NovelToon NovelToon
Ambil Saja Suamiku, Kak

Ambil Saja Suamiku, Kak

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Penyesalan Suami / Dokter
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Riana pikir kakaknya Liliana tidak akan pernah menyukai suaminya, Septian. Namun, kecurigaan demi kecurigaan membawanya pada fakta bahwa sang kakak mencintai Septian.

Tak ingin berebut cinta karena Septian sendiri sudah lama memendam Rasa pada Liliana dengan cara menikahinya. Riana akhirnya merelakan 5 tahun pernikahan dan pergi menjadi relawan di sorong.

"Kenapa aku harus berebut cinta yang tak mungkin menjadi milikku? Bagaimanapun aku bukan burung dalam sangkar, aku berhak bahagia." —Riana

Bagaimana kisah selanjutnya, akankah Riana menemukan cinta sejati diatas luka pernikahan yang ingin ia kubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

“Tian,” suara Rahayu terdengar lemah saat ia membuka mata. Tubuhnya terasa letih, penyakit jantung dan gangguan tidur yang kerap menyerang membuat hari-harinya di usia lima puluh satu tahun semakin berat.

Selama ini, insomnia yang dideritanya jarang kambuh berkat perawatan dan terapi dari Riana. Namun, dua bulan terakhir, menantunya itu jarang datang ke rumah, bahkan sama sekali tak lagi memberikan terapi. Akibatnya, penyakit itu kembali menghantam hingga akhirnya ia harus dirawat di rumah sakit.

“Mana Riana?” tanyanya pelan, menoleh ke sekeliling. Hanya ada Septian, Liliana, dan bayi kecil yang masih terlelap dalam pelukan.

“Bu, tenang. Riana dia—” Septian belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Rahayu sudah memotong dengan suara getir.

“Menantu gak tahu diri. Dulu ibu sudah bilang dia gak baik buat masuk keluarga kita, Tian. Sekarang terbukti, kan?”

Liliana yang mendengar itu merasakan ada secercah harapan. Dari nada suara Rahayu, ia bisa menangkap bahwa Riana memang tidak pernah benar-benar diterima di keluarga Septian. Ia pun mengambil kesempatan.

“Tante, saya sebagai kakaknya Riana… saya minta maaf kalau Riana belum bisa jadi menantu yang baik.”

Rahayu menoleh, tatapannya melunak sejenak. “Lili, kamu tidak perlu minta maaf begitu. Kamu anak yang baik. Tante berterima kasih sudah merawat tante di saat begini.”

Napas Rahayu masih tersengal, tangannya mengusap dada. Namun, nada bicaranya kembali meninggi saat menyebut nama Riana lagi.

“Kalau bukan karena kamu, Lili, entah apa jadinya tante. Riana itu… dasar perempuan keras kepala! Menikah sama Tian pun kayaknya cuma main-main. Mana pernah dia peduli sama mertua, apalagi bantu urus rumah. Tante sakit begini juga dia nggak peduli. Hanya sibuk dengan dunianya sendiri!”

Liliana menunduk, pura-pura menahan sedih, padahal senyum tipis hampir saja lolos dari bibirnya. Ia tahu, inilah celah emas untuk menyingkirkan adiknya sendiri.

“Tante jangan banyak pikiran dulu, nanti tambah sakit. Saya akan bantu jaga tante. Kalau ada apa-apa, biar saya yang urus. Soal Riana… ya, mungkin memang dia kurang cocok ada di sini,” ucapnya lembut, penuh kepura-puraan.

Septian yang sejak tadi memilih diam hanya bisa menghela napas berat. “Lili, kenapa kamu bicara seperti itu?”

Liliana sontak menutup mulutnya, lalu buru-buru menjawab dengan nada menyesal, “Tian, maaf… aku salah bicara, ya?”

Namun, Rahayu segera menatap putranya dengan sorot tajam, jelas menunjukkan ketidaksukaannya pada sikap sang anak.

“Kamu masih saja bela dia, Tian? Sudahlah. Ibu ini ibumu sendiri. Dari dulu ibu sudah bilang, Riana itu bukan pilihan tepat. Sekarang lihat sendiri buktinya! Dia ninggalin kamu saat susah, ninggalin ibu saat sakit. Apa itu belum cukup jadi bukti?”

Meski ucapan ibunya terdengar logis, entah mengapa Septian justru merasa kesal. Ada perasaan mengganjal yang sulit ia jelaskan. Akhirnya, dengan suara berat ia berkata sebelum beranjak pergi, “Aku cari Riana dulu, biar dia yang urus Ibu.”

Liliana langsung mengepalkan tangannya erat-erat. Amarah hampir meluap, tapi mengingat masih ada Rahayu di ruangan itu, ia terpaksa menahan diri. Wajahnya kembali dihiasi senyum tipis penuh kepura-puraan, lalu ia bersikap seolah penuh rasa bersalah sambil mulai berbincang dengan Rahayu.

***

Akhirnya, setelah melewati empat jam proses seleksi yang melelahkan, Riana berhasil lolos. Kini hanya ada beberapa syarat tambahan yang harus ia lengkapi, salah satunya izin dari keluarga untuk bisa resmi menjadi relawan di Sorong.

Ia mulai berpikir. Septian sudah menjatuhkan tiga talak kepadanya, itu berarti secara agama mereka sah berpisah. Untuk perceraian secara hukum, yang dibutuhkan hanyalah proses di pengadilan bersama pengacara. Bukankah tanpa kehadirannya justru semuanya akan lebih cepat selesai?

Riana menarik napas panjang, mencoba meyakinkan dirinya. “Jadi… sekarang aku hanya perlu tanda tangan Kak Lili saja sebagai keluarga,” gumamnya pelan.

Ia menatap berkas di tangannya lama-lama, lalu bergumam lagi, “Tapi… Kak Lili masih marah. Kalau begitu, lebih baik aku pulang dulu saja. Nanti aku coba bicara pelan-pelan dengannya.” Dengan langkah gontai, ia pun berjalan keluar dari ruang seleksi.

Namun, baru saja tiba di beranda, matanya menangkap sosok yang tak asing. Liliana terlihat berjalan cepat sambil menggendong Lira, lalu masuk ke sebuah mobil bersama beberapa temannya membuat Riana tertegun beberapa saat.

“Kak Lili bawa Lira… sama teman-temannya? Mau ke mana?” gumamnya penuh tanda tanya.

Rasa penasaran membuatnya buru-buru mengikuti mobil itu dengan langkah tergesa-gesa. Ia terus membuntuti hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah kedai kopi yang ramai oleh anak muda nongkrong. Musik keras berpadu dengan kepulan asap rokok yang mengepul di udara.

Riana mengibaskan tangannya, menutup hidungnya rapat-rapat. “Astaga… apa Kak Lili sudah gila, membawa Lira ke tempat seperti ini?”

Dengan hati-hati ia masuk, matanya menyapu ruangan untuk mencari kakaknya. Tak butuh waktu lama, ia menemukan Liliana duduk di salah satu sudut meja bersama beberapa orang temannya. Lira diletakkan begitu saja di sofa yang nampak anteng dengan cemilan di tangannya, sementara Liliana asyik berbincang.

Riana hendak melangkah mendekat untuk mengambil Lira. Namun, langkahnya terhenti ketika telinganya menangkap suara kakaknya yang begitu jelas terdengar di tengah hiruk-pikuk kedai kopi itu.

“Lili, kamu beneran sekarang tinggal sama adikmu dan suaminya?” tanya salah satu teman Liliana dengan nada penasaran.

Liliana menyandarkan tubuhnya santai di sofa, bibirnya menyunggingkan senyum penuh kepuasan. “Iya, memangnya aku harus tinggal di mana lagi? Lagipula… kalian tahu nggak, dengan sedikit rengekan aku sama Lira, Septian itu gampang banget luluh.”

“Serius?” teman yang lain menyahut, terkejut sekaligus tak percaya.

Liliana mengangguk mantap, lalu mencondongkan tubuhnya ke meja, suaranya dibuat setengah berbisik seolah sedang membocorkan rahasia besar. “Bayangin aja. Waktu aku bilang pengen beli baju, dia langsung rela batalin makan siangnya demi nemenin aku belanja. Terus, waktu aku bilang Lira demam, dia tega-teganya ninggalin janji sama adikku sendiri, cuma biar bisa jagain kami, tapi sialnya ibunya justru masuk rumah sakit.”

Riana merasakan tenggorokannya tercekat, seolah ada gumpalan besar yang menghalangi napasnya. Matanya panas, tapi ia memaksa untuk tidak meneteskan air mata di tempat itu.

Tawa kecil terdengar dari meja itu. Salah seorang temannya berseloroh, “Jangan-jangan… Septian suka sama kamu, Lili?”

Liliana mengibaskan tangan, pura-pura menolak sambil tersenyum penuh arti. “Ah, nggak juga. Kayaknya dia belum suka sama aku… tapi aku bakal usahain, biar suatu saat dia benar-benar jatuh hati.”

Teman lainnya langsung menimpali dengan wajah setengah serius, “Terus kamu sendiri gimana? Jangan main-main, Li. Kamu beneran suka sama dia?”

"Tentu saja, siapa yang tidak suka dengan bos muda seperti Septian," jawab Liliana dengan mata berbinar.

Riana terhuyung sedikit ke belakang, berpegangan pada dinding dekat pintu. Jantungnya berdegup kencang, perasaan hancur bercampur marah berputar-putar di kepalanya. Kak Lili… tega sekali. Jadi selama ini… ini maksudmu?

1
Nur Hafidah
emang jodoh riana alif bukan septian sipecundang
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: tambah kak, si plin plan, maruk, pengen dua2nya
total 1 replies
arniya
Septian semoga km nanti menyesal....
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: masih plin plan gak jelas dia
total 1 replies
Ariany Sudjana
lupakan laki-laki mokondo itu Riana, kamu harus bangkit dan kejar kebahagiaanmu bersama dr Alif
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: pokoknya Riana harus bahagia ya
total 1 replies
Ma Em
Septian dari awal emang tdk perhatian pada Riana ya sdh Riana lupakan Septian , Riana lebih baik cari kebahagiaanmu sendiri tdk usah diingat lagi mending bersama dr Alif pasti Riana akan bahagia dan akan diratukan sama dr Alif , biarkan Septian dgn Liliana pasti sama Liliana juga tdk akan beda emang sdh karakter teledor dan masa bodo pasti tdk akan bisa berubah
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: berasa banget karakter septian ini ya kak
total 1 replies
Ariany Sudjana
sekarang aja baru menyesal, kemana saja selama ini bos? ya terima saja, kan selama ini memang lebih perhatian sama Liliana, sampai istri sendiri di sia-siakan
Ma Em
Septian kamu emang sdh kehilangan Riana karena dia sdh pergi keluar dari rumahmu dan tdk akan kembali lagi , biarkan Riana bahagia dgn orang lain Septian kamu berbahagialah dgn perempuan pilihanmu si Liliana yg selalu kamu bela dan kamu utamakan daripada Riana , lebih baik Riana dgn dr Alif saja semoga Riana berjodoh dgn dr Alif .
hafiz
lebih baik dgn Alif saja , dripada dengn suami tp lebih mementingkan KK ipar
Ma Em
Jangan angkat Riana sekarang kamu sdh keluar dari rumah Septian jgn pedulikan lagi apa yg terjadi mau Liliana atau Septian sdh tdk usah Riana hiraukan lagi biar saja Liliana bersama Septian , Riana jangan mundur lagi .
Ma Em
Liliana mati saja setelah mati lalu kamu bisa jadi hantu tinggal dirumah Septian , bagus Riana tinggalkan saja lelaki yg plin plan tdk punya pendirian , semoga Riana selalu bahagia setelah berpisah dgn Septian dan makin sukses .
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: 🤣🤣🤣 iya jdi hantu buat septian ya kak
total 1 replies
Ariany Sudjana
terima saja Septian, kamu sudah ditinggal Riana. bukannya kamu sudah ucapkan talak ke Riana? ya sekarang bebas dong, tinggal menikah sama Liliana, jadi ga perlu ada drama lagi
arniya
geregetan Septian....
Ma Em
Semoga Septian dan Liliana hdp nya tdk pernah bahagia karena dia sdh merebut kebahagiaan Riana , dan sebaliknya Riana semoga hidupnya dipenuhi dgn cinta dan kebahagiaan .
Ariany Sudjana
ini lagi pelakor, bermulut manis, pura-pura ga tahu kalau Septian suka sama dia, padahal dalam hati suka cita, sudah tidak ada penghalang dalam hubungan dengan Septian
Ariany Sudjana
dasar Septian mokondo, ga paham yah atau amnesia yah, sudah jatuhkan talak, tapi masih minta Riana kembali jadi istri yang patuh? dasar bodoh, apa dia ga tahu, dia sudah dorong Riana sampai kepala bocor, dan harus masuk RS? untung dr Alif datang, kalau ga, mungkin Riana sudah menghadap Tuhan
Ariany Sudjana
akhiri semua drama yang kamu buat Liliana, kan ini yang kamu mau, jadi istrinya Septian dan menyingkirkan adikmu sendiri
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: bangga dia bisa menang
total 1 replies
arniya
Riana semoga dapat yang lebih baik dari Septian
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: katanya mau sama dr alif 🤭
total 1 replies
arniya
lempar batu sembunyi tangan,
arniya
Septian mata nya ketutup apa sih , sampai gk bisa liat yang tulus sm yang cuma pura pura dan ad udang di balik batu.
Bun cie
ayo riana mumpung ada ibu mertuamu kemukakan ttg perceraianmu..pasti di loloskan disupport ibu septi
Bun cie
keputusan yg tepat riana..berpisah ..tinggalkan org2 toksik sekalipu suami dan kakakmu..kamu g sendiri ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!