rahasia yang bisa mengubah segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blueberry Solenne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 - Cahaya Zephyr

(Zephyr)

Keesokan harinya, suara telepon membangunkanku. Aku masih berada di kamar Serafim, dan itu membuatku terdiam beberapa detik, mencoba mengingat semalam.

Saat kulirik layar, ternyata Zea menelpon. Aneh… dia sedang tidak ada di negara ini.

Aku langsung mengangkatnya, suaraku spontan meninggi.

“Zea! Kenapa kau tidak menelponku dari kemarin? Apa…”

Aku mengusap wajahku yang kusut, menurunkan volume suaraku, menahan kekesalan yang bercampur cemas.

“Kenapa kau tidak menghubungiku?”

“Pyr… maaf. Ponselku baru menyala,” jawabnya panik.

Lalu ia menceritakan bahwa seseorang meneleponnya, ia mengaku sebagai kerabat kami dan membawa kabar buruk.

Ternyata… itu hanya penipu. Ibunya baik-baik saja.

Begitu kudengar itu, aku langsung memutuskan untuk menjemputnya.

Aku langsung mandi dan buru- buru pergi, tetapi saat keluar dari kamar, aku melihat Serafim sudah siap berangkat kerja dan sedang sarapan. Ada rasa bersalah menekan dadaku, tapi aku tetap mencoba menyapa.

“Serafim,” panggilku ragu.

Ia mendongak sambil mengunyah, wajahnya… tenang.

“Hai, Phyr. Kau sudah sadar?” Ia memotong roti tanpa nada marah sedikit pun.

“Bagaimana Zea? Apa kau sudah menemukannya?”

Aku hanya mengangguk.

“Aku akan menjemputnya di Velmora,” ujarku kemudian.

Ia meletakkan garpunya, berdiri, menghampiriku.

Tersenyum… lalu mencium pipiku pelan.

“Baiklah. Jemputlah dia,” ujarnya sambil memegang tanganku. 

Aku terdiam. Kenapa dia tidak marah?

Aku melepaskan tangannya, “aku harus berangkat sekarang.”

“Hmmmm, timpalnya sambil menganggguk. 

Saat aku berbalik, ia memanggilku lagi.

“Phyr, bolehkah aku minta tolong?”

Aku menoleh.

“Belikan aku jam pasir dengan ukiran maple. Aku sudah lama mencarinya,” ucapnya lembut.

“Baiklah. Akan kubelikan,” lalu aku tersenyum tipis. 

(Serafim)

Aku menatap kepergiannya. Begitu suara mobilnya menjauh, air mataku jatuh—tanpa suara.

Dunia di sekitarku mendadak terasa kosong, sepi, gelap.

Aku tertawa getir, rasanya seperti hidupku sedang diejek oleh semesta.

Setelah menyeka air mata, aku memanggil ART dan bersiap pergi. Tapi ada sesuatu yang janggal saat melihat sekitar rumahku, Bodyguard yang biasanya berjaga… menghilang. 

Dalam perjalanan ke kantor, aku menelpon dokter Elaina, pacar kakakku.

“Elaina… bisakah kita bertemu?”

“Tentu. Ada apa, Fim?”

“Aku hanya ingin mengobrol. Sudah lama kita tidak bertemu.”

“Baik. Datang saja sekitar jam sebelas ya.”

Aku pun menyetujuinya.

Sesampainya di kantor, aku bertemu Liam.

“Fim, aku akan pulang minggu depan ke negaraku. Kau mau ikut? Sudah lama juga bukan kau tak pulang” katanya sambil membetulkan tali tasnya.

Aku menimbang sebentar.

“Kenapa kita tidak naik gunung saja, Liam?”

“Wah ide bagus, kalau begitu kita naik gunung di sana saja, bagaimana,” tanyanya penasaran.

Aku mengangguk. “Setuju.”

Hari itu aku beraktivitas seperti biasa. Bahkan, aku tidak merasa sendirian. Liam mengingatkanku untuk fokus ketika aku melamun, membuatku tersenyum kecil.

Ayah juga membelikanku beberapa cemilan dan es krim.

“Tidak seperti biasanya, Ayah baik sekali hari ini,” godaku.

“Itu karena kau melamun terus saat Ayah bicara…”

Pria berusia lima puluh dua tahun itu  menggigit es krim coklat sambil memperhatikanku, dengan mata hitamnya.

Sejak kecil sampai dewasa, Ayah tetap memperlakukanku seperti anak kecil, Tapi soal pekerjaan beliau bersikap profesional. 

“Ayah tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja,” kataku.

“Kalau ada apa-apa, ceritakan. Fim… kau selalu saja menutupi masalahmu.”

Aku tersenyum, menyembunyikan kekacauan pikiranku yang penuh.

Menjelang jam sebelas, aku izin pergi dengan alasan mengambil obat lambung, padahal aku pergi ke Rumah sakit, menemui Elaina. 

Di ruangannya, Elaina menyambutku hangat.

“Hai Fim, kau sudah datang?”

Aku memeluknya. Suster menutup pintu, menyisakan kami berdua.

“Lambungmu kumat lagi?” tanyanya.

“Elaina… sebenarnya… aku ingin tahu,” sahutku pelan, “apa yang membuat Philippe dan Anshel tidak akur?”

Ia mengerutkan dahinya, lalu tertawa.

“Kenapa bertanya padaku? Tanyakan pada suamimu dan kakakmu.”

“Elaina… kau ini, aku sengaja datang kesini siapa tahu Philippe mengatakan hal penting padamu.”

Elaina menyatukan kedua tangannya, sambil menyelidik. 

“Jadi kau sedang menggali informasi dariku, Fim?”

Lalu kami tertawa bersama. 

Kami mengobrol banyak hal, membahas hubungan, keluarga, dan pekerjaannya. 

Tak terasa aku sudah hampir satu jam bicara dengannya, aku pun pamit, karena harus segera kembali ke kantor. 

Ketika aku berjalan menuju lift, aku melihat seseorang, ada pria tampan berambut hitam dan… badannya atletis.

Shane.

Shane berdiri di ruang tunggu VIP lantai dua—tempat yang biasanya hanya didatangi pasien khusus. Ia mengenakan kemeja biru yang belum sepenuhnya rapi, mungkin karena baru selesai pemeriksaan. Tatapannya terangkat tepat ketika aku melangkah kearahnya.

“Serafim?”

Nada suaranya terkejut, saat melihatku, ia pun mendekat. 

Aku tersenyum kecil. “Hai, Shane. Kau sedang kontrol?”

“Iya. Pemeriksaan tahunan,” jawabnya. “Kau juga?”

“Bertemu temanku, ia bekerja di sini.”

"Aku tahu pasti Elaina?" tebaknya.

"Bagaimana kau tahu? tanyaku heran.

Shane mengatakan kalau Philippe yang mengenalkan mereka.

Aku mengangguk paham.

Ia tersenyum tipis, namun matanya memperhatikan wajahku lama, terlalu lama.

“Kau terlihat… tidak baik-baik saja.”

Aku menegang, dan merasa tidak nyaman saat ia menatapku. Bukan karena aku masih menyimpan perasaan padanya, meski dulu aku pernah menyukainya.

“Ini karena aku kurang tidur,” jawabku singkat.

Ia mengangguk, namun sebelum ia sempat melanjutkan, pintu ruang seorang dokter terbuka.

Dokter itu bicara pada Shane, tersenyum sopan. “Pak Shane, anda sudah selesai pemeriksaannya. Istirahatlah dulu, nanti saya kirim hasilnya.”

Shane menerima mapnya, tapi sebelum pergi, ia sempat menatapku lagi.

Tatapan yang tidak menghakimi, tapi seolah tahu aku sedang menahan sesuatu.

“Kalau kau perlu teman bicara… aku siap menjadi pendengar setiamu,” ucapnya pelan.

“Aku baik-baik saja, Shane,” jawabku cepat. Terlalu cepat.

Shane tidak memaksa. Ia hanya mengangguk, lalu pergi sambil mengangkat tangan sedikit, isyarat mengakhiri pertemuan tak terduga kala itu. Langkahnya tenang, seperti orang yang hidupnya tidak pernah kekurangan apa pun.

Begitu ia menghilang di koridor. Aku pun beranjak menuju kantorku. 

... ⚫⚫⚫...

(Zephyr) 

Setelah belasan jam, aku tiba di Velmora. Kota ini modern, dengan gedung-gedung kaca dan jalanan bersih. Angin dingin menyambutku, membawa aroma pinus dari taman kota, dengan pemandangan yang sudah akrab sejak kuliah dulu.

Aku dan Zea satu universitas, awal pertemuan kami di musim yang sama, tak terasa kami sudah lama bersama. Namun sayang, karena orang tuaku menjodohkanku dengan Serafim, membuatku tidak bisa menikahinya. 

Aku langsung naik taksi menuju rumah orang tua Zea, namun di perjalanan aku kepikiran. Bagaimana hubunganku dengan Serafim kedepannya, dan saat ini aku hanya ingin melihat Zea baik- baik saja,  karena dia adalah wanita yang selalu ada di dekatku.

Di titik terendahku, saat kakakku mengalami kecelakaan tepat setelah kelulusannya dan aku harus menjalani hari-hari sendiri di Velmora, komunikasi dengan orang tuaku di negara Aurelion sangat terbatas karena mereka sibuk mengurus usaha keluarga, bahkan mereka tidak pernah mengunjungiku. Kesepian merayap merenggut rasa kehadiran mereka dalam hidupku, seolah aku ditinggalkan dalam diam. Namun, saat itu juga Zea datang, menjadi cahaya yang membawa kebahagiaan dan harapan di tengah gelapku."

Bersambung… 

1
Ani Suryani
sudah ku tinggalkan suami begitu
☕︎⃝❥Haikal Mengare
Manisnya 😭
☕︎⃝❥Haikal Mengare
Louis ini bisa dibilang kurang bisa membaca situasi, khawatir sih khawatir, tapi dari dialognya ... 🤔

Dia jelas nganggep Zephyr tak lebih daripada alat/Doge/
Chimpanzini Banananini
bisa²nya dalam situasi genting malah pergi liburan jirr😭
Mingyu gf😘
Semoga kali ini benar ya phyr
Mingyu gf😘
Terima kasih, gitu fin🤭
Muhammad Isha
iklan buatmu
Vᴇᴇ
ngasii hadiah benda mati tapi ga bangkai juga aigoo, afim
Ayano Rosie (Rosneneng juanda)
pergilah Fim jauhi orang seperti Phyr yang masih menyimpan gundiknya..jaga hatimu😍😍😍
Ani Suryani
biasanya firasat istri itu tak pernah salah
Ani Suryani
ntar dua dua nya hamil lebih binggung lagi
Blueberry Solenne: hmmmm 🤔
total 1 replies
Mingyu gf😘
jangan percaya dulu fim takut phyr cuma modus
Chimpanzini Banananini
next chapter dibuat pov 3 aja napa thor. aku kadang suka lupa siapa yang sedang disorot/Cry/
Chimpanzini Banananini: bingung aing jir
total 2 replies
Chimpanzini Banananini
loh utusan siapa tuh tiba² nyeranh serafim dan Zephyr? 🤔🤔
Vᴇᴇ
buruan zephyr bikin keputusan untuk memiliki satu wanita aja gemes gue 😤
Blueberry Solenne: Iya kak, sabar ya😁
total 1 replies
Ayleen Moonscale
betul betul. good job fim💪
Ayleen Moonscale
jangan langsung diiyain fim. liat usahanya dulu. klo gak bener, tinggalin aja udahhh🤭
Ayano Rosie (Rosneneng juanda)
ayolah bongkar kebusukan phyr
Ayano Rosie (Rosneneng juanda)
kok aku curiga zea yg jadi dalangnya
Ani Suryani
jejak kematian ibunya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!