Bangkitnya Ratu Yang Terabaikan

Beberapa Mil dari Ibukota, Raja Arthur dan rombongannya berkuda dalam keheningan yang tegang, hanya suara tapak kuda yang memecah dinginnya malam. Ibukota kini sudah terlihat, cahayanya samar-samar menyebar di kejauhan.

Tuan Elar, yang masih tertekan oleh pesan Token dan kebingungan Raja Arthur, mencoba melancarkan serangan terakhir sebelum mereka mencapai gerbang.

"Yang Mulia," bisik Tuan Elar, suaranya dipenuhi urgensi palsu.

"Saya melihatnya! Ratu Amora sedang membersihkan jejaknya, Ratu Amora mempercepat kedatangan Anda agar Anda tidak sempat mengumpulkan bukti, Beliau pasti telah mengunci Pangeran Kevin!" hasut Tuan Elar, penuh dusta

Arthur tidak menjawab, tetapi Raja Arthur memacu kudanya lebih cepat, hatinya berdebar tidak nyaman.

Saat mereka mendekati pinggiran kota, melewati desa-desa kecil yang sudah tertidur, mata Raja Arthur menangkap pemandangan yang aneh.

Di dinding salah satu rumah penginapan tua yang remang-remang, yang terletak tepat di jalur utama menuju gerbang kota, terpampang sebuah lukisan besar.

Lukisan itu dicetak dengan tinta tebal dan besar, serta dilindungi di bawah atap agar tidak basah oleh embun.

Raja Arthur memberi isyarat agar rombongan berhenti sejenak, di bawah cahaya bulan sabit yang samar.

Lukisan di dinding penginapan tua itu menampilkan lambang Kerajaan Lemos, tetapi di bawahnya, terdapat tiga gambar wajah yang dicoret dengan tinta hitam pekat, mereka adalah Tuan Denton, Tuan Silas dan Tuan Valerius, di sampingnya ada kata. Pengkhianat.

Dan dia bagian bawah, terdapat sebuah pengumuman resmi dengan meterai Ratu Lemos.

Atas perintah Yang Mulia Ratu Amora, dalam tindakan membersihkan Istana dari tikus korupsi yang menggerogoti kas Kerajaan dan menyebabkan kelaparan rakyat, Tuan Valerius, Tuan Silas, dan Tuan Denton telah ditangkap, diadili, dan dipenjara.

Kini, di bawah kepemimpinan baru dan reformasi pajak, setiap rakyat dapat makan dengan tenang. Ratu Lemos peduli pada perut Anda!

Tepat di samping poster itu, terdapat sebuah keranjang kosong, di bawahnya tertulis.

Disediakan untuk sumbangan makanan yang terkumpul untuk janda dan anak yatim prajurit.

Raja Arthur membeku di atas kudanya. Itu adalah tampilan otoritas publik yang belum pernah dilakukan oleh Istana.

Itu adalah gambaran yang keras dan populis, lukisan pengumuman itu tidak hanya mengumumkan penangkapan, tapi menghubungkan penangkapan dengan perut rakyat.

Kepedulian yang tinggi!

Tuan Elar segera mengambil kesempatan, untuk memprovokasi Raja Arthur.

"Lihat, Yang Mulia! Ratu Amora mengumumkan penangkapan itu dengan sombong! Dia mempermalukan mereka di hadapan rakyat! Dia ingin terlihat seperti pahlawan-"

"Tutup mulutmu, Elar!" potong Raja Arthur, suaranya rendah dan penuh ketegasan.

Tuan Elar membeku dan menelan ludah nya kasar.

Raja Arthur turun dari kudanya dan mendekati poster itu. Dia mencium tinta cetaknya; baru. Dia melihat coretan di wajah Valerius, Silas, dan Denton.

"Lukisan pengumuman ini ditujukan untuk Rakyat, Elar! Bukan untuk Bangsawan!" gumam Raja Arthur, lebih kepada dirinya sendiri.

"Jika Ratu Amora ingin merebut kekuasaan, dia bisa saja mengirim surat tertutup kepada Anggota Dewan, tetapi Ratu Amora memilih untuk mempertontonkan ini. Dia memilih untuk menunjukkan kepada rakyat bahwa Ratu mereka yang baru telah mengamankan makanan mereka dengan memotong leher tikus-tikus korupsi," ucap Raja Arthur mengepal kan tangan nya kuat.

Raja Arthur merasa marah dan gagal sebagai seorang pemimpin, ternyata selama ini dirinya telah memelihara para tikus yang menjadi penyebab utama penderitaan rakyat nya.

Raja Arthur naik kembali ke kudanya, dengan perasaan kalut, pikirannya kini semakin keruh.

Surat kedua yang histeris dan tuduhan Elar terasa hampa dan penuh emosi, sementara bukti fisik dan desas-desus yang ia dengar adalah tentang aksi nyata dan efisiensi Ratu Amora.

Ratu Amora tidak hanya berubah menjadi licik, dia berubah menjadi efektif, sesuatu yang telah lama ku abaikan, pikir Raja Arthur, sambil terus memacu kudanya.

Setelah menempuh perjalanan empat jam, rombongan Raja Arthur akhirnya tiba di Gerbang Utama Ibukota, suasana malam masih sangat gelap.

Raja Arthur menyadari sesuatu yang aneh. Gerbang tidak dijaga oleh Pengawal Istana biasa, yang biasanya mudah tertidur di tengah malam.

Gerbang di jaga oleh prajurit dari Resimen Utara, yang dikenal karena ketangguhan dan loyalitas mereka kepada Ryken.

Prajurit ini berdiri tegak, dengan baju zirah yang bersih, tampak waspada dan disiplin.

Dengan aura agung nya, Raja Arthur mendekati Gerbang.

"Buka Gerbang nya!" perintah Raja Arthur dengan suara berwibawa.

Prajurit penjaga, seorang sersan muda dengan mata tajam, segera memberi hormat yang sempurna.

"Salam Yang Mulia Raja Arthur Lemos! Kami telah diberitahu oleh Menteri Pertahanan Ryken bahwa Anda akan tiba. Beliau memerintahkan kami untuk membuka gerbang dan memastikan keamanan maksimal di malam hari," ucap salah satu penjaga membungkuk kan badan nya hormat.

"Menteri Pertahanan? Kapan jabatan itu di isi?" tanya Arthur, terkejut dengan kecepatan birokrasi ini.

"Beberapa hari yang lalu, Yang Mulia. Kapten Ryken dari perbatasan Utara. Beliau adalah orang yang baru saja membersihkan bandit di perbatasan dengan taktik baru yang cerdas!" jawab Sersan itu dengan nada bangga.

"Bagus. Biarkan kami masuk," ucap Raja Arthur mengangguk singkat.

"Baik Yang Mulia," jawab Sersan, sopan.

Saat rombongan bergerak melewati gerbang, Raja Arthur memperhatikan setiap detail, jalanan Ibukota terlihat lebih tenang, tidak ada keributan, bahkan tidak ada pengemis yang tidur di pinggir jalan, keamanan terasa lebih ketat, tetapi tidak represif.

Raja Arthur kini hanya berjarak beberapa blok dari Istana, Raja Arthur sudah berada di dalam gerbang kota, tetapi belum tiba di pintu masuk Istana kerajaan Lemos.

Ryken, Kapten dari perbatasan Utara, telah memenangkan loyalitas orang-orang yang paling aku percayai dalam hal militer, pikir Raja Arthur.

Hah....

Raja Arthur menarik napas panjang, dirinya telah kembali ke Ibukota yang sangat berbeda dari apa yang dirinya tinggalkan satu Minggu yang lalu.

Istana telah dirombak, dan dirinya tahu, begitu ia melewati gerbang terakhir dan mencapai halaman Istana, ia akan menghadapi Ratu Amora yang kini telah menjadi Ratu Sejati, dalam konfrontasi yang tak terhindarkan.

"Entah bagaimana nanti aku menghadapi Ratu Amora yang baru. Apakah dia masih sama sifat nya, akan merecoki ku setiap hari, seperti biasanya," batin Raja Arthur termenung di atas kuda nya.

Hey Yang Mulia Raja, Kau tidak akan lagi melihat sifat bodoh Ratu Amora, karena Ratu Amora yang sekarang adalah seorang agen rahasia, yang sangat berbahaya di masanya, siapkan dirimu untuk berhadapan langsung dengan nya, dan jangan lupa siapkan juga jantung dan hati mungil mu🥱

"Elar, tetaplah di belakangku! Jangan bicara kecuali aku bertanya!" perintah Raja Arthur tegas, matanya menyala dalam kegelapan.

"Baik Yang Mulia," jawab Tuan Elar tidak berani membantah.

Rombongan Arthur semakin dekat dengan dinding luar benteng Istana, cahaya fajar sebentar lagi akan menyingsing.