NovelToon NovelToon
Katakan, Aku Villain!

Katakan, Aku Villain!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Keluarga / Antagonis / Romantis / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Amha Amalia

*
"Tidak ada asap jika tidak ada api."

Elena Putri Angelica, gadis biasa yang ingin sekali memberi keadilan bagi Bundanya. Cacian, hinaan, makian dari semua orang terhadap Sang Bunda akan ia lemparkan pada orang yang pantas mendapatkannya.

"Aku tidak seperti Bunda yang bermurah hati memaafkan dia. Aku bukan orang baik." Tegas Elena.

"Katakan, aku Villain!"

=-=-=-=-=

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE yaaa Gengss...
Love You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amha Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Villain Chapter 28

*

Di tempat yang penuh meja, kursi serta banyak hidangan makanan yang tersaji. Elena sedang duduk disalah satu sambil membaca sebuah buku novel.

"Belum pulang?" Seseorang datang dan langsung mendudukkan diri di depan Elena.

"Belum." Sontak saja Elena menoleh "Ku pikir siapa, ternyata kamu Key."

Keyra mengerutkan kening "Eh Kamu menunggu seseorang?"

"Biasalah, siapa lagi kalau bukan Satya." Balas Elena mencoba fokus membaca buku.

"Kemana dia? Biasanya juga seperti kucing yang ngintilin kamu kemanapun." Tanya Keyra disertai tawa kecil ejekannya.

"Aneh. Kamu bilang Satya selalu mengikutiku, tapi dia sendiri bilang kamu yang selalu mengikutiku." Elena memutar bola matanya malas, tak mengerti dengan jalan pikiran mereka berdua.

Keyra menyengir menunjukkan deretan giginya yang putih "Aku senang saja berteman denganmu." Tukasnya membuat Elena menggelengkan kepalanya.

"Btw, memangnya dia kemana?" Keyra bertanya.

"Ada urusan sama pak Bambang, makanya aku nunggu dia disini." Jawab Elena, Keyra mengangguk.

 "Heumm laper juga nih." Keyra melirik meja di depannya yang hanya ada minuman milik Elena "Aku mau beli makanan dulu, kamu mau nitip sekalian?" Tawarnya.

"Tidak. Aku sudah kenyang." Tolak Elena.

"Kenyang apa?! Kamu hanya minum saja." Keyra tak percaya, karena ia hanya melihat satu minuman di meja itu.

"Aku sedang tidak nafsu makan." Balas Elena menyengir.

Keyra memutar bola matanya malas "Mau bakso? Aku traktir." Elena menggeleng "Terus mau apa? Soto? Mie ayam? Nasi goreng? Ayam geprek? kambing guling? Steak? Sate?" Tawarnya tiada henti.

"Key--..." Ucap Elena sedikit melototkan mata, ia sudah menolak tapi Keyra malah memaksa.

Keyra tertawa pelan "Hahaa oke oke, tidak mau ya." Jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk lingkaran sebagai tanda Ok. kemudian segera pergi untuk memesan makanan sebelum mendapat amukan Elena.

Elena terkekeh, baginya sifat Keyra itu sangat kekanakan. Tapi harus dia akui jika dirinya sedikit terhibur. Kembali lagi menyibukkan diri dengan membaca novel sambil menunggu Satya juga Keyra yang sedang beli makanan.

Saat Elena fokus membaca novel, seseorang duduk di depannya sambil menatap Elena.

"Ya ampun Satya, lama se--..." Ucapan Elena terhenti setelah dia melihat siapa yang duduk. Pasalnya tadi ia mengira jika itu adalah Satya, namun ternyata bukan "Leo?"

"Hai." Sapa Leo menampilkan senyuman di bibir "Satya itu sahabatmu kan? Kamu menunggunya?"

"Iya, karena kita memang sudah janjian." Jawab Elena apa adanya.

Leo mengangguk mengerti, mengalihkan pandangan, sedikit menggertakkan gigi tanpa suara.

"Kenapa kamu disini?" Tanya Elena, sontak saja Leo kembali menatapnya.

"Menemanimu." Jawabnya, namun Elena justru menatapnya seolah berkata. Untuk apa menemaninya. "Ku lihat kamu sendirian, jadi tidak salah jika aku duduk disini." Lanjutnya.

Elena memilih diam, enggan menanggapi. Dia sedang membaca novel, namun kenapa selalu ada yang mengganggunya.

"Apa kamu terganggu aku disini? Jika iya, aku akan pergi." Ujar Leo, merasakan hawa tak bersahabat dari Elena. Apalagi gadis itu hanya sibuk membaca daripada berbincang dengannya.

"Tidak perlu pergi, ini kantin bersama." Balas Elena. Leo tersenyum.

"Kamu suka baca novel?" Tanya Leo berusaha mengakrabkan diri pada Elena.

"Suka." Jawab Elena singkat, tanpa menoleh.

"Btw, kamu kan dari fakultas Seni Budaya dan Desain. Artinya kamu suka menggambar?" Tanya Leo lagi dan lagi. Dia tak menyerah untuk bisa berbincang dengan Elena, apalagi sekarang hanya ada mereka berdua. Kesempatan itu tidak akan dia sia siakan.

"Iya, aku suka menggambar." Jawab Elena.

"Pas sekali." Seru Leo menjentikkan jarinya, membuat Elena sedikit terkejut "Minggu depan kamu free atau tidak?" Tanyanya antusias.

"Kenapa?" Bukannya menjawab, Elena malah bertanya balik.

"Kalau free, aku ingin mengajakmu jalan." Ucap Leo, Elena melotot seakan tak percaya juga sebagai bentuk penolakan "Hei jangan salah paham, maksudku itu aku ingin mengajakmu mengunjungi pameran."

"Pameran?" Elena tampak sedikit bersemangat membahas ini, Leo melihat itu. Dia sekarang tahu apa yang membuat gadis di depannya tertarik di ajak bicara.

"Ku dengar pembangunan salah satu gedung baru di tengah kota itu sudah jadi. Gedung itu akan di jadikan museum." Leo menarik nafas sejenak untuk menjeda ucapannya "Dan yang menarik, minggu depan akan di adakan pameran lukisan hasil karya pelukis terkenal yang berasal dari beberapa Negara."

Elena membulatkan mulutnya, takjub. Ia sangat menyukai lukisan, mendengar akan ada pameran itu tentu membuatnya senang.

"Jika kamu mau, aku ingin mengajakmu kesana." Ajak Leo penuh harap. Elena tampak berpikir, keningnya mengernyit "Kalau kamu bingung, kamu bisa memikirkannya dulu dan kamu bisa menghubungiku."

Sontak saja Elena menatap Leo, ia teringat saat pagi tadi Leo meminta nomornya. Apakah mengajak dirinya mengunjungi pameran adalah akal-akalan dari Leo agar mendapatkan nomornya? Elena terkekeh tak percaya.

"Aku berjanji tidak akan membuat telefon iseng saat malam hari yang akan mengganggu tidurmu." Leo mengangkat dua jari membentuk huruf V, serta membuat mimik wajah agar tidak terlihat seram "Aku bukan kriminal, percayalah."

"Oke." Jawab Elena singkat.

"Hah? Oke?" Leo terkejut, mendadak linglung namun senyuman mengembang seolah dia baru saja memenangkan jackpot besar "Jadi, berapa nomormu?" Segera ia mengeluarkan ponsel untuk mencatat nomornya.

"087822255587." Elena menjawab cepat sambil membuka kembali novelnya.

"A-apa tadi? 087822255-- 5 apa? Tadi 5?" Leo kelabakan mencatatnya.

"587." Elena melirik Leo, menarik garis bibir membentuk senyuman tipis.

"587 yaaa oke. Aku save, cantik." Ucap Leo lirih di akhir.

"Apa?" Beo Elena.

"Ah maksudku ini--... Cantik. Nomornya. Iya nomornya cantik." Leo sedikit terbata dengan tersenyum lebar, meski jantungnya kini berdegup dua kali lebih cepat "Pandai memilih nomor, cantik sekali." Lanjutnya menghapus rasa canggung.

Elena sedikit bingung, ia tidak mengerti kenapa Leo mengatakan itu. Namun ia tidak ingin ambil pusing.

"Leo, Kamu disini?" Keyra datang sambil membawa nampan yang berisi semangkuk bakso serta segelas minuman dingin.

"Iya." Balas Leo singkat.

Saat Keyra ingin bertanya lagi, Satya datang dan langsung duduk samping Elena "Maaf lama." Ucapnya menatap Elena.

"Tidak apa-apa." Balas Elena singkat.

"Haus juga." Tanpa meminta ijin, Satya meraih gelas minuman yang masih utuh di atas meja lalu menenggaknya hingga tandas.

"Yaakkk itu minumanku." Seru Keyra, tak terima minuman yang baru saja ia beli langsung di habiskan Satya. Padahal ia belum minum setetespun.

"Eh, ini bukan punyamu El?" Bingung Satya, ia mengira itu milik Elena.

Elena menggeleng menahan tawa "Itu punya Key, punyaku sudah habis."

Satya menelan ludah, melirik Keyra ragu bersiap kena amukan Keyra yang menurutnya seperti kucing garong saat marah. "P-punyamu?"

"Satyaaaa reseeeee." Tanpa ba bi bu, Keyra melayangkan pukulan bertubi-tubi pada Satya yang kini meringis kesakitan.

"Aduuhh stop, tenagamu seperti samson." Rintih Satya yang sambil mengejek, hingga Keyra memperkuat pukulannya.

"Yaaaakkk."

Tawa Elena pecah detik itu juga, puas rasanya melihat sahabat baiknya merintih kesakitan karena ulahnya sendiri. Di saat Elena tertawa, ponsel miliknya berdering menandakan panggilan masuk. Terdiam beberapa detik, tak mengenal pemilik nomor itu. Namun detik berikutnya ia menyadari sesuatu, menatap Leo yang kini menatapnya.

Leo tersenyum, ia menunjuk ponsel Elena lalu ponsel miliknya seolah berkata 'Itu nomorku, tolong save.' Kira-kira seperti itulah arti isyarat dari Leo.

"Jangan lupa kabari aku, aku menantinya." Ucap Leo menatap Elena intens "Aku duluan." Lanjutnya melambaikan tangan kemudian pergi, tanpa mempedulikan Keyra yang masih senantiasa meluapkan kekesalan pada Satya.

Elena pun membalas lambaian tangan Leo, senyuman mengembang membayangkan lukisan indah di pameran itu akan segera ia jumpai.

"Huh." Keyra merasa puas, di hembuskan nafasnya kasar setelah memukul bahkan mencubit Satya "Ganti minumanku." Serunya melototi Satya.

"Iya iya ku ganti." Satya mengalah, menyesal sudah sembarangan minum. Biasanya dia meminum minuman Elena dan sahabatnya itu tidak pernah marah. Sedangkan Keyra, baru pertama kali minum sudah langsung kena amukan.

"Dua gelas." Ucap Keyra seakan tak terbantahkan.

"Apa?!" Satya melotot, ia hanya menghabiskan satu gelas tapi minta ganti dua gelas. Tidak adil.

"Satu gelas untuk memulihkan tenagaku setelah memukulimu, satu gelasnya lagi untuk menemaniku makan bakso." Jelas Keyra dengan tampang tanpa dosanya.

"Menyesal aku minum punya kamu." Cibir Satya kesal.

"Salah sendiri." Ketus Keyra.

Tak ingin tambah di amuk, Satya memilih pergi dari sana untuk membeli minuman baru Keyra. Sedangkan Elena masih saja tertawa lepas melihat pertengkaran mereka yang di anggap dulu.

"Sumpah yaaa, kamu ketemu di mana sih sahabat kayak gitu?" Keyra mengerucutkan bibirnya, mengadu kesal pada Elena.

"Mungut di jalan, hahahaa." Tawa Elena tak ada hentinya, di sambut gelak tawa dari Keyra. Dia setuju dengan jawaban Elena yang asal ceplos, setidaknya dia sedikit terhibur setelah di buat kesal Satya.

Tawa Keyra terhenti, menyadari sesuatu "Dimana Leo?"

"Dia sudah pergi sejak tadi." Jawab Elena.

"Hah?! Pergi? Aku tidak lihat perginya." Keyra terkejut, tak percaya Leo pergi tanpa berpamitan dengannya.

"Bagaimana mau lihat, kamu kan lagi main tom and jerry sama Satya." Balas Elena kembali tertawa. Keyra menggaruk tengkuknya yang tak gatal, malu sendiri dia sudah bersikap kekanakan di depan Leo.

"Btw, tadi ngobrol apa sama Leo?" Tanya Keyra penasaran.

"Kepo deh." Elena meledeknya.

"Eeeellll." Kesal Keyra, Elena malah tertawa puas.

.

~Bersambung~

*-*-*-*-*-*-*-*-*

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE Yaaa Gengss....

Love You~

1
Nur Haswina
apa mungkin dia saudara kembar terpisah satu ikut mamanya satu lagi ikut papahnya
•🌻 𝓼𝓾𝓷𝓯𝓵𝓸𝔀𝓮𝓻𝓼 🌻•
yaa kukiri chatstory🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!