Cerita ini lanjutan dari Terjebak cinta CEO Dingin.
Bagaimana jadinya seorang Kafka Arsalan Iskandar yang merupakan pimpinan Black Serpent yang terkenal kejam dan tidak pernah jatuh cinta dalam hidupnya begitu terobsesi pada seorang gadis yatim piatu yang bernama Mahira Salim yang di buang oleh keluarganya setelah kematian Ayahnya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya.Yuk simak!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan siang
Arsa menjalankan mobilnya meninggalkan perusahaan setelah meminta Devano untuk menggantikannya. Pria itu melajukan Rolls Royce Wraith miliknya yang merupakan mobil kesayangannya yang sangat jarang sekali ia pakai. Ya khusus hari ini ia memakainya untuk menjemput sang istri.
Arsa mempercepat laju mobilnya karena tidak sabar bertemu dengan Mahira. Wanita yang membersamai nya hampir satu minggu lebih. Meski pernikahan rahasia ini hanya sebatas kesepakatan saja tapi mereka menjalaninya seperti pernikahan pada umumnya tanpa paksaan sama sekali.
Dan tanpa Arsa sadari sebuah mobil BMW mengikuti mobilnya dari belakang. Mobil itu tidak lain adalah milik Risa yang sengaja menunggu Arsa keluar dari perusahaannya. Melihat tunggangan Arsa, membuat Resi semakin menggebu untuk mendapatkan pria itu. Siapa yang tidak menggilai mobil mewah yang satu itu, hanya orang-orang tertentu yang bisa memilikinya di negara ini. Meski ia bekerja mati-matian pun tidak akan bisa membelinya.
Resi berhenti tidak jauh dari mobil Arsa berhenti di depan sebuah perusahaan. Ia menurunkan kaca mobilnya melihat siapa yang naik ke dalam mobil mewah itu yang Arsa bukakan pintu mobilnya.
"Itu kan pelayan yang malam itu menghidangkan-- Resi tidak melanjutkan ucapannya karena Mobil yang dikendarai Arsa melaju dengan kecepatan tinggi. Ia segara melajukan mobilnya karena tidak ingin kehilangan jejak Arsa.
Sementara itu di Mobilnya, Arsa menjalankan mobilnya dengan tenang. Ia tidak sabar untuk sampai di suatu tempat. Ia melirik Mahira yang sampai hari ini masih memakai gelang pemberiannya malam itu.
"Tuan... sepertinya ada seseorang yang mengikuti kita," ucap Mahira yang sejak tadi menatap spion mobil. Ia merasa mobil BMW yang berada tidak jauh dibelakang mobil Arsa tengah mengikuti mereka.
Arsa menoleh pada rear view mirror. Ia melihat sebuah mobil BMW di belakangnya dengan jarak yang cukup dekat. Ia mencoba menambah laju kendaraannya mobil itu ikut menambah kecepatan mobilnya. Fix, ia sedang diikuti saat ini, siapa yang mengikutinya?.
"Kamu benar," jawab Arsa. Ia menambah kecepatan mobilnya dan saat di jalan lurus ia memperlambat laju mobilnya sehingga mobil yang ada dibelakangnya tidak menyadari triknya tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga melewati mobil nya. Arsa langsung putar arah dan mencari jalan alternatif lainnya.
Setelahnya Arsa melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang setelah memastikan ia tidak lagi diikuti. Dan sepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan antara dirinya dan Mahira.
"Tuan kita kemana?," tanya Mahira saat mobil Arsa memasuki jalan tol. Ia sejak tadi sibuk dengan lamunannya memikirkan bagaimana caranya bisa lepas dari Arsa.
"Puncak," jawab Arsa.
"Hah?, bukannya kita akan makan siang?," tanya Mahira yang terkejut dengan jawaban Arsa. Tidak mungkin kan Arsa mengajaknya makan siang di puncak?
"Iya. Kita akan makan siang di sana," jawab Arsa.
Mahira menghela nafas beratnya lalu menghubungi sekretarisnya untuk mengatakan kalau ia tidak akan kembali ke perusahaan. Pulang balik puncak memakan waktu yang cukup lama, belum lagi nanti macet karena besok tanggal merah dan lusanya cuti bersama sudah dipastikan jalur puncak akan mengalami kemacetan. Ia juga menghubungi orang kepercayaannya yang kini ia tunjuk memimpin rumah sakit dan mengatakan kalau dirinya tidak jadi datang.
Mendengar percakapan Mahira, Arsa tersenyum kecil. Ini yang ia inginkan, menghabiskan waktu berdua bersama Mahira tanpa ada yang menganggu.
***
"Ayo turun!," ucap Arsa saat sampai di depan sebuah Villa pribadi miliknya.
Mahira mengangguk kecil, lalu turun dari mobil dikuti Arsa. Udara dingin langsung menyambutnya ditambah cuaca tampak mendung dan sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.
Mahira segara mengikuti langkah Arsa memasuki bangunan yang cukup besar dan asri itu. Kedatangannya disambut langsung oleh wanita paruh baya yang tersenyum ramah padanya.
"Selamat datang Tuan muda, Nona muda. Silahkan masuk!," ucap wanita paruh baya yang merupakan pengelola villa pribadi milik Arsa setelah membukakan pintu masuk.
"Terimakasih Bi," jawab Mahira yang menjawab ucap wanita paruh baya itu. Ia memandangi isi villa yang terlihat begitu mewah menurutnya.
"Semuanya sudah siap Bi?," tanya Arsa membuka suara.
"Sudah Tuan Muda. Dan di lemari pendingin semua bahan makanan sudah tersedia," jawab wanita paruh baya itu dan diangguki oleh Arsa,seperti biasa pria itu tidak banyak bicara.
"Kalau begitu Bibi pamit pulang dulu," ucap wanita paruh baya itu. Ia memang tidak tinggal disini, ia datang kesini sekali dua hari untuk membersihkan Villa dan untuk tinggal ia memilih tinggal di rumah nya yang jaraknya tidak jauh dari Villa.
Setelah wanita paruh baya itu pergi, Arsa mengajak Mahira menuju lantai atas dimana kamarnya berada. Ia mempersilahkan wanitanya itu untuk masuk setelah membuka pintu kamar.
Mahira meski sedikit ragu tapi ia tetap mengikuti langkah Arsa memasuki kamarnya. Kamar yang cukup luas dengan satu tempat tidur berukuran king size yang ditaburi kelopak bunga mawar segar. Dan kamar ini juga memiliki balkon kamar yang mengarah pada hijaunya pepohonan. Balkon kamar tanpa memiliki atap sama sekali dan di sana tampak sebuah meja yang ditata rapi dan diatasnya terdapat hidangan makanan.
Arsa mengajak Mahira menuju balkon kamar untuk makan siang bersama. Meski mendung, udara yang cukup dingin namun ia tidak ingin melewati momen ini.
Arsa dan Mahira makan siang dengan tenang tanpa ada percakapan diantara keduanya. Hanya dentingan sendok yang terdengar memecah keheningan yang tercipta.
Tepat setelah keduanya selesai makan siang, hujan turun cukup deras. Mahira segara berdiri dari duduknya berniat berlari menuju kamar namun Arsa buru-buru menyambar tangannya dan menarik pergelangan tangannya hingga kini ia berada diatas pangkuan Arsa.
"Tuan...
"Seperti ini sebentar saja," ucap Arsa memeluk pinggang Mahira dibawah guyuran hujan. Ia menatap wajah panik Mahira yang tampak gelisah.
"Kenapa?," tanya Arsa.
Mahira menggeleng cepat. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada karena baju kemeja putih yang ia kenakan basah karena air hujan membuat pakaian dalamnya terlihat.
"Aku sudah melihat lebih dari ini?. Apalagi yang kamu takutkan?," tanya Arsa.
"Saya--
"Saya suka melihat penampilan mu saat ini. Sexy," bisik Arsa menurunkan kedua tangan Mahira.
Arsa menyatukan bibirnya dengan bibir Mahira dan melumatnya dengan lembut. Sementara satu tangannya membuka satu persatu kancing kemeja yang Mahira kenakan. Dan satu tangannya lagi memeluk pinggang Mahira. Keduanya tidak mempedulikan air hujan yang turun semakin deras, Mereka hanyut dalam suasana yang semakin intim.
Arsa melempar sembarangan kemeja yang dikenakan Mahira setelah berhasil ia lepaskan. Penampilan basah Mahira membuatnya semakin bergairah. Ia melepaskan pakaian dalam bagian atas Mahira dan langsung mengeksekusi dua benda kesukaannya itu. Ia mengangkat tubuh Mahira menuju kamar karena tidak tega melihat Mahira semakin kedinginan.
Sementara itu di sebuah rumah, Resi melaporkan apa yang ia lihat pada Kinar. Ia benar-benar kesal karena gagal mengikuti Arsa.
"Kamu yakin itu Mahira?," tanya Kinar.
"Iya Tante, aku yakin sekali. Arsa menolak ku dan malah mengistimewakan seorang pelayan," gerutu Resi.
Kinar menggeleng kecil mendengar gerutuan Resi. Ia menghubungi Arsa untuk menanyakan langsung kebenarannya pada Arsa. Namun nomor Arsa malah tidak bisa dihubungi.
"Bagaimana Tante?," tanya Resi.
"Nomornya tidak aktif. Mungkin dia sedang sibuk," jawab Kinar.
"Tante kok tenang saja sih Arsa pergi sama pelayan?," tanya Resi.
"Arsa itu sudah dewasa, dia tahu mana yang baik atau tidak untuknya," jawab Kinar dengan bijak membuat Resi menggerutu kesal.
Sementara dua orang yang mereka bicarakan tengah menikmati keintiman mereka. Hujan diluar sana membuat suasana semakin syahdu. Arsa baru melepaskan Mahira setelah langit berubah warna menjadi jingga. Dan Hujan pun sudah redah satu jam yang lalu.
"Terimakasih, aku benar benar puas," bisik Arsa diangguki Mahira yang langsung menutup kedua matanya karena kelelahan melayaninya yang tenaganya tidak ada habisnya. Ia tersenyum puas setelah berhasil membuat Mahira terkapar setelah melayaninya.
"Aku tidak akan mengizinkanmu pergi dariku," gumam Arsa.
...****************...
klau Ibra aku tau anknya Teo , klau si kembar anaknya daveena sama Adi