NovelToon NovelToon
Magang Di Hati Bos Muda

Magang Di Hati Bos Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Keluarga / Teen School/College / CEO / Romansa
Popularitas:10
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Satu kesalahan di lantai lima puluh memaksa Kirana menyerahkan kebebasannya. Demi menyelamatkan pekerjaan ayahnya, gadis berseragam putih-abu-abu itu harus tunduk pada perintah Arkan, sang pemimpin perusahaan yang sangat angkuh.
​"Mulai malam ini, kamu adalah milik saya," bisik Arkan dengan nada yang dingin.
​Terjebak dalam kontrak pelayan pribadi, Kirana perlahan menemukan rahasia gelap tentang utang nyawa yang mengikat keluarga mereka. Di balik kemewahan menara tinggi, sebuah permainan takdir yang berbahaya baru saja dimulai. Antara benci yang mendalam dan getaran yang tak terduga, Kirana harus memilih antara harga diri atau mengikuti kata hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4: Perjanjian di Atas Kertas Hitam

Arkananta mencengkeram foto-foto yang berserakan di lantai rumah sakit hingga kertas mengkilap itu remuk di dalam kepalan tangannya. Matanya merah menyala, menatap ke arah lorong kosong tempat pria asing berpakaian serba hitam itu menghilang secara misterius. Di sampingnya, Kirana masih terduduk lemas dengan pandangan kosong yang seolah kehilangan seluruh cahaya kehidupan.

"Bangun, Kirana! Jangan biarkan musuh melihat kelemahanmu meski hanya sedetik saja," suara Arkananta menggelegar di lorong sunyi tersebut.

Kirana mendongak dengan air mata yang membasahi pipinya yang pucat pasi seperti kain kafan. Tubuhnya gemetar hebat saat melihat foto yang menunjukkan kedekatan mereka di ruang kerja kini berada di tangan orang yang sangat jahat. Ia membayangkan bagaimana wajah ibunya jika melihat foto-foto yang tampak sangat tidak senonoh tersebut tersebar di sekolah.

"Kenapa Anda begitu kejam? Hidup saya hancur karena masuk ke dalam ruangan itu!" teriak Kirana sambil memukul-mukul lantai rumah sakit yang sangat dingin.

Arkananta berjongkok, lalu mencengkeram kedua bahu Kirana dengan kekuatan yang membuat gadis itu terpaksa menatap matanya yang tajam. Ia tidak peduli jika tindakannya saat ini terlihat sangat kasar di mata orang-orang yang melintas di koridor. Bagi Arkananta, saat ini adalah waktu untuk bertindak, bukan untuk meratapi nasib yang sudah terlanjur buruk.

"Diam dan dengarkan saya dengan baik jika kamu masih ingin menyelamatkan nama baik keluargamu," ancam Arkananta dengan nada rendah yang sangat menusuk.

Kirana terisak pelan, mencoba meredam suara tangisnya agar tidak menarik perhatian petugas keamanan yang berjaga di ujung lorong. Ia bisa merasakan napas Arkananta yang memburu di depan wajahnya, membawa aroma kopi yang sangat pekat. Keheningan yang tercipta di antara mereka terasa sangat menyesakkan dada, seolah udara telah habis terhisap oleh kemarahan Arkananta.

"Lalu apa yang harus saya lakukan? Mereka akan menghancurkan masa depan saya besok pagi," bisik Kirana dengan bibir yang terus bergetar hebat.

Arkananta melepaskan cengkeraman tangannya dan berdiri tegak kembali dengan keangkuhan yang sudah menjadi bagian dari jati dirinya. Ia merogoh saku jas mewahnya dan mengeluarkan sebuah map hitam kecil yang selalu ia bawa ke mana-mana. Map itu berisi sebuah perjanjian tambahan yang telah ia siapkan sebagai jaring pengaman bagi setiap risiko bisnis yang ia ambil.

"Tanda-tangani ini, dan saya jamin foto-foto itu tidak akan pernah sampai ke gerbang sekolahmu," perintah Arkananta sambil menyodorkan pena emas.

Kirana meraih map tersebut dengan tangan yang masih gemetar tak terkendali seolah tersengat aliran listrik. Ia membaca setiap baris kalimat di atas kertas hitam tersebut yang ditulis dengan tinta emas yang sangat berkilau. Di sana tertulis bahwa Kirana harus bersedia bertunangan secara rahasia dengannya sebagai bentuk perlindungan hukum di mata publik.

"Pertunangan rahasia? Anda gila! Saya masih sekolah dan Anda adalah pria dewasa yang sangat kaya!" seru Kirana dengan mata yang membelalak sempurna.

Arkananta menyunggingkan senyum tipis yang tampak sangat dingin dan penuh dengan muslihat yang sangat matang. Ia melipat kedua tangannya di depan dada, menunjukkan bahwa ia memegang kendali penuh atas hidup gadis malang di depannya. Cahaya lampu rumah sakit yang sedikit redup memberikan kesan misterius pada rahangnya yang sangat tegas dan kaku.

"Itu adalah satu-satunya cara untuk membungkam mereka yang ingin menyerang moralitas saya melalui keberadaanmu di rumah saya," jawab Arkananta dengan nada yang sangat datar.

Kirana menatap pintu ruang tindakan tempat ayahnya masih berjuang melawan maut akibat racun yang salah sasaran. Ia merasa terjebak di dalam labirin gelap yang dindingnya terus menyempit, memeras seluruh pilihan hidup yang ia miliki. Dengan hati yang terasa hancur berkeping-keping, ia meletakkan kertas itu di atas lututnya dan mulai menggoreskan tanda tangan.

"Saya harap Anda menepati janji untuk melindungi ayah saya dan nama baik saya di sekolah," ucap Kirana setelah menyelesaikan tanda tangannya.

Arkananta mengambil kembali map itu dengan gerakan yang sangat tangkas dan memasukkannya ke dalam tas kulit miliknya. Ia tidak memberikan kepastian apa pun, namun tatapan matanya menunjukkan bahwa ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan. Suasana koridor kembali menjadi sunyi, hanya terdengar suara detak jam dinding yang berdetak sangat lambat.

Beberapa menit kemudian, seorang dokter keluar dari ruang tindakan dengan raut wajah yang tampak sangat lelah dan penuh beban. Kirana segera berdiri dan menghampiri sang dokter dengan penuh harap yang membuncah di dalam dadanya. Namun, gelengan kepala sang dokter seketika membuat seluruh persendian di kaki Kirana terasa lemas dan mati rasa.

"Maaf, racun itu sudah menyebar ke bagian organ yang sangat vital dan ayah Anda sedang mengalami masa koma yang sangat panjang," jelas sang dokter dengan suara yang lirih.

Kirana merasa dunianya seolah meledak menjadi serpihan-serpihan kecil yang tidak mungkin bisa disatukan kembali seperti semula. Ia jatuh tersungkur di depan pintu ruang tindakan dengan raungan kesedihan yang sangat memilukan siapa pun yang mendengar. Arkananta berdiri membeku di belakangnya, menatap pintu ruangan itu dengan kepalan tangan yang sangat kuat hingga urat-urat di lengannya menonjol keluar.

Tiba-tiba, telepon genggam milik Arkananta bergetar di dalam saku celananya dengan nada panggilan yang sangat mendesak. Ia melihat layar teleponnya dan mendapati sebuah pesan singkat dari nomor yang sama sekali tidak ia kenal. Isi pesan tersebut membuat rahang Arkananta mengeras dan matanya berkilat-kilat penuh dengan amarah yang memuncak.

Ayahnya hanyalah peringatan pertama, Kirana akan menjadi target berikutnya jika Anda tidak segera menyerahkan saham perusahaan Dirgantara Grup malam ini juga.

Arkananta menoleh ke arah Kirana yang masih menangis tersedu-sedu di lantai rumah sakit tanpa menyadari bahaya yang sedang mengintainya. Ia menyadari bahwa rumah sakit ini sudah tidak lagi aman bagi gadis itu karena musuhnya ada di mana-mana. Tanpa membuang waktu, Arkananta menarik paksa Kirana agar berdiri dan membawanya menuju pintu keluar darurat dengan langkah yang sangat cepat.

"Lepaskan saya! Saya ingin tetap di sini bersama ayah saya!" teriak Kirana sambil mencoba melepaskan diri dari tarikan Arkananta.

Arkananta tidak mempedulikan teriakan Kirana dan terus menyeretnya menuruni tangga darurat yang gelap dan hanya diterangi lampu remang-remang. Ia tahu bahwa setiap detik sangat berharga untuk menyelamatkan nyawa gadis yang kini sudah resmi menjadi tunangan rahasianya. Di luar sana, beberapa mobil hitam tanpa pelat nomor sudah menunggu di pinggir jalan dengan mesin yang tetap menyala secara misterius.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!