NovelToon NovelToon
ANTARA CINTA DAN DENDAM

ANTARA CINTA DAN DENDAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Sania, seorang dokter spesialis forensik, merasakan hancur saat calon suaminya, Adam, seorang aktor terkenal, meninggal misterius sebelum pernikahan mereka. Polisi menyatakan Adam tewas karena jatuh dari apartemen dalam keadaan mabuk, namun Sania tidak percaya. Setelah melakukan otopsi, ia menemukan bukti suntikan narkotika dan bekas operasi di perut Adam. Menyadari ini adalah pembunuhan, Sania menelusuri jejak pelaku hingga menemukan mafia kejam bernama Salvatore. Untuk menghadapi Salvatore, Sania harus mengoperasi wajahnya dan setelah itu ia berpura-pura lemah dan pingsan di depan mobilnya, membuat Salvatore membawanya ke apartemen. Namun lama-kelamaan Salvatore justru jatuh hati pada Sania, tanpa mengetahui kecerdikan dan tekadnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Salvatore telah sampai di rumah dan ia berjalan menuju ke ruang kerjanya.

Ia berdiri didepan cermin dan tepat dihadapannya ada foto Madeleine.

"Madeleine, aku mencintaimu. Hukum aku, Madeline. Hukum aku." ucap Salvatore sambil membuka pakaiannya.

Setelah itu ia mengambil ikat pinggang dan ia pukulan kan ke punggungnya.

Ceter!

Ceter!

Ceter!

Salvatore mencambuk punggungnya sampai lima puluh kali dan ia pun langsung jatuh pingsan.

Sementara itu di kamar Sania, ia tidak tahu jika sekarang Salvatore sedang pingsan.

Keesokan paginya Sania membuka matanya dan ia bangkit dari tempat tidurnya.

Ia membuka pintu kamarnya dan tidak melihat siapapun di rumah ini.

"Kenapa sepi sekali?" gumam Sania.

Sania berjalan dan ia melihat pintu ruang kerja Salvatore terbuka sedikit.

Melihat suasana yang sepi, Sania memutuskan untuk masuk kedalam.

Tetapi saat ia memegang gagang pintu, tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan tangan Salvatore yang memeluknya dari belakang.

"Apakah kamu mencariku?" tanya Salvatore.

Jantung Sania berdetak kencang saat mendengar pertanyaan dari Salvatore.

"I-iya, Sal. Aku kira kamu belum pulang." jawab Sania.

Salvatore tersenyum tipis dan mengajak Sania ke ruang makan.

"Carla, siapkan sarapan untuk kita." ucap Salvatore.

Carla yang baru saja dari taman belakang langsung menganggukkan kepalanya.

"Sal, aku ke kamar dulu. Aku mau mandi dulu." ucap Carla.

Salvatore menahan lengannya dan memintanya untuk duduk.

"Aku juga belum mandi, Shelena. Nanti saja kamu mandinya. Aku ingin mengobrol dengan kamu."

Sania menelan salivanya dan ia kembali duduk di kursi makan.

Tak berselang lama Carla datang sambil menghidangkan roti panggang, keju dan susu kedelai.

"Ayo, kita sarapan dulu." ajak Salvatore.

Sania menganggukkan kepalanya dan meminum susu kedelainya.

"Aku sudah membunuh Widi dan benar saja kalau dia lelaki yang pernah singgah di hati Madeleine." ucap Salvatore

Sania menelan salivanya saat mendengar perkataan dari Salvatore.

Ia tidak mengira jika Widi akan dibunuh oleh Salvatore.

Padahal ia yakin kalau Salvatore tidak akan membunuh Widi.

"K-kamu membunuhnya? Kenapa Sal?" tanya Sania sambil mengambil segelas susu kedelai

"Aku tidak mau dia mengganggu mu lagi, Shelena." jawab Salvatore.

Sania menatap wajah Salvatore, tapi disaat ia akan bicara tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

Brugh!

Melihat Sania yang pingsan, Salvatore kembali menikmati sarapannya.

Ia juga kembali menikmati sarapannya sambil melihat Sania yang tidak sadarkan diri.

Setelah selesai sarapan, Salvatore membopong tubuh Sania dan membawanya ke ruang bawah tanah.

Ia meletakkan tubuh Sania di atas meja logam dingin yang biasa digunakan untuk pemeriksaan medis.

Matanya menatap wajah Sania lekat-lekat — wajah yang begitu mirip dengan Madeleine.

“Siapa kamu sebenarnya? Tiap kali aku melihatmu, aku merasa Madeleine hidup lagi di tubuhmu.”

Salvatore menatap peralatan medis di sampingnya.

Tangannya gemetar saat mengambil jarum suntik dan menusukkannya ke lengan Sania, menarik sedikit darahnya ke dalam tabung kaca.

Darah itu ia masukkan ke mesin analisis portabel yang disembunyikan di balik dinding logam.Mesin berdengung pelan, menampilkan data di layar holografik kecil.

Nama: Shelena Rosalia

Golongan darah: B+

Kecocokan DNA: 0% dengan Madeleine Basillio

Salvatore menatap layar itu lama sekali, matanya kehilangan fokus.

Hasil itu membuatnya menunduk dan mengusap wajahnya keras-keras.

“Jadi kamu bukan Madeleine.”

Ia menatap tubuh Sania yang masih tidak sadarkan diri.

“Kalau begitu, siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu datang dalam hidupku, membawa wajah yang sama, membawa luka yang sama…”

Salvatore akhirnya berdiri, menghela napas panjang.

Ia menyampirkan mantel ke tubuh Sania, lalu menggendongnya lagi dengan lembut.

Langkahnya perlahan menapaki tangga menuju lantai atas.

Ia membuka pintu kamarnya dan meletakkan Sania di atas ranjang.

"Istirahatlah, Shelena. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan. " ucap Salvatore sambil mencium kening Sania.

Seperti biasa, Salvatore meminta Charles menjaga Sania.

"Jaga Shelena dan jangan sampai ia keluar dari rumah ini."

Charles menganggukkan kepalanya dan ia akan melakukan perintah Salvatore.

Sementara itu di tempat lain dimana Papa Erwin tidak tenang melihat putrinya berada di rumah Salvatore.

"Bim, aku tidak bisa duduk disini sambil menunggu kabar dari Sania. Aku akan menyusulnya kesana."

Bima mencekal lengan Papa Erwin dan memintanya untuk tidak gegabah.

"Biar aku saja yang kesana, Pak. Hanya aku yang bisa masuk ke rumah Salvatore." ucap Bima.

"Maksud kamu apa, Bim? Kamu kenal Salvatore?" tanya Papa Erwin .

Bima menganggukkan kepalanya dan menunjukan kalau Salvatore menyuntikkan dana untuk laboratoriumnya.

"Anda tenang dulu, Pak. Saya dipihak Sania. Bukan Salvatore."ucap Bima sambil mengganti pakaiannya.

Setelah itu Bima melajukan mobilnya menuju ke perusahaan Salvatore.

"Sania, aku akan selalu menjagamu." ucap Bima dalam hari.

Di sisi lain dimana Salvatore sedang duduk dan memandangi wajah Rubby, Sisil dan yang lainnya.

"Apakah kalian sudah menemukan Sania Erwin?" tanya Salvatore.

Sisil bangkit dari duduknya dan menunjukkan foto jenasah Sania yang mereka temukan di sekitar pantai.

"Bagaimana dengan flashdisk nya? Apakah kalian menemukannya?"

Sisil dan yang lainnya langsung menggelengkan kepalanya.

"Kami tidak menemukan dimana Flashdisk itu, Tuan. Maafkan kami." jawab Rubby.

Salvatore menghubungi anak buahnya untuk memenjarakan mereka.

"Jangan keluarin mereka sampai flashdisk itu ditemukan." perintah Salvatore.

Anak buah Salvatore menganggukkan kepalanya dan langsung menodongkan senjatanya ke arah mereka.

Saat Salvatore sedang menatap foto jenasah Sania, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara ketukan pintu.

"Masuk,"

Sekretaris Salvatore masuk dan mengatakan kalau Bima datang.

Mendengar nama Bima, Salvatore langsung bangkit dan memintanya sekretarisnya untuk masuk.

Bima masuk perlahan ke ruang kerja besar dan melihat Salvatore yang sudah menunggunya.

Aroma tembakau dan kopi hitam memenuhi ruangan.

Salvatore duduk di kursinya dengan tangan terlipat di atas meja, pandangannya tajam namun tenang.

“Silakan duduk, Dokter Bima,” ucap Salvatore tanpa senyum sedikit pun.

Bima menatap sekeliling. Ia bisa melihat berkas-berkas tebal, foto-foto Madeleine, dan sesuatu yang membuat jantungnya berhenti sesaat melihat foto Sania di antara tumpukan dokumen di meja.

“Terima kasih, Tuan Salvatore,” jawab Bima hati-hati. Ia duduk, tapi tubuhnya tegang seperti kawat.

Salvatore menatapnya dalam diam selama beberapa detik, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan.

“Kamu datang ke sini bukan untuk urusan laboratorium, kan?” tanyanya perlahan.

Bima tertawa kecil dan mengatakan kalau ia datang karena ada urusan keluarga.

"Dokter Bima, bagaimana kalau sekarang ikut aku ke rumah. Kita makan siang bersama." ajak Salvatore.

Bima menganggukkan kepalanya dan bangkit dari duduknya.

Salvatore meminta supir untuk membawakan mobil Bima ke rumahnya.

"Kita mengobrol bersama di mobilku saja," ucap Salvatore.

Salvatore dan Bima masuk kedalam mobil dan setelah itu Salivanya melajukan mobilnya menuju ke rumah.

"Bagaimana dengan pekerjaan anda dokter Bima? Apakah semuanya lancar? Atau masih membutuhkan dana lagi?" tanya Salvatore.

Bima yang mendengarnya langsung tertawa kecil.

"Pekerjaan semuanya lancar dan sepertinya memang membutuhkan dana lagi." jawab Bima sambil menepuk pundak Salvatore.

1
kalea rizuky
buat pergi jauh lahh sejauh jauhnya
kalea rizuky
biadap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!