Dihamili Oleh Crazy Rich

Di apartemen Hansel pagi ini, Kaila bangun dengan terkejut karena melihat ada sebuah gaun pengantin putih yang digantung menggunakan manekin.

Dia lalu berfikir, apakah ini adalah gaun pengantinnya nanti? Dia menoleh ke arah box bayi dan sudah kosong. Seperti biasa setiap pagi sekali Gavin sudah diambil oleh pengasuh.

Kaila lalu turun dari tempat tidurnya dan mendekati gaun pengantin itu. Menyentuhnya lalu mengitarinya. Suasana hatinya pagi ini terasa bahagia membayangkan akan menjadi seorang pengantin.

Puas meneliti gaun pengantinnya, dia pun memutuskan untuk mandi. Ingin segera mencoba gaun itu, pikirnya. Setelah selesai mandi dan sudah mengenakan pakaian rumahan, dia pun segera keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membungkus kepalanya. Saat keluar dari kamar mandi, dia terkejut ketika melihat asisten rumah tangganya sedang berada di dalam sana sambil tersenyum dan membungkuk kepadanya.

“Maaf mengganggu, Nona, ini adalah gaun pengantin yang Tuan Muda pesan untuk Anda kenakan di hari pernikahan nanti,” ucap sang asisten sambil mengarahkan tangannya menunjuk gaun tersebut dengan sopan.

Kaila mengangguk. “Terima kasih,” ucapnya.

“Saya juga kesini untuk menyampaikan pesan dari Tuan Muda. Bahwa tadi malam, beliau telah berangkat ke Jerman karena ada satu dan lain hal.”

“Ke Jerman?” Kaila mengerut kan alisnya.

“Jerman kan jauh. Kapan Tuan akan kembali?”

“Besok pagi, Tuan Muda memastikan akan tiba di tempat acara pernikahan, Nona,” jawab art itu.

Melihat Kaila hanya diam saja seperti merenung, asisten rumah tangga itu melanjutkan lagi ucapan yang harus dia sampaikan.

“Sebaiknya Nona segera mengepas gaun ini. jika nanti ukurannya kebesaran atau kekecilan bisa segera saya perbaiki.”

Kaila menoleh ke arah gaun pengantinnya, namun masih terdiam saja.

“Baiklah kalau begitu saya akan menunggu di ruang makan untuk menyiapkan sarapan Anda, Nona,” ujar art membungkukkan badan lalu segera undur diri.

Kaila masih terdiam, dia sedang merasa takut kalau Hansel tidak jadi menikahinya.

“Kenapa dia pergi. Apa aku hanya permainan?” gumam Kaila. Dia teringat saat dahulu Hansel memutuskan hubungan mereka begitu saja saat kepergok berciuman dengan Mika.

“Apa mungkin dia menikahiku hanya untuk bertanggung jawab pada Gavin saja?” Mata Kaila mulai berkaca–kaca.

Beberapa hari ini, mendapatkan perhatian lembut dari Hansel membuat rasa cintanya yang dulu sempat pudar kembali merona. Tapi sekarang, dia mulai merasa dipermainkan.

Saat ini, dia sudah tidak sesemangat tadi pagi dalam menatap gaun pernikahannya. Perutnya terasa lapar karena pagi ini belum sarapan. Tanpa mengepas gaunnya, dia lalu menuju dapur untuk sarapan seorang diri.

Kaila makan sendirian ditemani oleh asisten rumah tangga tadi yang berdiri menunggunya.

“Nona.. apa kah gaunnya pas?” tanya asisten kepada Kaila saat melihat Kaila sudah selesai makan dan mengelap mulutnya dengan kain khusus untuk lap mulut.

“Maaf, saya belum mengepas karena lapar,” kata Kaila sambil tertawa kecil.

“Baiklah, Nona, nanti beri tahu saya jika ada yang kurang pada gaun Anda.”

“Baiklah.” Kaila lalu bangkit berdiri, menuju kamarnya kembali untuk mengepas gaun itu, walaupun dengan tidak semangat karena memikirkan kepergian Hansel.

Saat masuk ke dalam kamar, ternyata ada Gavin dan pengasuhnya di dalam kamar itu. Pengasuh menyapa Kaila dengan tersenyum ramah.

“Bibi.. bisa bantu saya mengepas gaun ini?” pinta Kaila pada pengasuh sambil memegang gaun pengantinnya.

“Baiklah nona.” Pengasuh lalu meletakkan Gavin ke dalam box bayi.

Kemudian segera membantu Kaila mengenakan gaun pengantinnya yang ternyata sangat pas di tubuh mungilnya. Hansel sangat tahu bagaimana ukuran tubuh gadisnya ini.

“Anda sangat cantik, Nona,” ucap pengasuh melihat pantulan Kaila di cermin yang tingginya seukuran orang dewasa. Saat ini, mereka berada di ruangan khusus lemari pakaian.

Kaila tersenyum, tidak dapat dipungkiri bahwa dia juga sangat terpana melihat gaun pengantinnya yang sangat indah dan berkilau karena dihiasi dengan butiran permata. Padahal itu aslinya adalah berlian, hanya saja Kaila tidak tahu.

Gaunnya panjang menjuntai ke lantai. Bagian atasnya terbuka sampai ke dada, namun tertutup dengan kain transparant sampai ke lehernya dan juga menutup sampai ke pergelangan tangannya. Di ujung lengannya, dihiasi dengan butiran berlian yang disangka Kaila adalah permata biasa.

Bagian bodynya sangat pas mengikuti lekuk tubuh Kaila. Secara keseluruhan, Kaila benar–benar cantik dan membuat mata terpana.

Setelah merasa sudah sesuai, Kaila pun melepas gaun itu dengan dibantu oleh pengasuh. Lalu menaruh kembali ke tempatnya semula.

“Bibi... apa Bibi tahu kalau Tuan Hansel pergi ke Jerman?” tanya Kaila, saat pengasuh kembali menggendong Gavin.

“Benar, Nona. Semalam, Tuan Muda berangkat bersama Tuan Dika,” jawab pengasuh.

“Apa Bibi mengenal Livia?” Sedari tadi, Kaila memang kepikiran bahwa mungkin kepergian Hansel karena untuk menemui Livia. Apakah mereka masih sebagai kekasih, dia jadi bertanya-tanya.

“Saya mengenal Nona Livia,” jawab pengasuh sambil tersenyum. Sebagai seorang pengasuh yang sudah bekerja sejak Sofia masih kecil hingga sekarang, tentu saja pengasuh ini mengenal siapa Livia yang bahkan telah dijodohkan dengan Hansel sejak mereka sama-sama kuliah di Jerman.

Mendengar jawaban dari pengasuh itu, Kaila langsung menelan ludahnya. Merasa gugup apakah semua ini seperti dugaannya. Dia lalu memandang ke arah Gavin.

“Apakah pernikahan ini, hanya karena tanggung jawab kepada Gavin, Bibi?” Kaila ingin tahu melalui sang pengasuh.

“Saya mengenal Tuan Muda sejak beliau berusia sepuluh tahun. Tuan Muda adalah sosok yang memiliki ambisi kuat dan juga bertanggung jawab dengan apa yang telah dia tetapkan. Jadi, menurut saya jika Tuan Muda sudah memutuskan untuk menikahi Anda, itu artinya Tuan Muda memiliki tujuan dan tidak akan dirubah,” jawab pengasuh dengan penuh keyakinan. Hansel merupakan lelaki yang berprinsip, dan tidak suka bermain wanita. Namun, tidak ada yang tahu apa sebenarnya yang dia lakukan di negara yang jauh tersebut.

“Lalu... apakah Livia adalah kekasih Tuan Hansel?” tanya Kaila lagi.

“Ya. Mereka sudah dijodohkan sejak masih kuliah di luar negeri. Tetapi sepertinya, semakin lama hubungan mereka merenggang,” jawab pengasuh.

Kaila jadi merasa tidak enak hati. Apakah karena dia yang menyebabkan hubungan mereka merenggang? Ah, Kaila merasa sudah terlalu banyak berpikir.

Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Berusaha percaya pada Hansel dan yakin bahwa lelaki akan benar–benar menikahi dirinya besok hari, sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Hansel sendiri.

Kaila lalu melihat Gavin yang sudah mengantuk digendongan pengasuhnya, lalu dia memutuskan untuk keluar dari kamar, sepertinya mencari suasana baru akan membuat suasanya hatinya sedikit ringan. Duduk di sofa dan menyalakan televisi, Kaila ingin menenangkan pikiran negatifnya tentang kepergian Hansel. Meskipun tetap saja, seorang wanita butuh kepastian. Waktu penerbangan dari Jakarta ke Jerman sangatlah memakan waktu yang lama. Dan Hansel malah pergi di saat pernikahan mereka akan terjadi dalam kurun waktu dua hari. Jadi, apakah benar Kaila akan dinikahi atau tidak?