NovelToon NovelToon
Buddha Asura: Sang Pelindung Dharma

Buddha Asura: Sang Pelindung Dharma

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:10.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

Di puncak Gunung Awan Putih, Liang Wu hanya mengenal dua hal: suara lonceng pagi dan senyum gurunya. Ia percaya bahwa setiap nyawa berharga, bahkan iblis sekalipun pantas diberi kesempatan kedua.

Namun, kenaifan itu dibayar mahal. Ketika gurunya memberikan tempat berlindung kepada seorang pembunuh demi 'welas asih', neraka datang mengetuk pintu. Dalam satu malam, Liang Wu kehilangan segalanya: saudara seperguruan dan gurunya yang dipenggal oleh mereka yang menyebut diri 'Aliansi Ortodoks'.

Terkubur hidup-hidup di bawah reruntuhan kuil yang terbakar, Liang Wu menyadari satu kebenaran pahit: Doa tidak menghentikan pedang, dan welas asih tanpa kekuatan adalah bunuh diri.

Ia bangkit dari abu, bukan sebagai iblis, melainkan sebagai mimpi buruk yang jauh lebih mengerikan. Ia tidak membunuh karena benci. Ia membunuh untuk 'menyelamatkan'.

"Amitabha. Biarkan aku mengantar kalian ke neraka, agar dunia ini menjadi sedikit lebih bersih."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kulit Tembaga dan Tulang Arang

Ketika Liang Wu membuka matanya, dia mengira dia sudah mati dan masuk neraka.

Udara di barak terasa dingin. Padahal, suhu di Kawah Besi Hitam tidak pernah turun. Itu berarti suhu tubuhnya sendirilah yang naik drastis.

Liang Wu mencoba duduk.

Kretak.

Suara itu bukan berasal dari dipan kayu, melainkan dari sendi-sendinya sendiri.

Dia melihat tangannya. Luka melepuh akibat darah Cacing Api kemarin sudah hilang. Sebagai gantinya, kulit di lengan dan telapak tangannya kini memiliki warna yang aneh—merah tembaga gelap, kasar seperti kulit jeruk yang dikeringkan, dan keras saat diketuk.

Dia menekan kulit lengannya dengan kuku jempol. Tidak ada bekas. Dia menekan lebih keras, menggunakan tenaga yang bisa melubangi kayu.

Kulit itu hanya melesak sedikit, lalu kembali ke bentuk semula seperti karet ban yang alot.

Liang Wu menghembuskan napas. Napasnya panas, berbau belerang.

"Berhasil," bisiknya.

Dia tidak meledak. Inti Cacing Api itu telah diserap oleh tubuhnya, memperbaiki kerusakan dan memperkuat struktur selnya untuk menahan panas.

Namun, penampilan ini berbahaya. Jika Mandor atau murid sekte melihat kulit tembaganya, mereka akan tahu dia mengultivasi teknik terlarang atau mencuri sumber daya.

Liang Wu segera mengambil segenggam debu arang dari lantai. Dia meludahinya, membuat pasta hitam, lalu menggosokkannya ke seluruh lengan, leher, dan wajahnya (di balik topeng). Dia menyamarkan kulit tembaga itu agar terlihat seperti kulit kuli tambang yang dekil dan terbakar matahari.

"Saudara Tie?"

Xiao Bao terbangun di sebelahnya. Bocah itu menatap Liang Wu dengan mata bengkak. "Kau... kau berasap."

"Itu cuma debu," kata Liang Wu cepat. "Bangun. Mandor akan datang sebentar lagi."

Tepat saat itu, gong tembaga di luar barak dipukul.

TENG! TENG!

"SEMUA KELUAR! PERSIAPAN PAGI!"

Para budak dan umpan tungku menyeret tubuh lelah mereka keluar.

Di pelataran, Mandor Bermata Satu sudah menunggu. Di sampingnya berdiri seorang pria berjubah merah dengan lencana perak di dada—Murid Dalam Sekte Besi Hitam.

"Mana yang bernama Tie?" tanya Murid Dalam itu dengan nada bosan.

Jantung Liang Wu berdegup. Apakah dia ketahuan mencuri Inti Api?

"Saya," Liang Wu melangkah maju, menundukkan kepala.

Murid Dalam itu menatap Liang Wu dari atas ke bawah. Dia mengerutkan kening melihat penampilan Liang Wu yang kotor dan bercaping.

"Mandor bilang kau dan bocah pincang itu selamat dari kepungan dua Cacing Api di Sektor 7 kemarin. Dan salah satu cacing mati dengan perut hancur."

"Benar, Tuan," jawab Liang Wu, suaranya dibuat gemetar. "Kami... kami beruntung ada batu besar yang jatuh menimpa cacing itu saat kami lari."

Murid Dalam itu mendengus. "Batu? Mandor bilang luka di perut cacing itu seperti diledakkan dari dalam."

Suasana menegang. Tangan Liang Wu di balik punggung mulai menegang, siap mencabut pisau bedah jika perlu.

"Tapi aku tidak peduli," lanjut Murid Dalam itu, mengibaskan tangan. "Yang penting cacing itu mati dan kami dapat kulitnya. Intinya hancur atau hilang, itu urusan belakangan. Yang jelas, kau punya nyali."

Dia melempar sebuah kantong kecil ke arah Liang Wu.

"Mulai hari ini, kau bukan lagi Umpan Biasa. Kau diangkat menjadi Kepala Regu Umpan. Kau berhak mengatur sepuluh orang baru. Dan kau dapat jatah daging."

Liang Wu menangkap kantong itu. Isinya tiga keping batu roh kualitas rendah dan token besi.

"Terima kasih, Tuan."

"Jangan senang dulu. Kepala Regu harus masuk paling depan. Kalau anak buahmu mati semua tapi kau hidup, aku akan melemparmu ke kolam magma. Mengerti?"

"Mengerti."

Murid Dalam dan Mandor pergi.

Liang Wu berdiri diam, memegang token barunya. Di sekelilingnya, tatapan para budak lain berubah. Ada yang takut, ada yang kagum, tapi lebih banyak yang iri.

Terutama seorang pria besar bernama 'Si Banteng'. Dia adalah mantan kepala regu yang baru saja digantikan posisinya karena kakinya patah minggu lalu.

"Anak baru..." geram Si Banteng, berjalan terpincang mendekati Liang Wu. "Kau pikir kau siapa? Kau pasti menjilat sepatu Mandor, kan?"

Liang Wu tidak menoleh. Dia berjalan menuju gentong air untuk mencuci muka.

"Aku bicara padamu, Sampah!"

Si Banteng mencengkeram bahu Liang Wu. Tangan besarnya meremas kuat, berniat meremukkan tulang bahu pemuda itu.

Namun, Liang Wu tidak bergerak.

Bahu yang dicengkeram itu terasa keras seperti batu.

Liang Wu menoleh perlahan. Dari balik bayangan capingnya, mata kanannya menatap Si Banteng dengan tatapan kosong yang mengerikan.

"Lepaskan," kata Liang Wu.

"Atau apa? Kau mau lapor Mandor?"

Liang Wu menghela napas. Dia meletakkan tangannya di atas tangan Si Banteng yang mencengkeram bahunya.

Dia tidak menggunakan Tapak Vajra. Dia tidak menggunakan Qi.

Dia hanya meremas.

Kekuatan fisik murni dari otot yang telah ditempa oleh api neraka.

"Argh..." wajah Si Banteng berubah merah. Dia merasa seolah tangannya sedang dijepit oleh catut besi yang perlahan menyempit.

"Lepas," ulang Liang Wu.

Dia meremas lebih kuat.

KREK.

Bunyi tulang retak terdengar jelas.

"AAAAARGHHH!" Si Banteng menjerit, jatuh berlutut. Dia menarik tangannya yang kini ungu dan bengkok. Dia menatap Liang Wu dengan horor. "Tanganmu... tanganmu terbuat dari apa?!"

Para budak lain mundur ketakutan. Mereka melihat Si Banteng—orang terkuat di barak—dilumpuhkan hanya dengan satu remasan tangan.

Liang Wu mengibaskan tangannya, membersihkan debu arang yang rontok.

"Mulai sekarang," kata Liang Wu, suaranya cukup keras untuk didengar seluruh barak. "Jatah makananku dan Xiao Bao tidak boleh diganggu. Dan jika ada yang bertanya tentang apa yang terjadi di dalam lubang... jawabannya adalah 'Batu Jatuh'. Mengerti?"

"M-mengerti, Bos Tie!" seru mereka serempak.

Liang Wu menarik Xiao Bao yang masih bengong.

"Ayo makan," kata Liang Wu. "Kita butuh tenaga. Nanti malam, kita akan 'bekerja' lagi."

"Bekerja?" bisik Xiao Bao. "Tapi jatah kita sudah selesai hari ini."

"Bukan kerja untuk mereka," bisik Liang Wu kembali, matanya berkilat di balik caping. "Kerja untukku."

Tubuhnya lapar. Satu inti telah memberinya kulit tembaga. Jika dia memakan sepuluh... atau seratus... dia mungkin bisa menahan pedang dengan kulit telanjang.

Dan saat itu terjadi, dia akan siap untuk membakar seluruh sekte ini.

1
azizan zizan
jadi kuat kalau boleh kekuatan yang ia perolehi biar sampai tahap yang melampaui batas dunia yang ia berada baru keluar untuk balas semuanya ..
azizan zizan
murid yang naif apa gurunya yang naif Nih... kok kayak tolol gitu si gurunya... harap2 si murid bakal keluar dari tempat bodoh itu,, baik yaa itu bagus tapi jika tolol apa gunanya... keluar dari tempat itu...
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Misi dimulai 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Cerita bagus...
Alurnya stabil...
Variatif
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sukses 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sapu bersih 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hancurken 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yup yup yup 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Rencana brilian 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Dicor langsung 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Bertambah kuat🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Semangat 🦀🍄
Wiji Lestari
busyet🤭
pembaca budiman
saking welas asihnya ampe bodoh wkwkwm ciri kas aliran putih di novel yuik liang ambil alih kuil jadiin aliran abu² di dunia🤭
syarif ibrahim
sudah mengenal jam kah, kenapa nggak pake... 🤔😁
Wiji Lestari
mhantap
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Keadilan yg tidak adil🦀🍄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!