NovelToon NovelToon
Cerita Kita

Cerita Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Idola sekolah
Popularitas:776
Nilai: 5
Nama Author: cilicilian

kisah cinta anak remaja yang penuh dengan kejutan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cilicilian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tamparan

Andra mendengarkan cerita Dara dengan sabar dan tanpa menilai. Ia mencoba untuk memahami perasaan Dara. Ia mengetahui bahwa Dara sedang merasakan kesedihan yang mendalam. Ia ingin memberikan dukungan dan perhatian yang penuh pada Dara. Ia ingin membantu Dara untuk melewati masa-masa sulit ini.

Setelah Dara menumpahkan semua perasaannya, Andra mencoba untuk menenangkan Dara. Ia mengusap rambut Dara dengan lembut, menunjukkan kasih sayang dan perhatiannya. "Nggak salah, Ra. Nggak salah berharap, nanggung cinta, ataupun ingin diperhatikan. Semua orang punya hak untuk merasakan itu," ujarnya, suaranya lembut dan menenangkan. Ia ingin Dara merasakan bahwa perasaannya itu normal dan tidak salah.

Setelah cukup lama menangis di pelukan Andra, Dara akhirnya tertidur pulas. Tangisnya yang pilu telah mereda, diganti oleh napas yang teratur dan tenang. Andra masih memeluk Dara erat-erat, tak tega untuk melepaskan.

Andra sendiri tidak tahu pasti apa yang sedang Dara alami sampai menangis sekeras itu. Dari celotehan Dara sebelumnya, ia hanya mendapatkan sedikit petunjuk tentang permasalahan yang sedang Dara hadapi. Namun, ia merasakan bahwa Dara sedang mengalami sesuatu yang sangat berat. Ia ingin mengetahui segalanya, namun ia juga tidak ingin memaksanya. Ia memberikan waktu dan ruang pada Dara untuk menceritakannya sendiri ketika ia sudah siap.

"Dara…" Andra berbisik lembut, matanya menatap wajah Dara yang tenang dalam tidurnya. "Gue nggak akan biarin lo sedih kayak gini lagi," ujarnya, suaranya bergetar, menunjukkan betapa ia sangat khawatir dan peduli pada Dara.

Ia mengusap lembut pucuk kepala Dara, gerakan tangannya begitu penuh kasih sayang. Sentuhannya ringan, tak ingin membangunkan Dara dari tidurnya yang lelap. Ia ingin Dara beristirahat, memulihkan tenaga dan pikirannya.

Andra terus memeluk Dara dengan erat, memberikan rasa aman dan nyaman. Andra ingin Dara merasakan bahwa ia tidak sendiri. Ia akan selalu ada untuk Dara.

Ia akan selalu mendukung Dara. Ia akan selalu melindungi Dara. Ia akan selalu mencintai Dara. Perasaan itu terus menguatkan hatinya. Ia akan melakukan apapun untuk Dara. Ia akan selalu ada untuk Dara.

Mobil Andra berhenti di depan rumah Dara. Langit telah gelap, menandakan hari telah larut. Dara masih tertidur pulas di dekapan Andra, napasnya teratur dan tenang. Andra mencoba membangunkan Dara dengan lembut. "Ra… bangun… udah sampai," ujarnya, sentuhan tangannya begitu ringan di pipi Dara.

Setelah beberapa saat, Dara membuka matanya. Wajahnya masih terlihat sedikit pucat, namun ekspresi wajahnya tampak lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Andra menatap Dara dengan penuh perhatian. "Gimana kondisi kamu sekarang, Ra?" tanyanya dengan lembut, suaranya penuh kekhawatiran.

Dara menunjukkan ekspresi wajah yang lebih tenang. "Gue udah lebih baik kok," jawabnya, suaranya masih sedikit lemah. Ia menunjukkan rasa terima kasih pada Andra. "Makasih, Dra," ujarnya, suaranya menunjukkan rasa terima kasih yang tulus.

Andra tersenyum, merasakan lega karena kondisi Dara membaik. "Kalau ada apa-apa, kabarin aku, ya, Ra. Jangan dipendam sendiri. Aku siap buat dengerin cerita kamu," ujarnya, menunjukkan kesiapannya untuk selalu ada bagi Dara.

"Iya, Dra. Sekali lagi, makasih, ya," Dara mengucapkan terima kasih lagi, kali ini dengan senyum tipis di wajahnya. Ia turun dari mobil, meninggalkan Andra yang masih menatapnya.

Dari kejauhan, Dara berteriak, "Hati-hati pulang, Dra!" Suaranya terdengar lebih ceria, menunjukkan bahwa sebagian beban di hatinya telah terangkat.

Andra tersenyum melihat Dara yang kini tampak lebih tenang. Ia merasa lega karena telah berhasil memberikan sedikit ketenangan dan dukungan untuk Dara. Ia berharap, Dara dapat segera melewati masa sulitnya. Ia pun melajukan mobilnya, meninggalkan rumah Dara dalam kegelapan malam.

Dara melangkah masuk ke rumahnya, suasana di dalam terasa sepi dan sunyi. Namun, sesuatu menarik perhatiannya, mobil orang tuanya terparkir di halaman. Hal itu membuatnya heran. Biasanya, orang tuanya pulang pagi hari, bukan di malam hari seperti ini. Ada yang tidak beres. Sebuah firasat tidak enak mulai muncul di hatinya.

Belum sempat Dara membuka pintu, pintu rumahnya sudah terbuka. Ibunya berdiri di ambang pintu, wajahnya tampak marah dan serius. "Habis dari mana kamu?" tanya ibunya, suaranya terdengar tegas, menunjukkan ketidaksukaannya. Dara tersentak kaget. Ia tidak menyangka ibunya sudah menunggu di depan pintu.

Dara menunduk, merasakan jantungnya berdebar kencang. Ia tahu, ia harus menjelaskan sesuatu, tapi ia belum siap. "Habis… kerja kelompok, Mah…" jawabnya, suaranya lirih, kata-katanya terdengar ragu-ragu. Itu adalah kebohongan, ia berbohong tentang keberadaannya hingga larut malam. Rasa bersalah mulai menggerogoti hatinya.

Ibunya menatap Dara tajam, pandangannya seakan menembus kebohongan Dara. "Kamu mau bohongin Mamah?" tanya ibunya lagi, suaranya sedikit meninggi, menunjukkan bahwa ia sudah mengetahui kebohongan Dara. Tekanan mulai terasa. Dara semakin menunduk, tak berani menatap mata ibunya.

Dara menggelengkan kepalanya dengan lemah, suaranya hampir tak terdengar, "Nggak, Mah… Dara beneran habis kerja kelompok…" Ia masih mencoba untuk berkelit, tetapi suaranya menunjukkan bahwa ia sudah ketakutan.

"Kerja kelompok apa sampai larut malam?" Ibunya bertanya lagi, suaranya terdengar lebih keras, menunjukkan ketidakpercayaan dan kekesalannya. Ia mendesak Dara untuk memberikan jawaban yang jujur.

Dara tetap diam, menunduk dalam diam. Ia masih belum siap untuk menceritakan semuanya, rasa takut dan cemas masih menguasainya. Keheningan di ruang tamu semakin menegangkan.

"Jawab Mamah, Dara! Mamah nggak pernah ngajarin kamu bohong!" Ibunya membentak, suaranya meninggi, menunjukkan amarahnya yang mulai memuncak. Ia merasa sangat kecewa pada Dara yang berani berbohong.

Dara mengangkat wajahnya, menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Emang Mamah pernah ngajarin aku apa aja selama ini? Emang Mamah tahu betul tentang Dara? Emang Mamah selama ini udah mendidik Dara dengan benar?" tanya Dara, suaranya bergetar, menunjukkan rasa sakit hati yang terpendam. Ia balik bertanya, menunjukkan kekesalannya pada ibunya yang selama ini tidak pernah benar-benar memahaminya. Kata-kata itu keluar sebagai luapan emosi yang telah lama terpendam.

Kedua tangan ibunya mengepal kuat, tatapan matanya tajam dan marah. "Jaga bicara kamu sama Mamah, Dara!" bentak ibunya, amarahnya semakin memuncak. Ia merasa sangat tersinggung dengan ucapan Dara.

"Jawab pertanyaan Dara, Mah! Memang Mamah udah pernah ngajarin aku apa aja!" Dara membalas dengan suara lebih keras, menunjukkan bahwa ia tidak akan mundur. Ia ingin ibunya menyadari kesalahannya. Ia ingin ibunya tahu bahwa ia juga merasa sakit hati.

Kesabaran ibunya telah habis. Tangannya terangkat, menampar pipi Dara dengan keras. Bunyi tamparan itu nyaring, menunjukkan betapa kuatnya tamparan tersebut. Dara terhuyung, pipinya terasa panas dan perih. Air mata mengalir deras di pipinya.

"Berani kamu melawan Mamah, Ra!" Ibunya membentak, suaranya bergetar karena marah. Ia merasa sangat kehilangan kendali.

Dara hanya bisa menangis, merasakan sakit yang luar biasa, baik secara fisik maupun emosional. Ia tidak menyangka ibunya akan bertindak seperti ini. Ia ingin menjelaskan semuanya, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Suasana semakin tegang, dipenuhi oleh amarah dan kesedihan.

Tubuh Dara terjatuh ke lantai akibat ia tidak bisa menahan tubuhnya karena tamparan ibunya sangat keras. "Mah… Mamah nampar aku?" Dara bertanya lirih, suaranya bergetar, menunjukkan rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam.

Air matanya masih mengalir deras, membasahi pipinya. Ia menatap ibunya dengan tatapan yang sulit diartikan, campuran antara luka dan kekecewaan. Pertanyaannya sederhana, namun sarat akan makna. Pertanyaan itu menunjukkan betapa terlukanya hati Dara.

Ibu Dara melihat tangannya yang masih gemetar setelah menampar Dara. Rasa sesal dan penyesalan mulai muncul di hatinya. Amarah yang sebelumnya membuncah kini mulai surut, diganti oleh rasa bersalah yang menggerogoti hatinya.

Ia menyesali perbuatannya, menyesali tindakannya yang telah melukai anaknya sendiri. Tatapan matanya berubah, tidak lagi tajam dan marah, tapi kini terlihat penuh penyesalan. Ia menyadari kesalahannya, kesalahannya yang telah melukai hati anaknya sendiri. Hati ibunya terasa sesak, dipenuhi oleh rasa bersalah dan penyesalan.

"Ra… Maafin Mamah, Ra…" Ibunya berkata lirih, suaranya bergetar, menunjukkan penyesalan yang begitu dalam.

Ia terduduk di lantai, menyamai posisi duduk Dara, menunjukkan kesungguhannya dalam meminta maaf. Ia ingin menyentuh Dara, menunjukkan rasa sayang dan penyesalannya.

Namun, Dara memundurkan tubuhnya, menjauhi ibunya. Gerakannya menunjukkan penolakan, menunjukkan betapa lukanya hati Dara. Ia belum siap untuk memaafkan ibunya, rasa sakit dan kekecewaan masih begitu mendalam. Ia merasa dikhianati oleh ibunya sendiri, ibunya yang seharusnya menjadi tempatnya berkeluh kesah dan mencari perlindungan.

"Nggak! Mamah jahat!" Dara berteriak, suaranya terisak, menunjukkan rasa sakit hati yang begitu besar.

Ia berlari ke kamarnya, meninggalkan ibunya yang masih terduduk di lantai, diliputi rasa sesal dan penyesalan. Pintu kamarnya dibanting keras, menunjukkan emosinya yang meluap-luap. Ibunya hanya bisa terdiam, merasakan sakitnya penolakan dari anaknya sendiri.

Ia menyadari bahwa meminta maaf saja tidak cukup. Ia harus melakukan lebih dari itu untuk memperbaiki hubungannya dengan Dara. Ia harus menunjukkan pada Dara bahwa ia benar-benar menyesal, bahwa ia akan menjadi ibu yang lebih baik. Ia harus belajar untuk lebih sabar, lebih peka, dan lebih memahami perasaan Dara.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!