Ryan, kekasih Liana membatalkan pernikahan mereka tepat satu jam sebelum acara pernikahan di mulai. Semua karena ingin menolong kekasih masa kecilnya yang sedang dalam kesusahan.
Karena kecewa, sakit hati dan tidak ingin menanggung malu, akhirnya Liana mencari pengganti mempelai pria.
Saat sedang mencari mempelai pria, Liana bertemu Nathan Samosa, pria cacat yang ditinggal sang mempelai wanita di hari pernikahannya.
Tanpa ragu, Liana menawarkan diri untuk menjadi mempelai wanita, menggantikan mempelai wanita yang kabur melarikan diri, tanpa dia tahu asal usul pria tersebut.
Tanpa Liana sadari, dia ternyata telah menikah dengan putra orang paling berkuasa di kota ini. Seorang pria dingin yang sama sekali tidak mengenal arti cinta dalam hidupnya.
Liana menjalani kehidupan rumah tangga dengan pria yang sama sekali belum dia kenal, tanpa cinta meskipun terikat komitmen. Sanggupkah dia mengubah hati Nathan yang sedingin salju menjadi hangat dan penuh cinta.
Temukan jawabannya disini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minaaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.21 Dia Ereksi
Saat bibir Nathan hampir menyentuh bibir Liana, jarinya mencengkeram seprai dengan intensitas yang kuat , mengkhianati kegelisahan di dalam dirinya.
Dia menarik napas dalam-dalam, sebagai upaya terakhir dalam keputusasaan dan mengumpulkan sisa-sisa kendali di dalam dirinya, lalu tiba-tiba duduk tegak.
Liana, yang masih tenggelam dalam mimpi, bergerak sedikit sebagai respons, tangannya yang tadinya beristirahat di lengan Nathan terlepas saat dia berbalik ke sisi lain dengan suara gemerisik lembut selimut.
Nathan memanfaatkan momen itu untuk melepaskan tangannya dengan lembut dan duduk diam di tepi tempat tidur, napasnya cepat dan tidak teratur.
Udara dipenuhi dengan parfum unik Liana, campuran yang menggoda yang menarik dirinya seperti magnet
Nathan berjuang keras menahan keinginan yang bergolak di dalam dirinya. Benteng pertahanan dirinya seolah-olah runtuh hanya dengan satu sentuhannya.
Apakah pesonanya begitu mendalam?
Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi yang pasti, tinggal di tempat ini bukanlah pilihan bijak. Dia harus pergi sebelum dia kehilangan kontrol atas dirinya sendiri.
Dia harus pergi, dan itu bukan lagi sebuah tawaran, tapi keharusan.
Dengan tekad yang rapuh seperti es, dia berdiri, gerakannya cepat dan tak berbunyi. Dia meninggalkan ruangan dengan cepat, meninggalkan Liana dalam tidurnya yang tenang, yang tak mengerti akan badai emosi yang baru saja dia tahan.
Kembali ke kamar pribadinya, Nathan melangkah ke kamar mandi. Guyuran air dingin langsung menyapu tubuhnya, air yang mengalir deras seperti aliran lava dingin yang mencoba memadamkan api gairah di dalam dirinya yang dinyalakan oleh kedekatan mereka tadi, aliran air itu berkumpul dan berputar menuju ke saluran pembuangan.
Dia mengusap rambutnya yang basah, kelopak matanya tertutup secara naluriah.
Dalam sekejap, senyum cerah Liana muncul di benaknya. Bibir merahnya tergambar jelas dalam ingatannya. Aroma manis tubuhnya yang tertinggal seolah masih membekas, membungkus dirinya dalam bayangan Liana.
Mata Nathan terbuka lebar, kaget dan tak percaya, itulah yang tergambar dalam ekspresi di wajahnya.
Nathan menundukkan kepalanya, ia menyadari bahwa ia telah ereksi, pikirannya mendadak kacau, pusaran keinginan itu semakin lama semakin dalam menggoda hasrat di dalam dirinya.
Apakah dia telah kehilangan akal sehatnya? Apakah dia berubah menjadi orang bodoh yang dikuasai nafsu?
Air dingin mengalir tanpa henti, hingga akhirnya berhenti, meninggalkan kesunyian yang mengerikan dari seru nafasnya yang terputus-putus menembus udara malam yang sunyi.
Bunyi dering teleponnya yang nyaring membuat Liana terbangun keesokan paginya.
Saat ia mengedipkan mata dan membuka matanya, dia merasakan sakit kepala yang hebat mengancam yang seakan-akan berusaha untuk menariknya kembali ke kenyamanan tidur.
Dengan sedikit mengeluh, ia meraih handphonenya, jarinya menyentuh layar untuk mematikan alarm yang berbunyi, "Hari pertama kerja."
Dia melompat bangun, pikirannya langsung terjaga.
Kemarin, dia baru saja mengatur alarm itu sesaat setelah meninggalkan RC Corporation, sebagai pengingat tegas tentang orientasi yang harus dia ikuti hari ini. Jadi tidak ada waktu untuk terlambat.
Dia mengetuk-ngetuk jarinya di pelipisnya yang berdenyut, berusaha mengingat kembali memori yang samar tentang yang terjadi, bagaimana caranya dia bisa tidur di kamarnya semalam.
Namun, tidak ada waktu untuk berlama-lama. Dengan terburu-buru, dia bergegas ke kamar mandi, menikmati mandi air hangat yang cepat, sebelum berlari ke bawah untuk sarapan.
Saat tiba di ruang makan, dia melihat Nathan telah duduk di meja.
"Nathan, kapan kamu pulang tadi malam?" tanyanya, duduk di kursi dan mengambil sepotong roti. Dia menggigitnya, tanpa menyadari perubahan air muka yang melintas di wajah Nathan saat dia bertanya. Nathan mengernyitkan kedua alisnya, bertanya dengan raut wajah dingin.
"Sungguh kamu tidak ingat apapun yang terjadi tadi malam?"
Dari pada kamu ngehujat para penulis Noveltoon, dan bikin dosa, lebih baik nggak usah baca novel - novel di aplikasi ini. Saya merasa miris dengan pembaca seperti anda
Bagimana susahnya para penulis ini membuat novel, dan anda cuma tahu memaki, saya kasihan banget pada anda. ?
buanglah mantan pada tempatnya
selamat datang kehidupan baru
semoga masa depanmu secerah mentari pagi