NovelToon NovelToon
Tumbal Rahim Ibu

Tumbal Rahim Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Kumpulan Cerita Horror / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:547
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

​"Ibu bilang, anak adalah permata. Tapi di rumah ini, anak adalah mata uang."
​Kirana mengira pulang ke rumah Ibu adalah jalan keluar dari kebangkrutan suaminya. Ia membayangkan persalinan tenang di desa yang asri, dibantu oleh ibunya sendiri yang seorang bidan terpandang. Namun, kedamaian itu hanyalah topeng.
​Di balik senyum Ibu yang tak pernah menua, tersembunyi perjanjian gelap yang menuntut bayaran mahal. Setiap malam Jumat Kliwon, Kirana dipaksa meminum jamu berbau anyir. Perutnya kian membesar, namun bukan hanya bayi yang tumbuh di sana, melainkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lapar.
​Ketika suami Kirana mendadak pergi tanpa kabar dan pintu-pintu rumah mulai terkunci dari luar, Kirana sadar. Ia tidak dipanggil pulang untuk diselamatkan. Ia dipanggil pulang untuk dikorbankan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Tamu Tak Diundang di Tengah Malam

Kirana membuka tutup kaleng Laksmi itu, dan di dalamnya, ia tidak menemukan apa pun selain secarik kertas usang yang berbau anyir, digulung sangat rapat, dan tertulis sebuah pesan di bagian luar: Tamu Tak Diundang di Tengah Malam.

Kirana segera membuka gulungan kertas yang rapuh itu. Tulisan tangan di dalamnya berbeda dari tulisan di ponsel Dimas tulisan ini lebih tergesa gesa, seolah ditulis dalam kepanikan.

“Ada tamu yang datang saat Dimas pergi. Tamu ini yang membawa jimat. Mereka datang dari Barat. Mereka tidak boleh masuk rumah, karena mereka mencari warisan yang belum matang. Dia (Ibu) selalu menyambut mereka di Pendopo. Kuncilah mereka di sana dengan batu hitam. Setelah itu, lari ke hutan. Ke Balai Kambing.”

"Jimat? Balai Kambing?" Kirana berbisik. Petunjuk ini lebih spesifik, tetapi menggunakan istilah yang ia tidak tahu. Siapa tamu ini? Dan kenapa Dimas pergi mengurus dokumen di kota jika Tamu Tak Diundang akan datang?

Ia melirik jam di ponselnya. Pukul 01:30 dini hari. Dimas baru pergi sekitar satu jam.

Kirana melipat kertas itu dan memasukkannya ke dalam saku baju tidurnya. Ia harus segera bertindak, sebelum kucing hitam itu memanggil Nyi Laras kembali ke loteng.

Ia merangkak kembali ke celah, menyelinap keluar loteng dengan hati hati. Ia turun dari kursi, memastikan tidak ada suara. Ia kini kembali di kamar, dan pintu terkunci berlapis ganda.

Ia berjalan ke jendela. Jendela kamar itu menghadap ke halaman depan, terhalang tirai beludru hijau tebal. Ia harus melihat Pendopo.

Kirana menarik sedikit tirai beludru yang berat itu, membuka celah kecil.

Di sana, di Pendopo rumah Joglo yang besar, ia melihatnya.

Dua mobil pick up hitam tua, berlumuran lumpur, diparkir di halaman depan. Di ambang Pendopo, Nyi Laras berdiri tegak, menyambut empat sosok pria bertubuh besar dan berpenampilan garang, mengenakan pakaian hitam serba gelap.

Mereka membawa bungkusan kain hitam di tangan mereka. Kirana tidak bisa mendengar dialog mereka, tetapi ia melihat Nyi Laras tersenyum lebar senyum yang terlalu lebar, penuh kepuasan.

Nyi Laras menunjuk ke dalam rumah, ke arah koridor utama, lalu ia mengangguk ke arah salah satu pria.

Pria itu berbalik. Kirana langsung membeku. Pria itu memiliki wajah bengis, dan ia melihat sesuatu yang ia kenali. Di lengan kanannya, tersemat sebuah gelang tulang putih yang tampak mengkilap.

"Penagih utang," Kirana bergumam, suaranya tercekat. Mereka adalah kolega Dimas, yang kini datang untuk mengklaim aset Dimas dirinya.

Kirana cepat cepat melepaskan tirai. Ia harus mengunci mereka di Pendopo sebelum mereka mencapai kamarnya.

Jendela kamar Kirana tidak bisa dibuka. Kirana hanya punya satu jalan: pintu.

Ia tahu Nyi Laras ada di luar. Ia tahu pria pria itu sedang berjalan masuk.

Kirana merangkak di bawah ranjang. Ia meraih sehelai kawat dari bawah lantai yang terbuka. Ia kembali ke pintu. Ia memasukkan kawat itu ke lubang kunci kuno yang berkarat itu, mencoba menjebol kuncinya, tetapi ia ingat usahanya sia sia.

Ia kembali menyentuh bingkai kunci emas itu. Bisikan Laksmi: Kunci Emas.

Kirana kini mengambil jepit rambut tebalnya, menekannya ke sisi dalam kunci, berharap ini adalah mekanisme kunci rahasia yang pernah Laksmi gunakan.

Klik!

Kunci ganda itu terbuka. Kirana terkejut. Itu bukan dibuka dengan paksa, tetapi dengan teknik. Laksmi benar benar meninggalkan petunjuk bagaimana meloloskan diri dari kamar ini.

Kirana membuka pintu perlahan. Ia mendengar suara langkah kaki berat di koridor utama, berjalan semakin mendekat ke arah kamarnya.

Ia keluar kamar. Tepat di depannya, di ujung koridor, ia melihat bayangan hitam besar berkelebat.

Kirana berlari ke arah berlawanan, menuju Pendopo. Ia melihat Nyi Laras berbicara dengan tamu tamu itu di dekat pintu depan. Di sudut Pendopo, ia melihat tumpukan batu bata hitam yang ditumpuk rapi mungkin itulah 'batu hitam' yang dimaksud Laksmi.

Kirana berlari ke arah Pendopo, tetapi sebelum ia sampai, ia mendengar Dimas yang tiba tiba kembali.

Suara mobil Dimas berhenti mendadak di halaman depan.

"Ibu! Dimas sudah pulang!" seru Nyi Laras dengan suara tinggi, menyambutnya.

Kirana membeku di antara bayangan tiang. Ia terperangkap di tengah rumah. Di satu sisi, Dimas sedang berjalan masuk. Di sisi lain, Tamu Tak Diundang itu baru saja mencapai koridor kamarnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!