Mengisahkan Roberto, mantan seorang agen rahasia dengan kemampuan pencuri ulung, bergerak dengan diam-diam di dalam rumah besar yang megah dan terbengkalai untuk mencari beberapa barang berharga. Dengan mata yang tajam dan refleks yang cepat, ia dapat menghindari setiap perangkap dan jebakan dengan sangat mudah. Senjata andalannya, sebuah pisau lipat yang tajam, tersembunyi di dalam sakunya, siap digunakan kapan saja. Namun, misi kali ini tidak seperti biasanya. Ketika ia memasuki sebuah ruangan yang gelap, ia menemukan seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang diikat dengan rantai di kakinya, mata yang besar dan takut memandang ke arahnya.
Apa yang akan dilakukan Roberto? Apakah ia akan menjalankan misi nya atau membantu anak itu? Dalam dunia yang penuh dengan bahaya dan ketidakpastian, Roberto harus membuat keputusan yang tepat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Noval, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Awal dari pertempuran.
Roberto dan Silvia berpisah setelah percakapan yang intens di kamar Silvia. Keduanya kembali ke kamar mereka masing-masing untuk mempersiapkan diri untuk misi besok. Roberto tidak bisa menghilangkan perasaan gugup dan bingung tentang perasaannya sendiri terhadap Silvia.
Roberto berhenti sejenak didepan kamarnya, mencoba untuk menenangkan diri. "Apa yang harus kulakukan? Aku tidak pernah merasa berdebar seperti ini..." Roberto menyentuh jantung nya dan merasakan bahwa detak jantung nya berdetak sangat cepat, seperti ada sesuatu yang tidak beres. Ia mencoba untuk mengambil nafas dalam-dalam, tapi pikirannya terus-menerus kembali ke Silvia.
Sementara itu, Silvia juga merasakan hal yang sama, namun Ia merasa lebih tenang dan percaya diri setelah mengungkapkan perasaannya kepada Roberto. Ia berharap bahwa Roberto akan memiliki perasaan yang sama, tapi ia juga siap untuk menerima apa pun hasilnya.
Keesokan harinya, Roberto dan Silvia bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan diri. Mereka berdua bertemu di ruang rapat untuk membahas rencana terakhir sebelum berangkat.
Ketika Silvia sedang menuju ruangan, ia melihat Roberto yang sedang berdiri didepan pintu dan kemudian Silvia menghampiri Roberto. "Roberto, apa yang kamu lakukan disini? kenapa ga masuk?" Silvia bertanya dengan suara yang lembut.
Roberto terkejut ketika Silvia memanggil "Eh Silvia.... Aku hanya sedang memikirkan sesuatu, hahaha." Roberto menjawab dengan suara yang tegas.
Silvia tersenyum lembut dan memandang Roberto dengan mata yang penuh rasa percaya. "kamu mikirin apa? Apakah itu tentang yang kemarin?." Silvia memandang Roberto dengan mata yang penasaran.
Roberto sedikit memalingkan wajahnya, mencoba menahan rasa malu dan gugup nya "Aku... Aku hanya memikirkan sesuatu yang tidak penting kok..." Roberto berusaha untuk menutupi sikap nya itu.
Silvia tersenyum "Oh baiklah... Kalau begitu ayo kita masuk" Silvia langsung masuk kedalam ruangan, diikuti oleh Roberto.
Di dalam ruangan, mereka berdua bertemu dengan tim lainnya yang sudah siap untuk melakukan misi penyerbuan dan penyelamatan.
Sebelum penyerangan dilakukan Silvia memberikan sedikit pengarahan mengenai misi mereka "Baiklah, seperti yang sudah kita bahas kemarin, kita akan membentuk 4 tim dengan 4 tempat yang berbeda." Silvia memandang sekeliling melihat seluruh anggota tim nya.
"Tim pertama, Tim Alpha, akan dipimpin oleh Night Blaze (Lucy) dan akan menyerang lokasi utama mereka di gedung pusat energi mereka, dengan anggota tim Night Eye (Julian) dan Night Blade (Sonia)."
"Tim kedua, Tim Bravo, akan dipimpin oleh Night Shadow (Ethan) dan akan menyerang lokasi utama mereka di laboratorium penelitian, anggota tim ini adalah Night Stalker (Amelia), Night Byte (Lucas), dan Night Call (Maya)."
"Tim ketiga, Tim Charlie, akan dipimpin oleh Night Mind (Rachel) dan akan menyerang lokasi utama mereka di gudang senjata dengan anggota tim seperti Night Care (Sofia) dan Night Guardian (Alex)."
"Tim keempat, Tim Delta, akan dipimpin olehku dan Night Thief (Roberto) yang akan menyerang markas besar mereka"
Setelah Silvia menjelaskan kembali mengenai misi mereka, Silvia mengambil nafas dalam-dalam dan berkata "Baiklah, mari kita mulai," dengan suara yang tegas dan percaya diri. "Kita akan berangkat dalam 10 menit. Pastikan semua peralatan dan senjata sudah siap." Seketika anggota tim Night lainnya mengangguk dan mulai mempersiapkan diri, mereka langsung memakai Topeng Night dan mengambil senjata mereka.
Roberto memandang Silvia dengan serius, masih merasakan perasaan gugup dan bingung tentang perasaannya sendiri terhadap Silvia. Ia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa Silvia lebih dari sekedar rekan tim baginya. Ia mencoba untuk fokus pada misi, tapi pikirannya terus-menerus kembali ke Silvia.
Roberto menepuk pipinya, mencoba untuk tenang "Baiklah Roberto, ayo fokus dan lakukan yang terbaik untuk misi ini" bisik nya dalam hati.
Setelah melakukan persiapan, tim Night langsung pergi menuju lokasi yang ditentukan dengan bantuan koordinat yang dikirim oleh Silvia, tim Night akhirnya tiba di depan lokasi. Mereka semua siap untuk melakukan penyerangan dan penyelamatan Carla.
Night Blaze (Lucy) memandang ke arah gedung pusat energi dengan mata yang tajam, siap untuk menyerang dan menghancurkan fasilitas tersebut. "Baiklah teman-teman ayo kita tunjukkan kekuatan kita yang sebenarnya" serunya dengan suara yang tegas.
Sementara itu, Night Shadow (Ethan) memantau laboratorium penelitian dengan mata yang waspada, siap untuk mengumpulkan informasi dan menghancurkan peralatan yang ada di sana. "Hmm, disini sangat tenang... Sepertinya akan ada sesuatu yang menarik disini." katanya dengan suara yang dingin.
Night Mind (Rachel) memandang ke arah gudang senjata dengan mata yang cerdas, siap untuk mengumpulkan senjata dan peralatan yang dibutuhkan oleh tim Night. "Ketua, kamu sudah sampai digedung senjata mereka, kamu siap untuk menghancurkan nya." katanya dengan suara yang percaya diri.
Silvia dan Night Thief (Roberto) memandang ke arah markas besar musuh dengan mata yang tajam, siap untuk menyerang dan menghancurkan pusat komando musuh" baiklah Roberto apakah kau siap?" Silvia memandang kearah Roberto dan bertanya dengan nada yang tenang.
"Tentu saja aku siap!" Roberto mengepalkan tangannya dan mengambil senjata dari sakunya. Silvia tersenyum dan kembali fokus, ia langsung mengambil alih komando.
"Baiklah semuanya, sesuai aba-aba ku." Silvia mengambil nafas dalam-dalam dan berseru dengan suara yang lantang "semuanya, serang!" Seketika seluruh anggota langsung menyerbu Lokasi yang sudah ditentukan itu.
Suara tembakan dan ledakan mulai terdengar, menandakan bahwa pertempuran telah dimulai. Tim Night maju dengan penuh keberanian, siap untuk menghadapi apa pun yang terjadi.
"Carla, aku datang untuk mu!" kata Roberto dalam hati. "Tahan sebentar saja, aku akan menyelamatkanmu!"