Kisah ini bercerita tantang dua orang gadis yang memiliki kehidupan jauh berbeda sekali satu sama lainnya.
Valeria dan Gisela yang merupakan anggota academy musik di Soleram Internasional dan sama-sama menimba ilmu sebagai seorang murid disana untuk menjadi penyanyi terkenal.
Sayangnya nasib mujur bukan berpihak pada Gisela namun pada Valeria karena karya lagunya menjadi viral dan hits hingga mancanegara dan mengantarkannya sebagai penyanyi populer.
Penasaran mengikuti kelanjutan serial dua gadis yang berseteru itu !
Mari ikuti setiap serialnya, ya... 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 PANDANGAN PERTAMA KALINYA DENGANNYA
Gisela menatap ramah kepada Derian yang memperkenalkan dirinya.
Senyum manis diantara keduanya terlihat berbeda, mengandung arti bahwa ini bukanlah sekedar perkenalan biasa namun suatu waktu nanti, mereka akan bertemu kembali.
Gisela menarik uluran tangannya dari tangan Derian lalu berkata padanya.
"Apakah anda seorang pilot ?" tanyanya.
"Ya, benar, aku baru saja landing di bandara beberapa menit yang lalu", sahut Derian.
"Kebetulan yang sama kalau begitu", ucap Gisela.
"Dan kau sepertinya seorang pramugari, ya", kata Derian menebak.
"Eh, iya, benar, cuma sesaat...", kata Gisela gugup.
"Sesaat..., maksudnya ?" tanya Derian seraya menautkan kedua alisnya.
"Ya, maksudku, aku sekedar mampir di bandara ini, mungkin sebentar lagi, akan melakukan penerbangan lagi", sahut Gisela.
"Jika dilihat dari seragam pramugarimu, kurasa kita satu team", kata Derian mengamati seragam yang dikenakan oleh Gisela.
"Eh, oh, ya ?" sahut Gisela gugup.
Pandangan Gisela teralihkan ke arah seragam pramugari yang dia kenakan lalu melirik ke arah seragam pilot milik Derian.
Bentuk seragam yang mereka kenakan sama persis, baik warnanya hingga label maskapainya sangat mirip.
Gisela mulai berpikir serius, mungkinkah yang dikatakan oleh Derian itu benar.
"Benarkah kita satu team ?" tanyanya.
"Mana kartu tanda pengenalmu, coba aku lihat !" kata Derian.
"Sebentar...", sahut Gisela.
Gisela melepaskan kartu tanda pengenal dari lehernya lalu diserahkannya kartu tersebut kepada Derian.
"Ini, silahkan dilihat...", ucapnya.
"Mmm, benar, ini kartu tanda pengenal dari team kita berarti kita satu penerbangan kalau begitu", sahut Derian.
Derian mengamati kartu tanda pengenal milik Gisela ditangannya.
"Tapi, kenapa aku tidak melihatmu atau mungkin kita jarang ketemu, ya ?!" kata Derian agak keheranan.
"Emmm, mungkin saja, he...he...he...", sahut Gisela canggung seraya menggaruk kepalanya.
"Hmm, bukan masalah, lupakan saja", kata Derian lalu tersenyum simpul.
"Ya..., bukan masalah...", kata Gisela dengan senyum canggungnya.
"Mmm..., kau jadi membeli minuman untukmu sebab aku juga merasa kehausan", kata Derian.
Derian mengedarkan pandangannya ke arah sekitar area bandara lalu menoleh kembali kepada Gisela di hadapannya.
Gisela segera merespon ucapan Derian.
"Yah, aku mau beli segelas minuman ringan buatku, kebetulan aku kehausan sejak tadi, aku tidak sempat minum", sambung Gisela.
"Kalau begitu kita ke cafe disana saja, lebih dekat dari sini", kata Derian.
"Dimana ?" tanya Gisela seraya memalingkan muka ke arah kafe yang dimaksudkan oleh Derian.
Derian menunjuk ke arah sebuah cafe yang terletak di seberang mereka.
"Disana....", ucap Derian.
"Mmm, ya, baiklah", kata Gisela lalu mengangguk cepat.
"Ayo... !" kata Derian seraya berjalan menuju cafe diseberang sana.
Gisela mendorong koper bawaannya sambil mengikuti langkah Derian yang berjalan di depannya.
"Apa kau sering membeli minuman di cafe ini ?" tanya Gisela.
"Tidak, aku jarang sekali membeli minuman diluar sebab selama penerbangan telah disediakan secara khusus", sahut Derian.
"Oh, begitu, ya", kata Gisela.
"Ya, kau mau minum apa, Gisela ?" tanya Derian.
"Mmm, segelas jus minuman saja agar stamina tubuhku tetap terjaga baik", sahutnya.
"Baiklah, aku akan membeli dua jus buat kita", kata Derian lalu memesan kepada penjaga konter minuman di cafe.
Seorang penjual minuman segera meracik minuman jus buat mereka berdua, dengan sigap menyerahkan pesanan milik Gisela dan Derian.
"Terimakasih...", ucap Gisela ketika menerima segelas minuman jus pesanannya dari Derian.
"Sama-sama...", jawab Derian.
Keduanya berjalan ke arah luar cafe, Derian melirik jam tangan miliknya.
"Aku mesti pergi sekarang...", ucap Derian.
"Kemana ?" tanya Gisela.
"Aku harus lapor ke bandara dan mengurus penerbangan berikutnya", sahut Derian.
"Ya, aku mengerti", kata Gisela.
"Dan kau sendiri ?" tanya Derian.
"Mungkin aku akan ke ruangan pramugari bersama yang lainnya", sahut Gisela.
"Ya, baiklah, aku mengerti, kalau begitu aku pergi sekarang karena banyak yang harus kuselesaikan", kata Derian.
"Baik, aku mengerti", kata Gisela seraya mengangguk.
"Dagh, Gisela !" pamit Derian.
"Dagh, Derian... !" sahut Gisela.
Keduanya saling melambaikan tangan ke arah masing-masing seraya berpamitan.
"Sampai jumpa lagi, Gisela !" ucap Derian dari kejauhan.
"Ya, sampai jumpa lagi, Derian !" sahut Gisela dengan senyuman manis.
Tampak Derian terus berjalan sembari mendorong koper miliknya sepanjang area bandara sedangkan Gisela hanya menatap diam ke arah Derian yang pergi.
Gisela menghela nafas panjang lalu tersenyum lega.
"Akhirnya aku sampai juga di bandara, apakah tugas sistem telah berhasil aku selesaikan ataukah ada tugas lainnya ?" tanyanya.
Gisela bermaksud melanjutkan tujuannya, menuju ruangan tersedia khusus, untuk pramugari seusai mereka landing di bandara.
Belum sedetik dia memalingkan muka, muncul suara aneh berdengung keras di dekat telinganya.
''Nguuung... Ngunggg... Nguuuung.... !"
Suara dengung layaknya ngengat lebah yang keluar entah darimana asalnya mengejutkan Gisela.
Tiba-tiba muncul Amur dalam bentuk mini diantara awan putih.
"Hai, Gisela, apa kabarmu ?" sapanya.
"Kau Amur, bagaimana kau bisa ada disini ?" tanya Gisela terkejut.
"Yah, aku hendak memberitahumu sesuatu dan kebetulan aku menemukanmu disini, Gisela'', sahut Amur.
"Aku baru landing di bandara ini, tapi, aku tidak tahu harus melakukan apalagi selanjutnya", kata Gisela.
"Tunggu sebentar..., aku akan melihatnya...", kata Amur.
Amur mengeluarkan sekotak kecil lalu membukanya.
"Ada tugas untukmu lagi, Gisela", ucapnya sambil membaca secarik kertas yang ada di tangannya.
"Apa ?" tanya Gisela penasaran.
"Tugas kedua adalah menemukan pasangan buatmu, dan sepertinya kau harus menggaet perhatian sang pilot", sahut Amur.
"Ya, ampun, kau bercanda, ya, bagaimana bisa seperti itu, Amur ?!" kata Gisela terkaget-kaget.
"Seperti itulah tugas dari sistem selanjutnya maka kau akan dinyatakan lulus", kata Amur.
"Tapi, siapa pilot yang harus aku gaet sekarang sedangkan aku tidak kenal siapa-siapa disini", sahut Gisela.
Sebuah kartu pengenal jatuh dari kertas surat ditangan Amur.
Amur meraih kartu itu seraya membacanya dengan seksama.
"Ini kartu milik pilot bernama Derian, mungkin dia yang dimaksudkan oleh sistem", kata Amur.
"Baru saja aku bertemu dengannya, dan dia telah pergi sepuluh menit yang lalu seusai ki berbicara tadi", kata Gisela.
"Kemana perginya dia ?" tanya Amur.
"Derian bilang bahwa dia harus melapor ke bandara seusai landing, dia juga berkata kalau ada banyak urusan yang mesti dia selesaikan disini", sahut Gisela.
"Sayang sekali, tugas kedua harus terlewatkan olehmu, jadinya, kau hanya dapat poin kecil", kata Amur.
"Ya, bagaimana lagi ?!" kata Gisela.
"Tak masalah, yang terpenting kau sudah menyelesaikan tugas sebagai seorang pramugari dan landing di bandara sesuai jadwal", kata Amur.
"Lantas hasilnya, apa yang aku dapatkan ?" tanya Gisela.
"Uang !" sahut Amur tegas.
"Berapa uang yang akan aku dapatkan ?" tanya Gisela.
"Aku akan menghitungnya", sahut Amur.
Amur mengeluarkan kalkulator untuk menghitung uang yang didapatkan oleh Gisela setelah dia merampungkan tugas sistem sebagai pramugari.
Terdengar suara mesin hitung berbunyi keras seusai Amur menghitung.
"Kling... Kling... Kling... !"
Muncul sejumlah uang bertebaran dari arah tak disangka-sangka kemudian jatuh ke atas kedua telapak tangan Gisela.
"Uang... Uang... Uang... !!!" pekiknya senang.
Gisela tertawa senang ketika dia mendapatkan uang.
"Woah, banyak sekali, ini uangnya, Amur !" pekiknya tak percaya dengan tumpukan uang yang dilihatnya ini.
"Ya, itu adalah bayaranmu karena berhasil menyelesaikan tugas sistem pada tugas pertama ini", sahut Amur.
"Luar biasa...", kata Gisela takjub.
"Selamat atas keberhasilanmu karena mampu menyelesaikan tugas dari sistem, Gisela", kata Amur.
"Terimakasih atas bantuanmu, jika tidak, aku tidak tahu harus kemana aku mencari uang untuk mencukupi kebutuhanku", kata Gisela.
"Sekarang kau tidak perlu lagi mencemaskan kemana kau harus mencari uang karena kau bisa mendapatkan uang dengan menyelesaikan tahap-tahapan tugas sistem yang akan kuberikan nanti, Gisela", kata Amur.
"Ya, baiklah, aku akan mengikuti perintahmu, semoga saja nanti, aku bisa menyelesaikan tugas sistem dengan baik", kata Gisela.
Gisela tersenyum senang seraya memasukkan tumpukan uang ke dalam tas.
"Aku sudah tidak sabar lagi menunggu tugas berikutnya dari sistem yang kau berikan nanti, Amur", ucapnya.
"Ya, Gisela", kata Amur.
"SRET... !!!"
Gisela menarik cepat tubuh Amur yang mini diantara awan-awan yang berarak lalu berkata pada harimau Serbia itu dengan ekspresi lucu.
"Kalau begitu, kita kemana sekarang ?" tanya Gisela.