NovelToon NovelToon
Istri Balas Dendam CEO Winter

Istri Balas Dendam CEO Winter

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / CEO / Nikah Kontrak / Balas Dendam
Popularitas:609
Nilai: 5
Nama Author: S. N. Aida

Winter Alzona, CEO termuda dan tercantik Asia Tenggara, berdiri di puncak kejayaannya.
Namun di balik glamor itu, dia menyimpan satu tujuan: menghancurkan pria yang dulu membuatnya hampir kehilangan segalanya—Darren Reigar, pengusaha muda ambisius yang dulu menginjak harga dirinya.

Saat perusahaan Darren terancam bangkrut akibat skandal internal, Winter menawarkan “bantuan”…
Dengan satu syarat: Darren harus menikah dengannya.

Pernikahan dingin itu seharusnya hanya alat balas dendam Winter. Dia ingin menunjukkan bahwa dialah yang sekarang memegang kuasa—bahwa Darren pernah meremehkan orang yang salah.

Tapi ada satu hal yang tidak dia prediksi:

Darren tidak lagi sama.
Pria itu misterius, lebih gelap, lebih menggoda… dan tampak menyimpan rahasia yang membuat Winter justru terjebak dalam permainan berbeda—permainan ketertarikan, obsesi, dan keintiman yang makin hari makin membakar batas mereka.

Apakah ini perang balas dendam…
Atau cinta yang dipaksakan takdir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 — “Istri CEO di Meja Dewan”

​Gedung pusat Alzona Group berdiri angkuh di jantung distrik finansial Jakarta, sebuah monumen kaca dan baja yang melambangkan dominasi Winter di dunia korporat. Pagi itu, atmosfer di lantai paling atas gedung tersebut terasa lebih dingin dari biasanya. Para direktur senior, pria-pria berambut abu-abu yang telah mengabdi sejak zaman mendiang ayah Winter, sudah berkumpul di sekitar meja mahoni raksasa.

​Mereka sudah mendengar desas-desus tentang pernikahan mendadak Winter, dan banyak di antara mereka yang meragukan keputusan tersebut—terutama saat nama belakang yang bersanding dengan Winter adalah 'Reigar'.

​Pintu ruang rapat terbuka. Winter Alzona masuk dengan langkah yang memancarkan otoritas mutlak. Namun, kali ini ia tidak sendirian. Di belakangnya, Darren Reigar berjalan dengan kepercayaan diri yang begitu tenang hingga mampu membungkam bisik-bisik di ruangan itu dalam sekejap.

​"Selamat pagi, Tuan-tuan," suara Winter membelah keheningan. "Terima kasih telah hadir dalam rapat pleno mendadak ini."

​Winter mengambil kursi di kepala meja. Darren, sesuai instruksi, duduk tepat di sebelah kanannya—kursi yang biasanya dibiarkan kosong atau ditempati oleh Adrian sebagai penasihat hukum utama. Adrian sendiri hari ini duduk sedikit menjauh, matanya terus berpindah antara Winter dan Darren dengan ekspresi yang sulit diartikan.

​"Seperti yang Anda ketahui melalui pengumuman resmi perusahaan, saya telah mengonsolidasikan kemitraan strategis dengan Reigar Technologies," lanjut Winter, nada suaranya datar dan profesional. "Dan hari ini, saya ingin memperkenalkan suami saya, Darren Reigar, yang akan mendampingi saya dalam proses transisi ini."

​Salah satu direktur senior, Tuan Hendrawan, berdehem keras. "Nona Winter, dengan segala hormat, kita semua tahu sejarah keluarga Reigar. Membawa dia ke dalam struktur inti kita... bukankah itu berisiko bagi citra Alzona Group yang bersih?"

​Winter sudah menyiapkan jawaban tajam, namun sebelum ia sempat bicara, Darren sudah lebih dulu membuka suara.

​"Tuan Hendrawan, jika saya tidak salah, Anda adalah orang yang sama yang menentang akuisisi lahan di TB Simatupang lima tahun lalu yang ternyata memberikan profit empat ratus persen bagi Alzona," ujar Darren. Suaranya tidak tinggi, namun mengandung otoritas yang tak terbantahkan. Ia menatap Hendrawan tepat di mata. "Kehadiran saya di sini bukan untuk membersihkan nama Reigar melalui Alzona. Sebaliknya, saya membawa seluruh paten teknologi cloud-security terbaru Reigar ke dalam portofolio Alzona—tanpa biaya tambahan bagi perusahaan ini."

​Keheningan menyergap. Para direktur saling lirik. Paten teknologi Reigar adalah sesuatu yang selama ini diincar oleh banyak raksasa global, termasuk Wray Group.

​"Saya bukan lagi pemilik Reigar Technologies," lanjut Darren, melirik Winter dengan tatapan yang sulit dibaca. "Saya hanyalah pendamping CEO Anda. Jika Anda meragukan citra, ingatlah bahwa pasar merespons positif pernikahan ini. Saham Alzona naik tiga koma dua persen sejak berita ini pecah. Pasar tidak peduli pada sejarah; pasar peduli pada kekuatan. Dan kekuatan itu ada di meja ini."

​Winter merasa tangannya mengepal di bawah meja. Darren tidak melakukan apa yang ia instruksikan. Pria itu seharusnya diam dan "terlihat meyakinkan" sebagai aset yang ditaklukkan. Namun, apa yang dilakukan Darren justru menunjukkan bahwa dialah yang memegang kendali atas situasi tersebut. Darren tampil dominan, tenang, dan secara tidak langsung, ia justru memperkuat posisi Winter sebagai CEO dengan cara yang tidak bisa dilakukan Winter sendirian.

​Rapat berlanjut selama dua jam. Setiap kali seorang direktur mencoba menyudutkan Winter dengan pertanyaan teknis yang rumit tentang merger, Darren menjawabnya dengan presisi yang mematikan. Pria itu mengenal data Alzona seolah ia telah mempelajarinya selama bertahun-tahun. Ia mendukung setiap keputusan Winter, namun ia melakukannya dengan cara yang membuat para direktur merasa bahwa mereka sedang mendengarkan seorang raja yang membela ratunya.

​Saat rapat berakhir, para direktur meninggalkan ruangan dengan sikap yang jauh lebih hormat kepada Winter daripada saat mereka masuk. Hendrawan bahkan menyempatkan diri menjabat tangan Darren sebelum pergi.

​Begitu pintu ruang rapat tertutup dan hanya menyisakan mereka berdua—bahkan Adrian sudah keluar lebih dulu—Winter langsung berdiri dan memukul meja dengan tangannya.

​"Apa yang kau lakukan tadi, Darren?!" tanya Winter, matanya menyala marah.

​Darren tetap duduk, ia melonggarkan dasinya sedikit. "Aku melakukan apa yang diminta. Aku meyakinkan mereka."

​"Aku memintamu diam! Kau bertindak seolah-olah kau yang memiliki ruangan ini! Kau membuat mereka berpikir bahwa kesuksesan Alzona ke depannya bergantung pada paten teknologimu!"

​"Bukankah memang begitu kenyataannya, Winter?" Darren berdiri, berjalan perlahan mengitari meja hingga ia berdiri tepat di hadapan Winter. "Tanpa teknologiku, merger ini hanya akan menjadi beban utang bagi Alzona. Aku baru saja menyelamatkan posisimu di mata dewan. Kenapa kau marah?"

​"Karena ini bukan balas dendam yang aku rencanakan!" seru Winter, suaranya bergetar karena frustrasi. "Aku ingin dunia melihatmu jatuh, melihatmu merangkak di bawah bayang-bayangku sebagai penebusan dosa atas apa yang kau lakukan di Tokyo! Tapi sebaliknya... kau justru membuat diriku terlihat seperti CEO yang tidak berdaya tanpa suaminya."

​Darren mencondongkan tubuh, tangan mereka bertumpu pada meja yang sama. Jarak mereka begitu dekat hingga Winter bisa melihat pantulan amarahnya sendiri di mata gelap Darren.

​"Kau membenciku karena aku tidak membiarkanmu gagal," bisik Darren. "Kau begitu terobsesi untuk menghancurkanku sampai kau lupa bahwa jika aku hancur, kau juga akan terluka. Aku tidak akan membiarkan citramu jatuh, Winter. Bahkan jika itu berarti aku harus terlihat lebih berkuasa darimu untuk menjagamu tetap di atas."

​"Aku tidak butuh penjagaanmu," balas Winter, meskipun di dalam hatinya ia tahu bahwa dukungan Darren tadi adalah hal paling stabil yang ia rasakan dalam hitungan tahun.

​"Kau membutuhkannya lebih dari yang kau akui," sahut Darren. Ia mengambil jasnya yang tersampir di kursi. "Ayo pergi. Kita punya janji makan siang dengan perwakilan bank, dan aku yakin kau ingin aku 'meyakinkan' mereka juga, bukan?"

​Winter hanya bisa menatap punggung Darren yang berjalan keluar ruangan. Ia merasa rencananya mulai tergelincir. Balas dendam ini seharusnya terasa seperti kemenangan yang dingin, namun setiap kali Darren membantunya, setiap kali Darren menunjukkan dominasinya yang penuh perlindungan, Winter merasa posisinya sebagai "pemenang" semakin terkikis.

​Ia benci kenyataan bahwa Darren menaikkan citranya. Ia benci kenyataan bahwa dewan direksi kini lebih menghormatinya karena pria yang berada di sisinya. Dan yang paling ia benci adalah perasaan hangat yang menjalar di dadanya saat Darren tadi membelanya di depan Hendrawan—sebuah perasaan yang seharusnya sudah mati sembilan tahun lalu di Tokyo.

​Winter berjalan menuju jendela besar ruang rapat, menatap gedung-gedung Jakarta yang menjulang. Ia menyadari satu hal yang menakutkan: Darren Reigar tidak sedang mencoba menghancurkannya dari luar. Pria itu sedang membangun kembali pondasi hidup Winter, satu per satu, dengan cara yang membuat Winter merasa berhutang budi—dan bagi Winter Alzona, hutang budi adalah rantai yang lebih kuat daripada kontrak mana pun.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!