Pemuda Terhebat

“Tapi…..!” , di saat Herman hendak bicara lagi, kata-katanya kembali dipotong oleh Zhao Haito.

“Jika kamu tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu tidak apa-apa, saya juga tidak dapat memaksa. Sebaiknya kamu bersiap-siap saja untuk meninggalkan jabatan kamu saat ini”.

   Zhao Haito mulai melakukan ancaman, agar Herman mau melumpuhkan kedua tangan dan kaki Adrian.

“Tidak Tidak Tuan Zhao, bukan begitu maksud saya. Sebenarnya ketika anggota saya menangkap orang itu, kebetulan dia sedang bersama dua orang gadis. Salah satu dari gadis itu adalah adik dari Amanda, CEO perusahaan Melati!”, Herman mencoba menyangkalnya kembali dengan menceritakan kejadian saat penangkapan Adrian.

“Apa…..!”

   Dengan seketika, Zhao Haito langsung berteriak mengekspresikan keterkejutannya. Dia sadar, bahwa perusahaan Melati dapat berkembang di kota guangzhou berkat bantuan Grup Lin, sedangkan Grup Haito sendiri tidak sanggup menjadi musuh Grup Lin. Namun setelah dipikir-pikir ulang, tidak mungkin Grup Lin mau bermusuhan dengan Grup Haito , hanya demi membela perusahaan kecil seperti perusahaan Melati. Walaupun Grup Lin benar-benar mau bermusuhan dengan Grup Haito demi perusahaan Melati, dia masih dapat mengumpulkan Grup-Grup perusahaan besar yang berada di ibukota untuk mengalahkan dan menyingkirkan Grup Lin untuk selama-lamanya.

   Setelah memikirkan semuanya, sebuah senyuman sinis langsung terpampang di wajah Zhao Haito.

“Herman, kamu tidak perlu khawatir. Grup Haito berada di belakang untuk mendukung kamu. Lagipula Grup Lin tidak akan mau berperang dengan Grup Haito, hanya demi perusahaan kecil seperti perusahaan Melati. Saat ini saya lagi berada di rumah sakit melihat keadaan Tuan muda dari keluarga Lukman. Setelah ini saya akan langsung menuju ke kantor biro keamanan. Nanti saya akan memberimu bonus sebesar 1 milyar!”, ucap Zhao Haito.

   Mendengar uang sebesar 1 milyar itu membuat pupil mata Herman langsung melebar dengan seketika.

“Tuan Zhao….!

   Herman mencoba membuka mulutnya mengatakan sesuatu. Akan tetapi, Zhao Haito langsung memutuskan panggilan itu dengan seketika, yang membuat dia termenung di tempat.

   Setelah merenung beberapa saat, Herman menepuk pundak pria tua dengan pelan, “kerahkan anggotamu untuk mematahkan kedua kaki dan tangan orang itu!”, ucapnya dengan nada pelan di dekat telinga pria tua. Setelah mengatakan itu, dia langsung keluar dari ruangan interogasi.

   Sedangkan dengan pria tua, dia tidak dapat menahan diri untuk tidak membuka mulutnya lebar-lebar dan tertegun sejenak setelah mendengar apa yang diperintahkan oleh atasannya itu.

   Setelah tersadar dari keterkejutan, pria tua merenung sesaat, sebelum akhirnya melangkahkan kakinya dengan berat ke hadapan Adrian sambil menatapnya dengan dalam.

“Anak muda!. Sekarang, hidup dan mati kamu tergantung pada kemampuan diri kamu sendiri!”, ucap pria tua sambil mengeluarkan benda logam pipih dari dalam saku, lalu menyerahkannya ke tangan Adrian. Setelah itu, dia langsung melangkahkan kaki tuanya dengan berat meninggalkan ruang interogasi.

   Selepas kepergian pria tua, Adrian tidak dapat menahan diri untuk tidak menyipitkan mata, mengetahui benda logam yang berbentuk pipih itu tidak lain adalah sebuah kunci.

Adrian mendengus dingin. “Menarik”, gumamnya tersenyum tipis sambil memainkan kunci itu di tangan.

15 menit pun berlalu dengan singkat.

Saat ini Adrian masih berada di ruang interogasi, dan pada saat yang sama, tiba-tiba pintu ruangan Interogasi itu dibuka dari luar oleh seseorang.

Adrian tidak dapat menahan diri untuk tidak menyipitkan matanya lagi, menyaksikan beberapa biro keamanan berbadan tegap masuk kedalam ruang interogasi sambil menenteng tongkat listrik di tangan.

“Huh….!”,

Adrian mendengus dingin. Dia langsung teringat dengan apa yang diucapkan pria tua, “Menarik!. Jadi ini maksud dari pria tua itu”, gumamnya dalam hati.

Setelah orang-orang dari biro keamanan yang berbadan tegap itu telah masuk semua, pintu ruangan Interogasi itu pun langsung terkunci otomatis dari luar, dan hanya dapat di buka dari luar. Orang-orang dari biro keamanan itu telah membuat pengaturan dengan baik.

Jika dilihat dari benda yang berada di tangan orang-orang itu, Adrian dapat menilai, bahwa mereka ingin berurusan dengannya.

“Ternyata hukum dan keadilan itu hanya berlaku bagi orang-orang yang berduit dan berkuasa saja!”, Adrian tidak dapat untuk tidak bergumam dalam hati.

Sedangkan dengan orang-orang dari biro keamanan itu tidak ingin lagi membuang-buang waktu. Dengan bersama-sama, mereka langsung mengelilingi Adrian, bagaikan singa lapar yang akan memakan buruannya. Dengan pipa baja di masing-masing tangan mereka, bersiap untuk menghabisi Adrian.

“Bocah, inilah akibatnya jika berani menyinggung orang yang tidak seharusnya kamu singgung!. Lumpuhkan kedua tangan dan kakinya”, teriak salah seorang dari mereka.

Setelah orang itu memberikan perintah, dia dan teman-temannya mengangkat tongkat listrik tinggi-tinggi, dan langsung menyerbu, melayangkannya dengan keras ke arah tangan dan kaki Adrian.

“buk! buk! buk!”

Tanpa mereka duga-duga, Adrian mengangkat kaki kanannya. Kaki itu langsung berubah menjadi bayangan hitam yang langsung melesat kencang menghantam dada beberapa orang.

Sedetik kemudian, terdengar dentuman keras dari tubuh orang-orang keamanan itu yang menghantam dinding dengan keras.

"Apa…..!”, salah seorang dari mereka langsung tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Baru saja mereka mengayunkan tongkat listrik itu ke arah kaki dan tangan Adrian, malah mereka sendiri yang langsung terlempar ke dinding dengan keras, akibat tendangan keras Adrian yang tidak mereka sangka-sangka.

Namun, orang-orang dari biro keamanan tersebut mencoba bangkit kembali dengan sekuat tenaga. Mereka menatap tajam ke arah Adrian.

“Kamu berani melukai pihak keamanan!"

Salah seorang dari mereka mencoba mengumpat Adrian dengan makian. Namun yang tidak dia sangka-sangka, sebuah pukulan lain yang lebih keras dari tendangan sebelumnya, menghantam rusuk orang itu dengan keras, yang langsung mencederai organ dalamnya. Dia pun langsung terkapar di lantai ruang interogasi sambil menyemburkan banyak darah dari mulutnya.

“Apa…..!”, orang-orang dari biro keamanan itu tidak dapat menahan diri untuk tidak melebarkan mata mereka lebar-lebar, menyaksikan temannya dipukul Adrian hingga menyemburkan banyak darah.

Saat itu juga, barulah terlihat jelas ketakutan di wajah mereka.

   Setelah melayangkan pukulan ke rusuk biro keamanan yang terkapar di lantai itu, Adrian mengusap kepalan tinjunya sambil tersenyum sinis ke arah orang-orang dari biro keamanan yang masih tersisa.

“Apakah para preman dan tuan muda yang manja itu tidak memberitahu kalian, jika saya pandai bertarung?”, ucap Adrian sambil menatap tajam ke arah orang-orang dari biro keamanan.

   Melihat tatapan tajam Adrian, keringat dingin pun langsung mengalir membasahi tubuh mereka. Kali ini mereka benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.