"Menikahlah segera jika ingin menepis dugaan mama kamu, bang!."perkataan sang ayah memenuhi benak dan pikiran Faras. namun, bagaimana ia bisa menikah jika sampai dengan saat ini ia tidak punya kekasih, lebih tepatnya hingga usianya dua puluh enam tahun Faras sama sekali belum pernah menjalin hubungan asmara dengan wanita manapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berasa diintrogasi.
"Tidak perlu membuang waktumu untuk mencari tahu bagaimana perasaanku terhadap Inara! karena setelah kami menikah, sebagai suami aku akan bertanggung jawab sepenuhnya atas istriku!." jawaban tegas Faras akhirnya mampu membungkam mulut Davin. Mengingat apa yang dikatakan Faras benar adanya, bukankah tanggung jawab sebagai seorang suami kepada istrinya itu lebih logis ketimbang cinta. apalagi tidak sedikit pasangan yang menikah karena cinta justru berakhir dengan perceraian karena kurangnya tanggung jawab dari suami, terutama dalam bentuk nafkah lahir, begitu pikir Davin.
"Maaf, bukannya meragukan mu, aku hanya khawatir Inara akan menderita dengan pernikahan kalian nanti karena kau tidak menginginkannya."
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu karena aku pastikan hal itu tidak akan pernah terjadi!." kembali tegas Faras.
Setelahnya, Davin pamit meninggalkan ruangan Faras. Inara tersenyum pada Davin di saat pria itu melintas di depan meja kerjanya, seolah tak tahu apa-apa. berbeda dari biasanya, Davin hanya membalasnya dengan seulas senyum lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Siang harinya saat waktu makan siang tiba. "Faras menghampiri meja kerja Inara."
"Apa anda membutuhkan sesuatu, tuan?." tanya Inara yang hendak bersiap untuk keluar makan siang di kantin perusahaan.
"Ikut bersamaku, kita akan pergi mencari cincin pernikahan!." ajak Faras.
"Baik, tuan." Inara hanya bisa patuh seperti kerbau yang di cucuk hidungnya, berjalan beberapa langkah dibelakang Faras menuju ke arah lift yang akan mengantarkan mereka menuju lantai dasar.
Setibanya di area parkiran, Faras membukakan mobilnya dan mempersilahkan Inara masuk.
"Terima kasih."
"Hemt."
"Irit banget sih ngomongnya. pernikahan seperti apa yang akan kami jalani nanti jika kak Faras ngomongnya aja irit begini?." batin Inara seraya menatap Faras melangkah mengitari mobilnya kemudian ikut masuk ke dalam mobilnya, duduk di bangku kemudi.
Setelah Tiga puluh menit menempuh perjalanan dalam kondisi saling diam, kini mobil yang dikemudikan oleh Faras telah tiba di sebuah pusat perbelanjaan ternama di kota itu.
Lagi, Faras yang turun lebih dulu membukakan pintu mobil untuk Inara. Jika ada yang menyaksikannya pasti akan mengira mereka adalah pasangan kekasih yang saling mencintai karena sikap manis Faras tersebut.
Tanpa membuang waktu, Faras langsung saja mengajak Inara mengunjungi sebuah toko perhiasan yang berada di dalam gedung Mall.
"Selamat datang di toko kami, tuan Sarfaras Wisatara.... selamat datang Nona..." pemilik toko yang sudah janjian sejak semalam dengan Faras terlihat menyambut ramah kedatangan keduanya.
"Cantik sekali calon istri anda, tuan Sarfaras." puji pemilik toko saat membantu Inara mencari cincin yang cocok untuknya.
"Terima kasih." sahut Faras sementara Inara hanya mengulas senyum canggung. Ya, menurutnya pujian pemilik toko tersebut terlalu berlebihan, sedangkan ia tidak merasa secantik itu.
Tak butuh waktu lama, Inara akhirnya menemukan desain cincin yang cocok untuknya, dan tentunya berkat bantuan dari pemilik toko yang membantunya memilih koleksi terbaik di tokonya.
"Terima kasih atas kunjungan anda tuan Sarfaras...Nona Inara.... Semoga puas dengan pelayanan kami." ujar Pemilik toko yang tadi sempat berkenalan singkat dengan Inara.
Faras mengangguk sekilas kemudian berlalu pergi meninggalkan toko perhiasan tersebut. Tujuan Faras selanjutnya adalah mengajak Inara untuk makan siang bersama di sebuah restoran yang letaknya tak jauh dari Mall.
Disela-sela menunggu pesanan mereka tiba, Faras terdengar membuka percakapan.
"Apa kau memiliki hubungan spesial dengan Davin??? Jika benar begitu, aku harap kau segera menyudahinya karena aku tidak ingin menikahi wanita yang masih menjalin hubungan spesial dengan pria lain!." intonasi Faras terdengar pelan namun terkesan tegas.
Inara sontak menggelengkan kepalanya. "Aku tidak memiliki hubungan apapun selain rekan kerja dengan pak Davin." jawab Inara apa adanya.
Faras mengangguk paham.
"Besok aku akan mengajakmu melihat beberapa desain rumah yang akan kita tempati setelah menikah nanti. Kau boleh memilih salah satu yang kau suka!." beritahu Faras.
"Baik, tuan."
Sebenarnya Faras kurang suka dengan panggilan Inara di saat mereka sedang jalan berdua seperti ini, tapi Faras memilih membiarkannya saja untuk saat ini mengingat mereka belum terikat hubungan resmi pernikahan.
"Jadi tuan Faras ingin kami tinggal di rumah baru setelah menikah nanti? Apa tuan Faras melakukan semua ini agar kedua orang tuanya tidak tahu bagaimana ia memperlakukan aku setelah kami menjadi pasangan suami-isteri nanti?? Atau mungkin tuan Faras ingin kami tidur di kamar yang berbeda?." membayangkan pernikahan seperti apa yang akan dijalaninya nanti sudah membuat tubuh Inara berubah lesu.
Singkat cerita, setelah makan siang bersama kini mereka kembali ke kantor. Tak sedikit yang ikut bahagia mendengar kabar tentang rencana pernikahan Faras dan Inara yang sudah terendus sejak beberapa hari terakhir, bahkan ada beberapa diantaranya yang tidak sabar melihat seperti apa paras dari keturunan keduanya nantinya mengingat Faras dan Inara terlihat begitu serasi, namun tak sedikit pula yang memandang iri pada Inara yang mereka anggap tidak cocok mendampingi bos mereka tersebut dan ada juga yang berpikir jika Inara sengaja menggoda Faras. bahkan yang lebih kejamnya lagi, ada seorang pegawai yang sejak dulu kurang suka dengan Inara, sengaja menyebarkan berita bohong dengan mengatakan pada pegawai lainnya jika Inara menggunakan ilmu pelet untuk menggaet bos mereka tersebut.
*
Za dan Zi yang sore itu sengaja mampir ke perusahaan untuk menemui Inara, terlihat sedang menunggu waktu pulang kerja di ruangan sang kakak. Ya, kedua saudara kembar tersebut baru mengetahui kabar tentang lamaran kakaknya terhadap Inara pagi tadi, dan itulah alasan utama Za dan Zi mengunjungi Inara langsung ke tempatnya bekerja, untuk memastikan kebenarannya.
Sebelum menanyakannya langsung pada Inara, kedua gadis cantik tersebut mempergunakan kesempatan yang ada untuk bertanya lebih dulu pada sang kakak.
"Bukankah Abang tidak menyukai Inara, lalu kenapa Abang ingin menikahinya?." pertanyaan yang terucap dari mulut Za sekaligus mengalihkan atensi Faras dari berkas dihadapannya. Tentunya penolakan Faras enam tahun lalu menjadi alasan logis bagi Za untuk bertanya demikian.
"Apa perlu Abang menjawabnya?." Tutur Faras seraya menutup berkas yang baru saja ditandatanganinya.
"Of course." Zi yang berujar.
"Inara sahabat kami bang.... dan sebagai sahabat, kami ingin Inara menjalani pernikahan bahagia bersama pria yang mencintainya." timpal Za.
"Kalian tidak perlu khawatir....! Abang pastikan menjadi suami yang bertanggung jawab untuk sahabat kalian. Tanggung jawab jauh lebih penting dari segalanya setelah berumah tangga, termasuk dari rasa cinta itu sendiri" bukannya Faras menampik pentingnya rasa cinta di dalam sebuah hubungan, namun ia hanya berpikir realistis.
Mendengar hal itu, baik Za dan Zi pun mengangguk paham. Lagi pula banyak pasangan suami-isteri yang menikah karena cinta tapi hubungannya berakhir dengan perpisahan karena kurangnya rasa tanggung jawab dari pihak pria setelah mengemban status sebagai suami. hal-hal yang sering kali terjadi di kalangan masyarakat, apalagi jika si suami sudah kepincut sama pelakor, pasti rumah tangga akan hancur. Pelakor??? tiba-tiba Za jadi kepikiran sesuatu.
"Apa Abang bisa berjanji, tidak selingkuh dari Inara!."
Kedua bola mata Faras membulat mendengar pertanyaan Za yang menurutnya ada-ada saja. Jangankan berpikir mencari wanita lain setelah memiliki seorang istri, di saat dirinya masih bujang seperti sekarang pun Faras tak enggan mencari pasangan.
"Abang rasa pertanyaan kalian semakin kesini semakin aneh-aneh saja. lebih baik sekarang kalian pulang, Abang masih banyak kerjaan!."
Seharian ini Faras merasa seperti seorang terdakwa yang terus diintrogasi, baik dari sahabatnya Davin serta kedua adik kembarnya.
dan Inara gampang ke makan omongan orang...
mana kepikiran Inara klo kamu juga mencintai nya...
Yuni jadi tersangka pil kontrasepsi...
kamu tau Amanda hanya iri padamu...
malah dengerin kata kata Amanda 🤦♀️
tp tdk untuk lain kali