Dikhianati kekasih demi uang dan diinjak-injak hingga sekarat oleh Tuan Muda sombong, Ye Chen bangkit dari titik terendahnya setelah mengaktifkan "Sistem Kekayaan Mutlak & Kultivasi Ganda". Dengan saldo tak terbatas dan kekuatan yang meningkat setiap kali menaklukkan wanita... mulai dari dosen yang dingin, polisi galak, hingga ibu tiri musuhnya... Ye Chen bersumpah untuk membalas setiap penghinaan dengan dominasi total, menjadikan kota metropolitan Jianghai sebagai taman bermain pribadinya di mana uang adalah hukum dan wanita adalah sumber kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Jejak Darah Bagian 2
Tang Bing menahan napas. Wajah di balik tudung itu mengerikan. Kulitnya keriput dan berwarna abu-abu seperti mayat hidup. Matanya merah menyala dalam gelap. Giginya runcing dan kuning.
Ini adalah Tetua Mo, salah satu tetua Sekte Tinju Besi yang melarikan diri setelah Ye Chen menghancurkan keluarga Zhang.
"I-itu manusia atau zombie?!" tangan Tang Bing gemetar memegang pistol.
"Itu target kita," kata Ye Chen tenang. Dia berdiri, menepuk debu di celananya. "Tetua Mo dari Sekte Tinju Besi, kan? Kudengar kau sedang sakit apakah kau butuh obat batuk?"
Tetua Mo terkejut. "Kau tahu namaku? Kau bukan polisi biasa. Aura di tubuhmu..."
Tetua Mo mengendus udara. Matanya melebar karena rakus.
"Darah Naga?! Astaga! Surga memberkatiku! Darahmu... baunya seribu kali lebih lezat dari sampah-sampah preman itu! Jika aku meminum darahmu, aku tidak hanya bisa sembuh, aku bisa jadi abadi!"
"Tangkap dia!" teriak Tetua Mo.
Dari balik tumpukan kardus di lantai dasar, bermunculan puluhan orang. Mereka bukan manusia biasa. Mereka adalah "Mayat Hidup" (Jiangshi level rendah) – mayat korban sebelumnya yang dikendalikan oleh mantra.
Gerakan mereka kaku, tatapan mata mereka kosong, dan kuku mereka hitam dan panjang.
"Grraaaahhh..."
"Z-Zombie?!" Tang Bing panik. "Ini gila! Ini pasti mimpi!"
Para mayat hidup itu berlari menyerbu ke arah mereka.
DOR! DOR! DOR!
Tang Bing mulai menembak. Pelurunya tepat mengenai kepala dan dada mayat-mayat itu.
Splat! Splat!
Tapi mereka tidak jatuh! Meski kepala mereka berlubang, mereka terus saja maju.
"Tidak mempan! Tembakanku tidak mempan!" Tang Bing mundur ketakutan hingga punggungnya menabrak dada Ye Chen.
"Sudah kubilang kan?" bisik Ye Chen di telinga Tang Bing. "Pelurumu tidak berguna disini."
"Lalu kita harus apa?! Lari?!"
"Lari? Tidak ada kata lari dalam kamusku," Ye Chen menyeringai.
Ye Chen maju selangkah, melindungi Tang Bing di belakangnya.
"Feng Jiu, jaga wanita ini. Jangan sampai dia lecet sedikitpun. Kalau dia lecet, jatah 'makan'mu kupotong," perintah Ye Chen.
"Siap Tuan!" Feng Jiu muncul (masih tak terlihat oleh Tang Bing) dan membuat dinding angin di sekitar Tang Bing.
Ye Chen menatap gerombolan mayat hidup itu. Dia merenggangkan lehernya.
Kretek.
"Baiklah. Pemanasan sedikit."
Salah satu mayat hidup melompat menerjang Ye Chen, kukunya mengarah ke leher.
Ye Chen tidak menghindar. Dia melayangkan tinju kanannya lurus ke depan. Tanpa gaya.
Tapi tinju itu dilapisi cahaya keemasan.
BOOM!
Saat tinju Ye Chen mengenai dada mayat itu, terdengar suara ledakan seperti meriam.
Tubuh mayat itu hancur berkeping-keping! Daging busuk dan tulang berhamburan kemana-mana.
"Satu," hitung Ye Chen.
Tang Bing melongo. Rahangnya jatuh ke lantai. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri... Ye Chen meninju "zombie" itu sampai meledak! Kekuatan macam apa itu?!
"Maju kalian semua!" tantang Ye Chen.
Gerombolan mayat itu menyerbu serentak.
Ye Chen bergerak seperti kilat.
Tendangan berputar! Bugh! Tiga mayat terpental menabrak dinding kontainer hingga penyok.
Sikutan! Krak! Kepala mayat putus.
Itu bukan pertarungan. Itu pembantaian sepihak.
Di atas catwalk, Tetua Mo melihatnya dengan ketakutan. "Seorang Kultivator Pembentukan Pondasi?! Tidak mungkin! Dia masih muda sekali!"
Tetua Mo sadar dia tidak akan menang adu kekuatan secara fisik seperti ini. Dia harus main licik.
Dia merogoh saku jubahnya, mengeluarkan sebuah bola kristal berisi asap merah muda.
"Rasakan ini! Racun Asmara Yin-Yang!"
Tetua Mo melempar bola itu ke arah Tang Bing yang sedang bengong di belakang.
PRANG!
Bola kristal itu pecah tepat di kaki Tang Bing. Asap merah muda langsung menyebar, menyelimuti Tang Bing.
"Uhuk! Uhuk!" Tang Bing terbatuk. Dia menghirup asap itu. Baunya manis seperti bunga persik busuk.
"Celaka!" teriak Ye Chen. Dia tahu racun itu. Itu bukan racun mematikan, tapi racun perangsang tingkat tinggi yang biasa dipakai sekte sesat untuk memperkosa dan menyerap energi korban.
"Hahaha! Nikmatilah!" tawa Tetua Mo. "Wanita itu akan mati kepanasan kalau tidak disetubuhi dalam 10 menit!"
Tetua Mo melompat kabur lewat jendela atap.
Ye Chen ingin mengejarnya, tapi dia mendengar suara ambruk di belakangnya.
Bruk.
Tang Bing jatuh berlutut. Wajahnya merah padam. Napasnya memburu cepat. Matanya yang tadi tajam kini sayu dan berair. Tangannya meremas seragamnya sendiri, seolah kepanasan.
"Ye... Ye Chen... Panas..." rintih Tang Bing. Suaranya serak dan mendesah. "Tolong... badanku rasanya seperti terbakar..."
Ye Chen bergegas menghampiri. Dia memegang dahi Tang Bing. Panas sekali!
[Peringatan Sistem!]
[Target: Tang Bing terkena 'Aphrodisiac Poison' Level 5.]
[Efek: Meningkatkan libido hingga 1000%. Jika tidak disalurkan, pembuluh darahnya akan pecah.]
[Solusi: Dual Cultivation (Hubungan Badan) segera.]
Ye Chen mengumpat. "Tua bangka sialan itu!"
Ye Chen menggendong Tang Bing ala bridal style. Tubuh polisi wanita itu menggeliat liar di pelukannya, tangannya meraba-raba dada Ye Chen dengan agresif.
"Panas... Ye Chen... buka bajuku... cepaat..." racau Tang Bing, akal sehatnya sudah mulai hilang.
Ye Chen melihat sekeliling. Gudang ini terlalu terbuka. Bau mayat dimana-mana. Tidak romantis sama sekali.
Dia melihat sebuah kontainer kantor yang bersih di sudut gudang.
"Feng Jiu! Bersihkan mayat-mayat sisa ini! Aku harus... 'mengobati' polisi ini dulu!"
"Baik Tuan... Ish, enak sekali dia," gerutu Feng Jiu cemburu, tapi tetap patuh membantai sisa mayat hidup dengan rambut panjangnya.
Ye Chen menendang pintu kontainer kantor itu hingga terbuka.
BRAK!
Dia membawa Tang Bing masuk, lalu menendang pintu hingga tertutup rapat.
Di dalam ruangan sempit dan remang-remang itu, napas Tang Bing terdengar makin berat. Dia mulai merobek kancing seragam polisinya sendiri hingga kancing-kancing itu berhamburan ke lantai.
"Ye Chen... aku butuh kamu... sekarang..."
Mata Ye Chen menggelap.
Harimau Betina yang galak ini... sekarang meminta untuk dijinakkan.
"Baiklah, Inspektur," bisik Ye Chen, meletakkan Tang Bing di atas meja kerja yang berdebu. "Kau yang minta hal ini."
Ye Chen terlalu dominan dalam kekayaan ekonomi, kekuatan super, dan bahkan kekuasaan politik. Jika Ye Chen masih dominan di bab-bab selanjutnya, ini akan mematikan konflik bagus dan kemunculan antagonis yang bagus pula.
Apalagi saat ini plot masih menekankan dominasi Ye Chen dalam hal seksualitas dan kekayaan.