Keilani Nassandra telah dijatuhi talak tiga oleh Galang Hardiyata, suaminya.
Galang masih mencintai Kei begitu juga sebaliknya, Kei pun masih mencintai Galang, teramat sangat mencintai lelaki yang sudah berkali-kali menyakiti hatinya itu.
Kei dan Galang berniat rujuk kembali, akan tetapi, Kei harus menikah terlebih dahulu dengan lelaki lain, setelah Kei dan lelaki lain itu bercerai barulah mereka bisa rujuk kembali.
Oleh sebab itu Galang meminta bantuan temannya di salah satu club eksklusif yang Galang Ikuti Hardhan Adipramana untuk bersedia menikahi Kei dan segera menceraikan Kei setelah mereka melewati malam pertama.
Bagaimana reaksi Galang begitu mengetahui Hardhan adalah Presdir dari beberapa perusahaan terbesar abad ini?
Mampukah Kei bertahan dengan sikap dingin dan arogan Hardhan?
Dan pada akhirnya ...
Ketika cinta harus memilih ...
Siapakah yang akan dipilih Kei?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nicegirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Calon Mertua #2
Hardhan melihat Kei keluar dari fitting room dengan short dress sepuluh centimeter di atas dengkul dengan sentuhan sedikit rample di bawahnya. Kerah dressnya berbentuk v neck yang lebar seperti model sabrina dress, memperlihatkan tulang selangkanya, beberapa helai rambut panjangnya menutupi sebagian pemandangan yang terlihat indah dan menggairahkan itu.
Warna merah memang cocok untuknya, Kei jadi terlihat lebih cantik dan lebih segar. Hardhan melihat Kei semakin mendekat ke arahnya, "Kenapa melihatku seperti itu? Apa dress ini tidak cocok untukku?"
Hardhan tidak menjawabnya, ia masih terus menatap Kei.
"Ya sudah aku cari lagi yang lain!" gerutu Kei kesal.
Kei baru akan berjalan ke rak pakaian tempat ia mengambil short dress tadi ketika Hardhan menahan lengannya, membuat Kei kembali menghadapnya, "Tidak perlu, kamu akan selalu terlihat cantik memakai apapun." Hardhan mendekat ke telinga Kei saat berbisik, "Tapi buatku, kamu akan lebih cantik jika tidak memakai apapun."
Wajah Kei seketika merona merah, tidak bisa terbayangkan sebelumnya Hardhan mampu merayunya di depan umum, Kei langsung menepis tangan Hardhan dan berjalan ke arah kasir, ingin membayar dress yang ia pakai.
Tapi kasirnya hanya bengong, kasir itu menatap Hardhan untuk meminta persetujuannya. Hardhan menghampiri Kei dan merangkul pinggangnya, membawanya keluar dari boutique itu, "Sayang, kamu akan menjatuhkan harga diriku sampai tidak bisa tertolong lagi, kalau aku membiarkan kamu yang membayarnya."
Hardhan meraba punggung terbuka Kei, membuat Kei sebisa mungkin berontak, sampai Kei mendengar sesuatu yang terlepas dari dressnya, "Kamu belum melepas price tagnya, Sayang," bisik Hardhan lagi sambil terkekeh.
Kei balas menyikut perut Hardhan tapi malah sikutnya yang sakit, Kei langsung mengusap-ngusap sikutnya, membuat Hardhan tertawa lepas melihatnya.
"Alex, ambil semua baju yang tadi diperlihatkan ke Kei, bawa ke rumah!" perintah Hardhan, membuat Kei tersentak kaget.
"Ohh jangan iu tidak perlu. Buat apa baju sebanyak itu?" cegah Kei panik.
Belum lagi harganya yang selangit.
"Setelah menjadi nyonya Hardhan, kau akan memerlukan baju-baju itu, percayalah."
"Apa ibumu tidak marah mendapati seorang janda sebagai menantunya?" tanya Kei.
"Aku membawa gadis buruk rupa sekalipun mamaku tetap akan terima, selama dia melihatku menikah."
"Kamu masih punya banyak waktu untuk memikirkan lagi rencanamu untuk menikahiku. Banyak gadis-gadis cantik di luar sana yang akan dengan senang hati menikahimu." Kei berusaha membujuk Hardhan, karena rencana dengan pakaiannya tadi sudah gagal.
"Kau terdengar seperti tidak ingin menikahiku."
"Tepat sekali."
"Itu malah semakin membuatku ingin segera menikahimu." Hardhan mengedipkan sebelah matanya ke Kei, membuat Kei langsung mencibir. Kei mengalihkan pandangannya ke luar jendela, pemandangan luar lebih indah daripada melihat sosok yang duduk disebelahnya ini.
Sampai mobil terhenti di depan gerbang hitam dengan ukiran unik berwana gold yang menjulang tinggi, gerbang itu membuka secara otomatis, memperlihatkan rumah mewah didalamnya, dengan pilar-pilar yang tinggi membuat rumah itu terlihat kokoh dan angkuh.
Alex membuka pintu untuk Hardhan dan sang supir membukanya untuk Kei, Hardhan merangkul tangan Kei memasuki rumahnya. Kembali Kei dibuat ternganga melihat dalam rumah Hardhan, ini seperti memasuki lobby hotel bintang lima.
Hardhan membawa Kei semakin ke dalam, membuka sebuah pintu dan mendorong Kei masuk ke dalamnya. Ke dalam ruangan yang kesemuanya dari walpaper, sofa dan hiasannya serba berwarna lilac, mungkin ini ruangan favorit mamanya Hardhan.
Melihat kedatangan Hardhan dan Kei, mamanya langsung berdiri menyambut mereka. Dengan kedua tangan terlentang lebar mamanya Hardhan berjalan ke arah Kei, dan memeluknya erat. Membuat Kei terharu dan nyaris menitikkan air mata, Kei kembali merasakan hangatnya pelukan seorang ibu.
Mamanya Hardhan melepas pelukannya, kemudian menangkup pipi Kei dengan kedua tangannya, "Kau lebih beruntung dari yang pantas kau dapatkan Hardhan, dia cantik sekali," puji mamanya Hardhan, membuat rona merah menghiasi wajah Kei.
Hardhan hanya tertawa mendengar pujian dari mamanya, "Sekarang mama bisa melepaskan calon mantu mama itu dan membiarkan dia duduk, aku tidak mau pernikahanku tertunda karena kakinya sakit akibat terlalu lama berdiri."
"Oh baiklah anak nakal!" gerutu mamanya sambil menuntun Kei duduk di sofa panjang, dan mamanya Hardhan duduk di sebelahnya. Hardhan memilih duduk di sofa kecil tepat di depan Kei.
"Siapa namamu, Nak? Anak nakal itu tidak mau memberitahuku namamu," tanya mama Hardhan.
Hah? Raksasa arogan itu membiarkan mamanya memanggilnya anak nakal? Dia malah terlihat senang dengan nama panggilan itu.
"Keilani, Tante."
"Jangan panggil Tante, panggil Mama saja, sama seperti Hardhan."
"Baik Tan ... eh Ma."
Mama langsung tersenyum dan mengalihkan perhatiannya ke Hardhan, "Jadi kapan kalian akan menikah?"
"Sabtu ini Ma."
Bukan hanya Kei yang kaget mendengarnya, tapi mamanya Hardhan juga kaget.
"Dasar anak nakal, memutuskan secepat itu tanpa memberitahu mama terlebih dulu. Oh Tuhan! Mama belum mempersiapkan semuanya! Hotel, catering, pelaminan ... "
"Mama tenang saja semua sudah teratasi, dan mama ... Maukah besok mama menemani Kei untuk fitting baju pengantin?"
"Oh dengan senang hati," jawab mamanya Hardhan sambil meremas tangan Kei dan tersenyum padanya, "Mama senang akhirnya mama memiliki menantu, apalagi menantu secantik ini," lanjutnya.
Kei tersenyum, benar-benar tersenyum tulus ke mama Hardhan, ke calon mertuanya.
***
"Mamamu baik sekali," puji Kei.
Mereka hanya berdua saja di dalam mobil, Hardhan yang menyetir mobil itu sendiri dengan alasan supir sudah pulang karena sudah lewat dari jam kerja.
"Bagus kalau kau menyukainya."
Kei tiba-tiba tertawa, membuat Hardhan melirik ke arahnya.
"Aku tidak pernah menyangka kalau orang sehebat kamu bisa begitu menghormati mamamu, terlihat kalian berdua saling menyayangi."
"Seseorang bisa hebat karena doa dari seorang ibu."
"Ya, itu benar."
Kei kembali mengalihkan perhatiannya ke jalan, menatap kelap kelip lampu dari gedung-gedung bertingkat.
"Ternyata seperti itu rasanya pelukan seorang ibu ... " gumam Kei, tetapi Hardhan mendengarnya.
"Apa Mamamu tidak pernah memelukmu?"
Terlambat ...
Hardhan mengutuk dirinya sendiri karena lupa kalau mamanya Kei meninggal saat Kei berusia enam tahun, disaat seorang anak sedang bergantung pada ibunya.
"Kei ... "
"Kamu tidak perlu meminta maaf untuk itu." Kei memotong apapun yang ingin Hardhan ucapkan dengan cepat, secepat ia mengalihkan kembali tatapannya ke Hardhan saat bertanya, "Hardhan, apa tindakan kita benar? Aku takut aku akan menyakiti hati mamamu ketika dia tau tentang pernikahan kita yang hanya enam bulan."
"Biar aku yang akan mencarikan alasan untuknya nanti."
"Lalu alasan apa yang akan diberikan ke papaku?"
"Papamu sudah mengetahuinya," jawab Hardhan.
"Kamu serius?"
Hardhan mengangguk.
"Sepertinya papa begitu percaya padamu, kamu tahu, dia sangat memujamu?"
"Itu, terlihat bagus untukku."
"Tapi dia terlalu berharap lebih dengan pernikahan kita, dan aku sudah berjanji padanya untuk bahagia dengan pernikahan kita. Hardhan, selama enam bulan aku akan sebisa mungkin menjadi istri yang baik untukmu, dan menantu yang baik untuk mamamu. Aku tidak akan mengecewakan kalian."
Hardhan tidak membalas janji Kei, ia hanya diam. Dan selanjutnya tidak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulut mereka, sisa perjalanan dilalui dengan keheningan, hanya terdengar deru suara mesin mobil.
kesetiaan antar keluarga
ceritanya ngangenin walaupun sudah tau endingnya tapi masih semangat baca lagi