NovelToon NovelToon
Cinta Pada Pandangan Pertama

Cinta Pada Pandangan Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Hani Syahada

Kalandra merupakan siswa pintar di sekolah dia selalu datang tepat waktu, Kalandra bertekad untuk selalu membahagiakan ibunya yang selama ini sendiri menghidupinya. Kalandara ingin memiliki istri yang sifatnya sama seperti ibunya dan setelah dia berkata seperti itu, ternyata semesta mendengar doanya Kalandra bertemu seorang gadis cantik ketika dia membaca buku di perpustakaan. Kalandra terpesona oleh gadis itu yang belakangan di ketahui bernama Aretha. Apakah Aretha juga punya perasaan yang sama seperti Yang Kalandra rasakan. Jangan lupa selalu tunggu cerita menarik dari Kalandra dan Aretha ya...!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani Syahada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 CPPP

Aku pun, berusaha untuk mengatur nafas agar tidak ketahuan sama Retha kalau aku sebenarnya sudah sadar, tapi tidak tahu kenapa aku tiba-tiba teringat pesan ibuku.

“Nak, kamu jangan sesekali berbohong sama orang lain itu tidak baik”

Kata-kata ibuku itu, tiba-tiba terlintas begitu saja di benakku, yang membuat aku serba salah karena Retha sudah begitu khawatir sama aku, tapi aku malah mempermainkan perasaannya.

Untuk itu, aku mencoba membuka mataku pelan-pelan berharap dia tidak curiga kepadaku, namun yang membuat aku syok adalah di saat aku membuka mata bukan Retha yang ada di depanku melainkan ibu.

Padahal tadi aku jelas-jelas mendengar suaranya, tetapi anehnya malah ibuku yang ada di depan mata, bukan maksudku tidak senang jika ada ibu di puskesmas, namun ibu tahu sifatku, apalagi jika aku pura-pura tidur.

Maka dari itu, aku tidak bisa beralasan lain atau jangan-jangan ibu sudah berada di puskesmas ini dari tadi, namun dia ingin melihat tingkah apa apalagi yang aku buat, sehingga dia tidak menampakkan diri di ruangan ini dan aku merasa bakal ada bantal melayang di depan mukaku, mana ibuku menatap tajam aku lagi, seharusnya aku tidak usah memikirkan nasehat ibu tadi karena setiap kali aku memikirkan ibu, pasti ibuku akan berada di sekitarku, seolah-olah ibuku seperti cenayang yang bisa memprediksi masa depan.  

Aku harus bagaimana ini, kalau aku menutup mata lagi, ibuku pasti akan menjewer telingaku karena aku pura-pura tidur, apa aku mencoba menyapa ibu saja dan mengatakan.

“Kenapa aku bisa di puskesmas ibu, aku sakit kah? bukannya tadi aku di rumah nenek Retha”

Tetapi kalau aku bicara seperti itu, apa tidak ketahuan sama ibu, lalu aku harus bagaimana.

Di tengah kemelut hatiku itu, tiba-tiba saja ibuku berbicara kepadaku.

“Nak, tidak usah berpura-pura lagi sama ibu! Mending kamu cepat bangun deh... Kasihan itu Retha, kayaknya khawatir banget sama kamu!

"Lagian kamu juga aneh, baru ngomong begitu saja sudah pingsan! Bagiamana nanti kalau kamu mau melamar Retha bisa-bisa berkali-kali kamu pingsannya!

"Nak, tenang ibu tidak marah kok! Apalagi mau jewer kamu tidak kok! Tapi kalau di rumah tidak tahu ya..!

Ujar ibuku, yang kemudian menata makanan di meja untuku.

Seperti yang sudah aku duga, kalau ibuku pasti tahu apa yang aku pikirkan. Mana ibuku bilang dia tidak marah karena ini di rumah sakit tapi kalau di rumah dia bilang tidak tahu, kata-kata itu seperti kata keramat untukku, apa aku menginap di puskesmas saja untuk menghindari omelan ibu tapi Retha bagaimana, dia pasti tidak ingin aku menginap di sini.

Apa aku menginap di rumah nenek Retha saja, tapi kalau aku menginap di sana malah tambah masalah, yang ada bukan hanya ibuku yang datang tetapi para aparat desa pasti menggerebek aku dan mengira aku melakukan hal yang tidak terpuji, membayangkannya saja membuat bulu kudukku merinding lantas aku harus bagaimana ini.

Apa aku coba berbicara saja kepada ibu, karena dari tadi aku cuma diam ketika ibuku berbicara, lebih baik aku berbicara saja dari pada ibu terus memandangiku begitu, kan tidak enak di lihatnya.

“Ibu, sejak kapan di sini! terus Retha kemana bu? Ucapku sambil menatap ke sekeliling ruangan.

Aku mencoba mencairkan suasana karena tatapan ibu tidak seperti menjenguk ku, melainkan tatapan yang siap menerkam masang. Meskipun aku juga tahu kalau tatapan itu hanya untuk menakut-nakuti ku saja, namun tatap itu, tetap saja membuat aku takut, apalagi Retha dan neneknya tidak terlihat di ruanganku, aku tidak tahu di mana dia berada, apa mungkin Retha keluar untuk membeli sesuatu.

“Tenang nak, ibu benar-benar tidak marah sama kamu karena pura-pura tidur tadi! malah ibu senang karena kamu mengambil langkah yang tepat untuk mengejar Retha!

"Ibu tadi berbicara seperti itu, hanya untuk menakut-nakuti kamu saja! Habis kamu sih.. bukanya lihat ada ibunya datang di sambut dengan senyuman malah cemberut, ibu kan jadi kesal!

"Apa kamu berharap pas kamu membuka mata, ada Retha di sampingmu gitu! Terus kamu mau peluk dia karena sudah jagain kamu gitu! Itu mah.. di drama nak, di dunia nyata tidak seberuntung itu!

Ujar ibuku, sambil menyuapi aku makan.

Aku tidak tahu, kalau yang dari tadi menemani aku adalah ibu, padahal aku samar-samar melihat Retha menggenggam tanganku erat-erat, apa mungkin itu halu, masak iya itu cuma khayalan ku saja, soalnya terasa nyata sekali dan bukan mimpi. Apa aku tanya saja sama ibu tentang sejak kapan dia di sini.

“Ibu, sejak kapan di sini! Apa Retha yang menelpon ibu, soalnya aku tadi kan pingsan di rumah nenek Retha!?”

Ujarku, pada ibu sambil tetap melihat sekeliling berharap Retha cepat datang.

“Ya.. memang Retha yang mengantar kamu ke sini dan kamu juga tidak halu kok! Tentang siapa yang menggenggam tangan kamu tadi!

"Cuma setelah dokter pergi Retha minta izin ke ibu untuk keluar sebentar karena dia mau beli makan untuk kamu!

"Sekarang dia lagi di WC itu! Lagian kamu kenapa sih.. tiba-tiba menggenggam tangan ibu erat banget, jangan-jangan kamu membayangkan Retha ya..?

Ujar ibuku, sambil menggodaku.

Ternyata ketika doker tadi pergi Retha juga pergi, jadi yang menggenggam tanganku tadi adalah ibuku, pantas saja aku tidak merasa asing dengan tangannya karena terasa kasar sekali dan tidak lembut cuma karena aku berpikir itu Retha sehingga aku tidak begitu peduli dengan tangannya yang lembut atau tidak.

Aku benar-benar kalau ngomong seenak jidat saja, apalagi ketika aku bilang kalau tangan ibuku kasar, kalau itu sampai di dengar ibu bantal ini sudah pasti melayang dan jika aku tahu kalau ibu akan datang, aku tidak perlu berpura-pura tidur lagi karena aku pasti akan diledekin ibu.

Dan itu ternyata terbukti sekarang, ibu sudah meledekku, apalagi ibuku juga tahu kalau aku pingsan karena mengungkapan perasaan atau jangan-jangan bisikan dokter kepadaku itu karena di suruh oleh ibu, malu sekali aku dan untungnya Retha tadi keluar, kalau dia masih di sini tadi, ibuku pasti akan guling-guling sambil tertawa mengejekku.

“Oh iya nak, kamu sudah memberikan bunga mawar itukan, lalu apa tanggapan Retha? Ujar ibuku yang tiba-tiba mendekat ke arahku.

Aku ingin sekali berbicara panjang lebar sama ibu, soal mawar itu tapi tubuhku masih lemas karena pingsan tadi, sehingga aku hanya menjawab seadanya saja.

“Retha, hanya bilang kalau dia ingin laki-laki yang mencintai dirinya adalah laki-laki yang serius sama dia dan menerima dia apa adanya!

"Dia tidak ingin laki-laki itu merubah diri hanya untuk dia! Dia ingin cintai yang saling melengkapi!

"Bukan cintai yang merugikan salah satu pihak hanya karena laki-laki itu berusaha berubah menjadi apa yang dia mau! Dia tidak mau cinta yang seperti itu!”

Ujarku, sambil memperbaiki posisiku yang kurang nyama.

Padahal aku tadi berbicara tidak banyak pada awalnya, namun ketika itu menyangkut Retha mulutku rasanya tidak bisa di rem dan ingin terus berbicara dan ketika ibu mendengar aku berbicara, ibu hanya geleng-geleng kepala saja, seperti sudah hafal dengan apa yang ingin aku katakan.

“Oke Andra, intinya di sini kamu sudah mulai bergerak! Bagus ibu bangga sama kamu nanti kalau infusnya sudah habis dan sudah boleh pulang, ibu mau masakin kamu sayur sop ke kesukaanmu!

"Dan jangan lupa! Kamu harus maju jangan mundur! Yang suka sama dia itu banyak dan antri lagi, kamu beruntung bisa sedekat ini!”

Ujar ibuku, yang tiba-tiba menepuk pundakku.

1
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir nich Thor /Hey/
mampir say~ AGREEMENT
Semangat kakk ... ditunggu yahhh
mampir say~ AGREEMENT
wahh pake pov satuu
Seven sweet
seru banget
HANDER
semangat tor, ditunggu bab selanjutnya
Seven sweet: Terima kasih thor, kamu juga semangat ya... di tunggu juga bab selanjutnya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!