 
                            Feylindita adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang agen rahasia yang bekerja di bawah pusat keamanan negara. Keahlian menembak dan bela diri yang luar biasa, membuatnya menjadi salah satu agen rahasia yang sangat di andalkan. Tak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya, termasuk keluarga bahkan suaminya sendiri.
Ia menikah dengan Giantara Aditama seorang CEO sebuah Mall ternama melalui perjodohan. Tepatnya Feylin 'Dijual' pada keluarga Aditama oleh sang paman yang merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Namun ia beruntung karena memiliki mertua dan ipar yang baik. Cobaannya hanyalah suami yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya.
Apakah hubungan pernikahan mereka akan membaik?
Apakah keluarganya akan mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Luka Di Dahi
Beberapa orang nampak memperhatikan Fey yang berjalan terburu - buru keluar dari hotel. Namun, Fey tak memperdulikannya.
Ia sendiri tak menyadari jika ada darah yang mengalir dari dahinya. Dengan setengah berlari, ia menuju ke parkiran dan langsung tancap gas mengemudikan mobilnya menuju ke rumah.
"Mudah - mudahan Kak Gian belum pulang." Lirih Fey.
Namun, harapannya ternyata harus kandas begitu saja saat melihat mobil Giantara sudah berada di tempatnya.
"Mampus gue!" Ujar Fey.
Ia pun berlari masuk ke dalam rumah setelah memarkirkan mobilnya. Saat masuk ke dalam rumah, situasi tampak aman. Fey tak melihat keberadaan suaminya. Ia pun segera menuju ke tangga untuk naik ke lantai dua.
"Kenapa pulang terlambat, Fey?" Suara Gian mengejutkannya hingga membuat Fey terjingkat.
Fey memutar tubuhnya dan melihat ke arah Gian yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Ada pekerjaan yang harus aku tangani dulu, Kak." Jawab Fey sedikit terbata karna gugup.
"Dahimu, kenapa?" Tanya Gian.
Tangannya terulur hendak mengusap darah di dahi Fey. Namun, dengan refleks Fey justru memundurkan kepala untuk menghindari tangan Gian. Gian pun tampak sedikit terkejut dengan gerak cepat Fey yang menghindar.
"Ada darah di dahimu. Dahimu kenapa?" Tanya Gian yang tak jadi mengusap darah di dahi Fey.
"Ah, mungkin tergores sudut lemari tadi." Jawab Fey yang kemudian mengusap dahinya. Ia sedikit meringis saat jarinya menyentuh luka di dahinya.
"Sakit?" Tanya Gian.
"Enggak. Gak apa - apa." Jawab Fey.
"Yasudah, cepat mandi dan obati lukamu. Jangan terlalu lama, nanti kita terlambat." Perintah Gian yang di jawab anggukan oleh Fey.
Fey menyusuri anak tangga dengan setengah berlari. Ia segera masuk ke dalam kamarnya dan membersihkan diri. Sementara itu, Gian pun kembali ke kamarnya untuk bersiap.
Fey menyingkirkan rambutnya dan melihat bekas luka yang ada di dahinya. Luka dengan bekas aliran darah yang sudah mengering.
"Ceroboh banget sih kamu, Fey. Untung gak ketauan, bisa mampus kamu kalau ketauan." Fey menggerutui kebodohannya. Ia pun segera mandi, setelahnya barulah mengobati luka di dahinya.
Fey mematut diri di cermin. Riasan wajahnya simpel namun membuatnya tampak begitu cantik. Gaun A-line setinggi betis berwarna navy dengan taburan swarovsky di bagian pinggang sudah membalut tubuh indahnya.
Ia kemudian meraih kotak perhiasan dan mengambil satu set perhiasan yang di berikan oleh Kak Gita, Kakak Iparnya.
Fey membiarkan rambut panjangnya yang sudah ia curly di bagian bawah itu terurai. Ia hanya mengikat sedikit rambut di bagian atas agar nampak rapi dan memakai jepit kecil untuk mempermanis tampilannya.
"Ah! lukaku jangan sampai terlihat." Ujar Fey yang segera merapikan poninya.
Merasa penampilannya sudah pas, ia segera meraih tas kecil dan juga memakai hellsnya. Fey segera turun dengan membawa serta hadiah untuk Oma Sinta.
Mendengar suara hells yang beradu dengan marmer, netra Gian yang semula fokus dengan ponsel di tangannya pun langsung beralih. Ia memandang Fey yang tampak cantik dan anggun. Gian hampir tak berkedip memandang istrinya yang menyusuri anak tangga dengan terburu - buru.
"Pelan - pelan aja, Fey." Ujar Gian yang membuat istrinya langsung melambatkan langkah.
"Ayo berangkat." Ajak Fey.
Fey kemudian melangkah lebih dulu menuju ke luar. Gian segera beranjak dari sofa dengan senyuman tipis yang menghiasi wajahnya.
Gemerlap lampu Ibu Kota, menemani perjalanan mereka malam itu. Seperti biasa, sepanjang perjalanan mereka berdua akan saling diam dan sibuk dengan pikiran masing - masing. Seolah tak memiliki topik yang hangat untuk di obrolkan layaknya sepasang suami istri lain.
Entah apa alasan mereka masih bertahan pada hubungan pernikahan yang dingin dan hambar ini. Apa yang mereka harapkan pada hubungan yang jelas tak ada kebahagiaan di dalamnya. Namun, mereka tetap terlihat santai menjalaninya.
Setelah cukup lama berkendara, mereka akhirnya sampai di Hotel milik Oma Sinta, tempat berlangsungnya acara ulang tahun wanita berusia tujuh puluh tahun itu.
Seperti biasa, Gian akan turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk istrinya. Mereka berdua lalu bergandengan tangan menuju ke Ballroom Hotel.
Kedatangan Gian dan Fey, cukup menarik perhatian. Pria tampan yang menggandeng istri cantik, sebuah pemandangannya yang menyejukkan mata.
Keduanya dengan ramah menyapa satu persatu keluarga yang mereka temui. Andai mereka berdua adalah Aktris, tentu mereka akan mendapat Awards berkat akting memukau keduanya selama dua tahun ini.
Gian kemudian membawa Fey untuk menemui Oma Sinta yang menjadi bintang malam ini. Oma Sinta tersenyum hangat saat melihat ke arah Gian dan Fey yang nampak mesra berjalan bersama.
"Selamat ulang tahun, Oma. Semoga Oma panjang umur, selalu sehat, serta mulia." Ujar Feylin sambil memeluk dan cipika - cipiki dengan Oma Sinta.
"Selamat ulang tahun, Oma. Oma harus selalu sehat dan panjang umur." Kini Gian ganti memeluk hangat wanita tua di hadapannya.
"Terima kasih banyak, cucu Oma. Terima kasih sudah menyempatkan datang di hari bahagia Oma. Oma senang sekali melihat kalian berdua ada di sini." Ujar Oma Sinta dengan senyum kebahagiaan.
"Ini ada sedikit hadiah untuk Oma. Semoga Oma suka dengan hadiahnya." Fey memberikan hadiah di tangannya pada Oma Sinta.
"Terima kasih banyak, silahkan nikmati hidangan dan hiburannya. Sering - seringlah mengunjungi Omamu yang sudah tua ini, ya." Kata Oma Sinta.
Gian dan Fey pun berpamitan pada Oma untuk menikmati acara. Mereka bergantian dengan tamu Oma yang sudah mengantri untuk memberikan selamat pada Oma Sinta.
"Aunty Fey..." Seorang gadis kecil berlari menghampiri Fey dan Gian yang sedang berdiri menikmati acara.
"Hey! Kia..." Fey nampak sumringah menyambut keponakannya.
Kia langsung memeluk erat Fey yang berjongkok menyambut kedatangannya. Kia adalah putri dari Kak Gita, Kakak kandung Gian.
"Apa kabar, Sayang? Aunty rindu sekali, Kia sudah lama gak main ke rumah Aunty." Kata Fey.
"Kata Mommy, Aunty dan Uncle sedang sibuk. Makanya Kia gak bisa ketemu Aunty." Adu Kia dengan bibir cemberut.
"Aunty gak sibuk kok, Sayang." Jawab Fey.
"Cuma Aunty aja yang di peluk? Uncle enggak?" Celetuk Gian.
"Ah, iya. Uncle, Kia juga rindu Uncle. Tapi, Kia lebih rindu Aunty." Jawab Kia.
"Iya deh, yang punya Aunty. Uncle jadi terlupakan." Sahut Gian yang membuat Kia tertawa.
Fey kemudian menggendong gadis berusia tiga tahun yang gembul itu. Ia mengecupi pipi Kia yang sangat menggemaskan.
"Oma dan Opa dimana? Mommy juga dimana?" Tanya Fey.
"Itu disana." Kia menunjuk ke arah Papa Abraham, Mama Mila, Kak Gita dan Kak Rio, Daddy Kia.
"Sini, Kia ikut Uncle. Kasihan Aunty kayaknya keberatan gendong kamu." Ujar Gian sambil mengambil alih tubuh gembul keponakannya.
Kia pun menurut dan tampak nyaman di pelukan Gian. Ketiganya bermain bersama, Fey menggelitik perut Kia yang tertawa sambil menggeliat di gendongan Unclenya.
"Itu dahi Aunty kenapa?" Tanya Kia sambil menyibak poni Fey.
"Gak apa - apa. Cuma kegores sedikit." Jawab Fey.
"Tapi itu terluka." Kata Kia.
"Uncle, cepet tiup luka Aunty! Kia aja kalau terluka, Mommy selalu tiup luka Kia biar cepet sembuh." Kata Kia.
"Eh, gak apa - apa, Sayang. Udah Aunty obati kok." Jawab Fey.
"Gak sakit, Aunty! Iya kan Uncle?" Ujar Kia.
"Iya." Jawab Gian.
"Ayo cepat, Uncle! Tiup dahi Aunty biar cepat sembuh. Kasihan Aunty nanti kesakitan." Pinta Kia yang merengek pada Gian.
Fey pun hanya bisa pasrah melihat Kia yang terus merengek. Ia sudah membujuk Kia agar menghentikan aksinya. Gian sendiri terdiam melihat tingkah keponakannya yang sedang merengek di gendongannya.
jgn d gntung yaa
q pdamu thor 😃
lg seru2ny nic
Gian lucuuu 😃
mkin sru critanya