Istri Pengganti

Sudah dua Minggu Alin di rawat dan hari ini Alin sudah di perbolehkan untuk pulang, meskipun pada awalnya Axel tidak setuju jika Alin diperbolehkan pulang karena bagi Axel Alin masih butuh dirawat sampai benar-benar sembuh.

Akhirnya setelah penjelasan dari Dokter maka mau tidak mau Axel pun menyetujui jika Alin pulang hari ini, seperti saat ini Axel yang membantu Alin untuk berkemas.

"Kamu tunggu disini saja, biar Pak Haris yang bawa barang-barangnya ke mobil," ucap Axel yang menghentikan kegiatan Alin mengambil tas miliknya.

Beberapa saat kemudian, Axel dan Alin pun dalam perjalanan menuju rumah. "Kamu capek?" tanya Axel.

"Gak kok, Mas. Alin baik-baik aja," ucap Alin.

Sejujurnya Alin merasa pusing dan mual selama dalam mobil, tapi ia harus menahannya karena tidak enak jika harus berhenti.

'Aduh, kenapa pusing dan mual kayak gini ya,' ucap Alin dalam hati.

Axel yang melihatnya pun mengerutkan keningnya, "Kamu mual?" tanya Axel.

"Sedikit Mas," ucap Alin.

"Kita berhenti sebentar," ucap Axel dan menepikan mobilnya di pinggir jalan.

"Gak usah Mas, Alin baik-baik aja kok. Lebih baik kita pulang aja buat cepet sampai," ucap Alin.

"AC nya mau dimatikan aja?" tanya Axel.

"Boleh Mas?" tanya Alin.

"Boleh," ucap Axel.

Setelah itu, Axel pun mematikan AC dan benar saja rasa pusing Alin lumayan berkurang walaupun mualnya masih terasa. Tapi, berangsur membaik.

Setelah beberapa saat, akhirnya Axel dan Alin pun sampai di rumah. Baru saja mereka berdua masuk ke dalam rumah, mereka sudah di sambut keluarga Abraham.

"Akhirnya menantu Mama udah pulang, Mama kangen banget. Maafin Mama ya yang jarang banget jengukin kamu," ucap Mama Leticia.

"Iya, Ma. Alin juga paham kok," ucap Alin.

Mereka pun duduk di sofa karena ternyata di sana sudah ada keluarga besar keluarga Abraham, sebenarnya Axel ingin membawa Alin ke kamar. Tapi, Alin merasa tidak enak jika tidak menyapa keluarga besar sang suami apalagi ini adalah pertama kalinya ia bisa mengenal secara langsung keluarga besar Abraham.

"Ini istri kamu, Xel. Cantikan Nadia ya," ucap Tante Monica yang merupakan istri dari Om Julian adik dari Papa Abraham.

"Monica! Jaga bicara kamu," peringat Om Julian.

"Astaga Om Julian, dari dulu masih aja sama Tante Monica. Jeslyn kirain udah cerai," ucap Kak Jeslyn.

"Apa kamu bilang," ucap Tante Monica yang mulai emosi.

"Udah gak usah bikin rusuh di sini, kalau kamu gak suka, kamu pergi aja. Gak ada yang masalah kok kalau kamu pergi," ucap Papa Abraham pada Tante Monica.

Tante Monica yang merasa terpojok pun hanya diam dan melihat seluruh keluarga Abraham yang begitu bahagia dengan kehadiran Alin bahkan mereka menyambut hangat kabar kehamilan Alin.

'Apa hebatnya seorang pembantu sampai bisa jadi istri Axel, lebih bagusan Nadia atau gak Gladis,' ucap Tante Monica dalan hati.

Gladis adalah anak Tante Monica dari pernikahan sebelumnya. Ya, Tante Monica memang seorang janda saat dinikahi Om Julian, dimana anak pertamanya bernama Gladis berumur 24 tahun dan anak kedua Titan berumur 16 tahun.

Entah apa yang membuat Om Julian begitu cinta dengan Tante Monica, padahal Om Julian beberapa dibuat malu dengan tingkah Tante Monica bahkan Tante Monica pernah selingkuh dengan pacar Kak Jeslyn.

Karena masalah itu, Kak Jeslyn cukup sensitif jika bertemu dengan Tante Monica dan karena itu pula Kak Jeslyn memilih untuk menetap diluar negeri sekaligus mengembangkan karir modelnya di sana.

"Selamat ya, akhirnya keluarga Abraham bakal ada penerusnya," ucap Tante Olla, adik dari Papa Abraham.

"Iya, Tante terimakasih," ucap Alin dan diangguki Tante Olla.

"Axel, kamu bawa istri kamu ke kamar aja. Pasti istri kamu capek," ucap Mama Leticia.

"Iya, Ma. Ayo kita ke kamar istirahat," ajak Axel.

"Tap,i disini masih ada keluarga besar Papa," bisik Alin.

"Gapapa, mereka pasti ngerti kok. Ayo," ajak Axel lagi.

Mereka pun masuk ke dalam kamar, Axel dengan telaten membaringkan tubuh Alin di ranjangnya.

"Mau makan sesuatu?" tanya Axel dan Alin menggelengkan kepalanya.

Axel pun duduk di pinggir ranjang dan menatap lekat Alin, "A-ada apa Mas?" tanya Alin.

Bukannya menjawab, Axel justru menundukkan kepalanya dan mengecup perut Alin secara bertubi-tubi.

"Halo anak Papa, gimana keadaan kamu di dalam pasti sampit ya. Sabar ya kurang beberapa bulan lagi kamu bisa ketemu Papa sama Mama," ucap Axel di depan perut Alin.

Alin begitu terharu melihat apa yang dilakukan Axel, ia tidak pernah berpikir jika Axel akan menerima anak yang ia kandung.

"Mas Axel," panggil Alin dan membuat Axel menatap dari bawah lalu kembali menghadap perut Alin.

"Ada apa?" tanya Axel yang masih fokus pada perut Alin.

"Gi-gimana sama Anak yang dikandung Nona Nadia? Dia juga butuh sosok Ayah?" tanya Alin yang membuat Axel menatapnya dalam-dalam.

"Kamu tau darimana soal Nadia hamil?" tanya Axel.

'Mas Axel pasti marah karena aku tau rahasia Mas Axel dan Nona Nadia,' ucap Alin dalam hati.

Melihat Alin hanya diam, Axel pun menghela nafas. "Saya dan Nadia tidak mempunyai hubungan apapun, setelah dia pergi maka semuanya sudah berakhir. Sekarang saya sudah menikah dan artinya saya tidak ada sangkut pautnya dengan dia," ucap Axel.

Tentu saja jawaban Axel tidak memuaskan jiwa penasaran Alin, tapi untuk mempercepat semaunya maka Alin menganggukkan kepalanya.

'Aku harus percaya sama Mas Axel, kalaupun memang Mas Axel dan Nona Nadia memiliki hubungan lagi, itu juga tidak masalah karena aku disini hanya sebagai istri pengganti dimana statusku sekarang hanya sementara dan Mas Axel akan mencari pendamping yang lebih baik daripada aku,' ucap Alin dalam hati.

Seolah mengerti pikiran Alin, Axel pun mendekat hingga hidung mereka bersentuhan dan tentunya hal itu di manfaatkan oleh Axel, ia pun mengecup bibir Alin bahkan kecupan tersebut mulai memanas.

Axel pun turun dan mengecup leher Alin memberikan tanda pada leher tersebut, lalu Axel menatap Alin dan kembali mengecup Alin pada pelipisnya.

"Percaya sama saya, Nadia memang hamil dan itu bukan anak saya. Entah kamu tau darimana, tapi saya menjelaskan ini agar rumahtangga kita tidak ada masalah untuk kedepannya. Ibu Nadia datang dan meminta saya bertanggungjawab atas anak yang dikandung Nadia. Saya menolak dengan keras karena saya tidak pernah berhubungan badan dengan Nadia dan otomatis anak yang dikandung Nadia bukan anak saya. Dalam hidup saya, saya hanya pernah berhubungan badan dengan istri saya dimana sekarang anak yang dikandung istri saya adalah anak saya," ucap Axel dengan mengelus perut Alin.

Alin benar-benar merasa terharu bahkan ia tidak bisa menyembunyikan senyumannya, "Kalau mau senyum, senyum aja gak usah di tahan," ucap Axel dan berhasil membuat Alin tersenyum mendengarnya.

"Terus Ibu-ibu yang tadi di rumah sakit siapa Mas?" tanya Alin.

"Ya, dia itu Ibunya Nadia," ucap Axel dan diangguki Alin.

"Oh iya Mas, Anggun mana kok Alin tadi gak lihat dia dibawah?" tanya Alin.

.

.

.

Tbc.