"sudahlah mas, jangan marah terus"
bujuk Selina pada suaminya Dante yang selalu mempermasalahkan hal-hal kecil dan sangat possesif..
"kau tau kan apa yang harus kau perbuat agar amarahku surut"
ucap Dante sambil membelakangi tubuh Selina..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gelora yang terus menerus Datang
Mentari perlahan terbit, cahayanya jatuh lembut menembus pepohonan boulevard yang tertata rapi, menciptakan bayangan panjang di jalan beraspal hitam yang berkilau bagai kaca. Udara pagi terasa berkelas, sejuk namun dibalut wangi khas bunga taman dan rumput basah dari sprinkler yang baru saja berhenti.
Rumah-rumah megah berdiri anggun, dengan dinding kaca tinggi yang memantulkan cahaya keemasan, seakan menegaskan kebanggaan para penghuninya. Suara burung yang bersahut-sahutan terdengar serasi, berpadu dengan deru pelan mobil sport yang keluar dari garasi, mesinnya menderu bagai sebuah pernyataan.
Seorang wanita melangkah keluar dari pintu utama, gaun tidurnya berkibar pelan tertiup angin pagi, secangkir kopi hangat di tangannya. Selina telah terlebih dahulu bangun daripada Dante yang masih terlelap dalam mimpi indahnya..
sebelum mempersiapkan sarapan dan membangunkan Dante.
Selina menyempatkan diri untuk mebuka pintu depan rumahnya.. Mencoba menghirup udara pagi perkotaan sambil menikmati secangkir kopi hangat di tangan nya.
Sepasang suami istri paru baya, tampak mesra berlari kecil berdampingan sambil mengobrol tentang jenis tanaman di sekitar komplek perumahan,
"pagi mbk, mari" sapa mereka lalu berlalu meninggalkan Selina yang tengah duduk di teras rumah memperhatikan jalanan komplek depan rumahnya.
"mari pak" jawab Selina sopan..
Pagi di kawasan ini bukan sekadar awal hari, melainkan sebuah panggung tempat cahaya, ketenangan, dan kemewahan berpadu dalam harmoni yang nyaris sempurna..
Secangkir kopi hangat itupun telah tuntas di sesap
Selina bangkit dan mengarahkan langkah nya menuju dapur..
namun entah mengapa kali ini langkahnya begitu tergoda untuk kembaki ke kamar sekedar melihat lagi wajah suaminya yang masih terlelap.
Selina mendekatkan tubuhnya dan memeluk mesra suaminya dengan berbisik..
"mas sudah pagi.. Joging yuk.."
Dante perlahan membuka matanya, melihat Selina berada di atas tubuhnya Dante tersenyum tipis.
"buat apa joging Sel..bukankah tubuhmu sudah sangat ideal dan sehat" sambil memegang pinggang istrinya.
"ihhh bukan buat mengecilkan badan mas..joging itu untuk melatih pernafasan"jawab Selina polos sambil menjewer hidung runcing suaminya.
"hahaha.. " Dante terkekeh pelan..
"lo mas malah tertawa..itu tadi depan rumah ada pasutri paru baya lagi joging mas.. Mereka mesra banget"
"ya iya lah Sel mereka rajin joging, mereka itu udah gak sekuat kita lagi Latihan pernafasannya"
Selina bengong dan bingung dengan perkataan Dante, namun malah membuat Dante semakin gemas dan berganti menindih tubuh istrinya..
Saat Dante hendak mendaratkan bibirnya pada leher Selina, ia langsung mendorongnya
"mas..tadi malam kan udah.. "
"ya kamu sih ngajak latihan pernafasan".. Dante tersenyum nakal, seakan menertawakan kepolosan istrinya..
Lalu ciuman itupun mendarat pada leher Selina..
yang membuat tubuhnya bergetar halus.
Namun tidak ingin hal yang sama terulang lagi Selina mantap mendorong suaminya dan bangkit dari tidurnya.
"aku mau buat sarapan mas..mas mau dimasakin apa?"
Dante hanya terseyum dan menjawab
" masakan apa yang kau tawarkan Sel, seharusnya kau tau kan sarapan apa yang ku sukai.." matanya berkedip sebelah menggoda istrinya..
"ih mas ini kalau gituan terus nanti mas bisa terlambat pergi ke kantor"
Dante bangkit dan memeluk istrinya dari belakang..
"ya gak papa terlambat Sel kan aku bosnya" ucap Dante sambil mencium leher istrinya lagi..
"tapi aku mau siapkan sarapan dulu mas..tunggu sini nanti aku balik lagi ke kamar " Selina melepas pelukan itu dan berlari kecil menuju dapur hanya itulah alasanya agar bisa kabur..
Namun dalam hati Dante bergumam.
" yes..akhirnya kali ini akan kutuntaskan fantasi ku di dapur.. Rasain kau Sel.." sambil tersenyum nakal dan melangkah pelan mengikuti istrinya dari belakang..
Selina melangkah masuk ke dapur dengan rambut yang masih tergerai lembut, Dengan gerakan ringan, ia mengambil roti dari wadah kaca, lalu meletakkannya ke dalam pemanggang. Aroma harum roti yang mulai kecokelatan segera memenuhi ruangan, membuat suasana dapur hangat dan nyaman.
Sambil menunggu, Selina menyiapkan segelas susu dingin, menuangkannya perlahan hingga buih tipis terbentuk di permukaan. Tak lama kemudian, bunyi klik dari toaster terdengar. Roti yang telah matang ia angkat, masih mengepulkan uap, lalu diletakkan di atas piring putih sederhana. Ia mengoleskan sedikit mentega di atas permukaan roti hangat itu, hingga perlahan meleleh dan menyebar rata.
Dante yang memperhatikannya dari tadi.. Segera memeluknya dari belakang membuat degub jantung Selina bedetak kencang..
"mas .." lalu membalikkan badan dan memandang suaminya..
Dante hanya tersenyum nakal..wajah nya yang penuh gairah yang dari tadi belum hilang menambah desiran darahnya mengalir deras..
"ya Sel.. mana sarapannya" sambil menghembuskan nafas di leher Selina.
"i...ni mas sudah siap kok tinggal di bawah ke meja makan" Selina menyodorkan segelas susu yang dipegangnya...
"oh..sudah siap ya.." Dante meraih pinggul istrinya dan membuat jarak yang semakin Dekat dengan istrinya..
"tapi aku mau sarapan yang ini Sel.."
Selina sangat hafal dengan tatapan itu dan berguman lirih "mas Dante benar- benar tak tahu tempat dan waktu" sambil menunduk..
"apakah menyentuh istriku sendiri harus ada aturanya Sel" kini Dante bergerak lebih agresif dengan membuka kancing piyama istrinya..
"ya tapi jangan di sini mas..ayo kita kekamar lagi.."
ucap Selina telah pasrah dan siap menyerahkan dirinya lagi..
"aku maunya di sini Sel.." gerakan Dante semakin cepat membuka semua kain yang membalut tubuh istrinya...
"ta..pi mas..aku malu"
seakan tidak ada ruang untuk Selina bersuara Dante telah lebih dulu mendapatkan tubuh istrinya.
"untuk apa malu Sel kau istriku..ini rumah kita..tidak ada yang bisa mengganggu kita Sel" dengan nafas memburu meyakinkan Selina bahwa semuanya amann.
"ta...pi mas" Selina berusaha membantah namun ia tidak bisa menyembunyikan kebenaran bahwa kali ini ia telah tenggelam dalam rasa hangat dan nikmatnya gelora cinta Dante..
Dante dengan tatapan nakal memandang wajah istrinya yang telah terpejam..
"tapi apa Sel..tapi kau menikmati ya.."
Selina membuka matanya memandang Dante dengan segala gerakannya..ia hanya mengangguk pelan ..seakan pasrah dengan keadaan.
Dante tersenyum puas setelah mereka berdua telah sampai pada titik kepuasan masing-masing..
Selina memandang suaminya dengan canggung dan memungut semua pakaian yang berceceran di lantai..
"Sel..mandi bareng ya.." ucap Dante.
"enggak mas mandi sendiri" jawab Selina sinis dan buru-buru berlari menuju kamar mandi..
Dante yang telah menggunakan pakaiannya kembali.. Mengambil segelas sus yang telah di tuang istrinya tadi membawanya ke meja makan dan meminumnya perlahan.
"Sel..Sel.. Mengapa aku selalu kalah saat memperhatikan bentuk tubuhmu, begitu banyak wanita lain yang ingin menggodaku..tapi mengapa hanya kau yang bisa merobohkan tembok pertahananku"
Dante menghela nafas pendek dan bergumam kembali..
"untunglah kau di takdirkan menjadi istriku Sel" ..
Lalu Selina keluar dari kamar mandi dan masih dalam wajah kesalnya memandang ke arah Dante yang masih juga memandangi istrinya dengan senyum Nakal..