NovelToon NovelToon
After Returning

After Returning

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Seraphine Grey meminta ibu dari Damien Knox untuk menjodohkan mereka berdua karena ia tahu Damien tidak bisa menolak permintaan ibunya. Dari dulu Sera sudah mencintai Damien, namun bahkan hingga tiga tahun pernikahan mereka perasaannya tidak terbalas sedikitpun.

Damien hanya mencintai satu wanita. Saat wanita itu kembali, Damien dengan tega membawanya ke dalam rumah pernikahan mereka. Sera meninggal tragis saat mencoba menjauhkan wanita itu dari Damien.

Tuhan memberinya kesempatan kedua. Sera kembali ke malam pertama pernikahan mereka. Rasa sakit yang Sera dapatkan selama menikah dengan Damien membuat Sera tidak lagi mengemis cintanya. Sera ingin secepatnya pergi namun fakta baru yang didapatkan tentang benang kusut antara Sera, Damien, dan mantan kekasih Damien yang tak pernah terurai membuatnya ragu. Apakah Sera akan tetap pergi atau mengurai misteri yang ada bersama Damien?



Cerita ini murni ide penulis, kesamaan nama tokoh dan tempat hanyalah karangan belaka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Sera melepas sepatunya tergesa, pundak jatuh karena letih. Hari terasa panjang dan padat, membuat langkah pulangnya pun berat. Namun suara TV yang pelan dari ruang tamu membuatnya berhenti sejenak. Di sana, Damien sedang duduk, menunggunya dengan tatapan tajam.

“Kenapa baru pulang?” Damien berdiri, menghampiri Sera dengan langkah panjangnya. Dalam sekejap, pria itu sudah berdiri menjulang di depan Sera, tangannya terangkat untuk menutup pintu yang belum sempat Sera tutup.

Dalam jarak sedekat itu, aroma cologne maskulin Damien menguar—menggoda indera penciumannya untuk menghirup lebih dekat, tetapi Sera menahan diri. Ia tidak boleh menyentuh Damien. Tidak. Jika ia masih sayang nyawa.

“Aku lupa memberitahumu, mulai tadi aku akan mengurus dan mengelola semua restoran peninggalan papaku.” Kata Sera, melangkah dua jengkal ke samping. Ia menghindar supaya tidak bersentuhan dengan Damien, untuk menyelamatkan hatinya dan juga hidupnya.

“Bagus. Akhirnya kamu berhenti bermain-main.” Damien menyimpan kedua tangannya di saku celana, kemudian naik ke lantai dua tanpa berkata apa-apa lagi.

“Damie… Damie, tunggu!” Teriak Sera.

Damien yang hendak naik tangga menahan langkahnya, tidak menoleh tetapi menunggu Sera datang.

“Apa kamu tahu dimana Aurel sekarang?” Tanya Sera setelah sampai di dekat Damien.

“Kalaupun aku tahu, itu bukan urusanmu.” Jawab Damien datar, merasa kalau pertanyaan Sera tidak penting, Damien melanjutkan langkahnya naik ke lantai dua.

“Tapi dia ada di London sekarang,” Sera tidak ingin Damien di kemudian hari dimanfaatkan oleh Aurel, memutuskan untuk memberitahunya sekarang.

“Kamu tahu darimana?” Damien kembali turun, ada binar di matanya saat bertanya tentang mantan kekasihnya itu.

“Sahabatku melihatnya di rumah sakit, dia sedang hamil. Apa kamu benar-benar tidak menghamilinya atau sedang lari dari tanggung jawab?”

“Jangan bicara sembarangan, Seraphine. Jangan pernah menjelek-jelekkan Aurel, dia perempuan baik-baik.” Kata Damien tajam, memperingatkan.

“Aku serius–”

“Kamu melihatnya sendiri? Bisa saja ini cuma akal-akalan kamu sama sahabatmu. Kalau kamu pikir dengan cara ini aku akan membalas perasaanmu, kamu salah besar.”

Damien menarik napas kasar, menahan kata-kata yang ingin meledak. Tanpa menunggu Sera kembali bicara, ia berbalik tajam dan berjalan menuju lantai dua.

“Astaga, Damien!” Sera mengacak rambutnya kasar, lalu menyusul Damien yang sudah tidak terlihat lagi.

“Damie, aku ngomongin ini bukan karena aku ingin kamu membalas perasaanku,” Sera refleks menahan tangan Damien yang hampir membuka pintu kamar. Netra biru Damien menatap tajam ke tangan Sera yang begitu berani memegangnya.

“Lalu apa tujuanmu?” Damien menarik tangannya dengan cepat dan tanpa ragu memegang tangan Sera, lalu mendorongnya ke dinding yang paling dekat dengan ambang pintu. Sera terkejut, nafasnya tertahan. Ia mendongak menatap mata Damien yang menyorotnya tajam.

“A–aku hanya peduli,” cicit Sera, berusaha untuk pergi, namun Damien menahannya dengan kuat.

“Cih! Aku tidak salah dengar kan? Kamu peduli? Sejak kapan orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri bisa peduli?” Damien terkekeh sinis seraya menurunkan kepala, hidung mancungnya bersentuhan dengan hidung Sera yang membuatnya Sera seketika panas dingin.

“Aku benar-benar peduli, Damie. Ya, aku akui memang aku egois memaksa pernikahan ini. Tapi, apa yang aku–”

“Baiklah. Aku akan periksa kebenaran informasimu, kalau apa yang kamu katakan tidak benar. Maka…” Damien menelusuri rahang bawah Sera dengan jemarinya. “Kamu akan tahu konsekuensi membohongiku.” Damien menjauhkan tangannya, lalu masuk ke dalam kamar.

Sera berdiri dengan punggung kaku, hampir tak bergerak. Bahkan mengangguk pun terasa berat. Detik-detik berlalu dengan lambat, sementara pikirannya dipenuhi kekhawatiran akan apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Apa dia akan membunuhku?” Sera kembali cemas setiap kali memikirkan kematiannya. Ia melirik ke samping, pintu kamar terbuka lebar. Ia tidak yakin bisa masuk ke dalamnya. Tidak berani beradu tatap lagi dengan Damien.

Setelah menimbang beberapa hal dengan cukup lama, Sera akhirnya masuk. Ia menutup pintu dengan hati-hati, lalu berbalik dan—

"AA–Damien?" Sera terlonjak kaget mendapati Damien sudah ada di depannya. Sejak kapan? mata Sera turun ke dada, dan perut Damien yang tidak tertutup karena kancing kemejanya belum terpasang seluruhnya.

"Minggir!" kata Damien datar.

"Kamu mau kemana?"

"Bukan urusanmu."

Ya, bukan urusan Sera. Damien pergi begitu saja tanpa menjelaskan kemana dia akan pergi.

"Baguslah. Dia pergi, jadi aku bisa tidur sepuasnya disini tanpa takut dia tiba-tiba membunuhku karena kesalahan kecil." Sera bersiul kecil untuk merayakan rasa senangnya, namun jauh di lubuk hatinya sedikit kecewa karena Damien masih bersikap acuh dan dingin padanya.

Sera mengangkat bahunya, tidak mau terlalu memikirkannya. Ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaiannya dengan piyama tidur bergambar panda.

Drrrtt... drrrtt... drrrtt

Ponselnya di atas nakas tidak berhenti bergetar, yang menandakan ada telepon masuk. Sera yang sudah berbaring, mengambil ponselnya dengan wajah setengah mengantuk.

Mama Adelina menelponnya malam-malam begini? Pasti ada hal penting.

“Hallo ma…” sapa Sera riang.

“Sayang… kok kamu nggak ikut sama Damien?”

“Maksud mama?” Sera bangun dari tempat tidur, menyalakan lampu kamar yang tadi sudah dimatikan.

“Iya, sekarang Damien ada dirumah. Kok kamu nggak ikut? Dia nggak ngajak kamu ya?”

Sera tidak langsung menjawab, ia berpikir sebentar. Tunggu… belum sampai tiga puluh menit sejak Damien pergi. Berarti nggak mungkin Damien ada di rumah mama Adelin sekarang.

“Mama udah ngomong sama dia?” Tanya Sera menggigit bibir bawahnya, tangannya mengetuk meja nakas cemas.

“Belum. Mama tadi abis dari perpustakaan, terus pas lewat ruang mama lihat Damien lagi duduk sendirian. Mama pikir kamu datang sama dia, jadi mama langsung ke kamar kamu. Tapi ternyata kamar kamu kosong, jadi kamu beneran nggak ikut ya?”

“Mama, mungkin itu bukan Damien. Mama masuk ke kamar sekarang, jangan keluar lagi. Kunci pintunya. Aku akan segera menghubungi Damien.” Suara Sera panik, siapa yang datang ke rumah mama Adelin?

“Sera, maksud kamu yang ada di rumah ini sama mama bukan Damien?”

“Ma, Damien baru aja pergi. Dia nggak mungkin tiba disana secepat itu. Mama jangan panik, ya. Aku telepon Damien.” Sera berusaha menenangkan Adelina agar tidak panik, tapi tangannya bergerak tanpa arah, mencoba terlihat sibuk. Ia terus berbicara, bukan hanya untuk menenangkan Adelina saja, tapi juga untuk menahan kepanikan yang mendesak keluar dari dadanya.

“Baik. Mama udah di kamar, pintunya udah mama kunci.”

“Oke, aku tutup dulu teleponnya. Nanti setelah menelpon Damien, aku telpon mama lagi.” Kata Sera berusaha menahan agar suaranya tidak bergetar.

Sera mengakhiri panggilannya, lalu mencari nomor Damien.

Berkali-kali Sera menelpon, tapi tidak diangkat oleh pria itu.

“Angkat, Demie.” Gumam Sera cemas. Ia menekan lagi ikon panggilan, tersambung, tetapi lagi-lagi tidak diangkat.

Tidak bisa hanya menunggu Damien mengangkat teleponnya, Sera memutuskan untuk mendatangi rumah Adelina. Ia simpan ponsel ke dalam saku piyama, lalu mengambil kunci mobil dari dalam laci. Ia bergegas turun ke garasi, mengendarai salah satu mobil yang ada disana menuju rumah Adelina.

...✯✯✯...

...Like, komen dan vote 💗...

1
Kevin
🥰🥰🥰
Dew666
🍭🔥
Ayano Rosie (Rosneneng juanda)
kok sera malah selalu masuk jebakan Batman? apa gunanyabdia kembali ke masa lalu KLO tetap aja ga bisa berpikir secara taktis? 🤭🤭
olyv
lanjut 💪💪
Dew666
🍡🔥
Dew666
🍡🍭
Nda
seharusnya Damien,dengerin penjelasan Sera dlu..
kyanya Sera dijebak..😩
Dew666
💐🍡🍭
Dew666
👑👑👑👑
olyv
waduhh jangan bilang sera di jebak oleh aurel dan komplotannya
Dew666
❤️‍🩹👩‍❤️‍👩💎
Dew666
👄❤️‍🩹
sarinah najwa
serasa mundur lagi ceritanya
Dew666
👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩
Nda
luar biasa
Dew666
❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹
Nda
di tunggu kelanjutannya thor🤭..
Dew666
👄💎
sarinah najwa
up yg banyak thor mkin penasaran nih🙏❤️
Ara putri
Hay kak, semangat nulisnya.
jangan lupa mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!