Camelia mengulurkan tangannya untuk Raisa, ketika mereka masih kecil. Camelia meminta orang tuanya mengadopsi Raisa, menjadi kakaknya, karena Raisa sudah menjadi yatim piatu akibat kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan.
Sayangnya setelah dewasa, keduanya jatuh cinta pada pria yang sama. Raisa yang merasa iri dengki pada Camelia yang mendapatkan segalanya. Bahkan tega meracuni kedua orang tua Camelia, juga Camelia. Bahkan membakar rumahnya.
Setelah itu, Raisa melakukan operasi plastik persis seperti wajah Camelia. Rayyan yang baru kembali dari luar negeri, membawa Camelia palsu ke rumahnya, menikahinya.
Tanpa dia tahu, Camelia yang asli tengah berjuang antara hidup dan mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Semakin Dekat
Dari ruangannya, Rayyan memang bicara dengan Keanu. Tapi, dia malah panggil salah satu anak buahnya yang merupakan direktur pemasaran yang pernah menjadi pasien dokter Keanu. Alhasil, tentu saja anak buahnya itu yang sibuk mengobrol dengan dokter Keanu. Dan dia hanya sibuk memperhatikan Camelia dari tempat yang hanya terhalang oleh dinding kaca itu.
'Dia manis sekali' gumam Rayyan dalam hati.
Hingga satu jam berlalu, Camelia sudah selesai dengan lukisannya. Tapi Keanu malah belum selesai dengan anak buah Rayyan si direktur pemasaran itu.
Rayyan berjalan ke arah ruangan itu, membuka pintunya perlahan. Sebuah lukisan pemandangan yang cukup menarik, dari sudut sebuah jendela, Camelia melukis gedung-gedung tinggi yang ada di depannya.
"Kamu melukis pemandangan dari sudut pandang di ruangan ini?" tanya Rayyan lembut.
Camelia mengangguk.
"Jadi, kamu bisa melukis objek?" tanya Rayyan.
Tapi itu memang pertanyaan yang sebenarnya tidak membutuhkan jawaban. Memangnya ada pelukis yang tidak bisa melukis objek.
Dan lagi-lagi Camelia menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Rayyan itu dengan sebuah anggukan.
"Bisa lukis aku?" tanya Rayyan.
Camelia mendongak. Kali ini pandangannya terlihat serius tertuju kepada pria yang ada di hadapannya itu. Sebenarnya, Camelia lebih ke tidak berani. Bukan tidak mampu.
"Diam aku anggap setuju. Besok masih libur kan? aku jemput ya jam 10 pagi!"
"Kak..."
Tapi mau protes juga percuma, karena pria itu bahkan sudah keluar dari ruangan itu. Menuju ke ruangannya.
"Paman, lukisan Caca sangat indah. Aku akan pajang di ruangan ini setelah kering. Dan beberapa hari lagi adalah ulang tahun pernikahan ayah dan ibuku. Bolehkah aku minta Caca mengajariku melukis, aku ingin melukis kedua orang tuaku. Sebagai hadiah untuk mereka?" tanya Rayyan pada Keanu.
Camelia yang mengikuti Rayyan sedikit tertegun karena memang yang tadi dikatakan oleh pria itu bukan seperti itu.
"Mana calon membantu ibu" sebuah suara terdengar dari pintu ruangan itu.
Wanita patuh baya dengan pakaian yang sangat rapi dan elegan. Tampak langsung membuat suasana menjadi menegangkan.
"Dokter Keanu!" sapa wanita itu. Dia salah Olivia Danuwirya, ibunya Rayyan.
"Nyonya Olivia!" sapa balik Keanu.
"Oh, jadi ini calon menantu ibu?" tanya Olivia yang langsung berjalan ke arah Camelia.
Camelia langsung menjadi gugup. Pacar saja dia tidak punya, kenapa sekarang malah di bilang calon menantu.
"Aku..." Camelia menjadi sangat gugup.
Keanu sekarang mulai paham. Kalau di pikir-pikir, banyak pelukis yang lebih profesional di luaran sana. Lantas kenapa dia minta putrinya yang bisa di bilang masih belajar, meski memang lukisannya bagus itu untuk melukis di tempatnya ini.
Keanu tersenyum ketika Olivia menghampirinya.
"Putraku suka sekali pada putrimu, tuan. Bagaimana kalau setelah si cantik ini lulus sekolah. Kita segera membahas pertunangan dokter Keanu?" tanya Olivia yang setelah melihat Camelia juga sangat suka padanya.
Keanu melihat ke arah anaknya. Wajah Camelia merah sekali. Putrinya sepertinya sangat malu. Namun, sebagai seorang ayah dia juga ingin putrinya berhubungan baik dengan pria yang mapan dan juga bertanggung jawab. Rayyan adalah orang yang tepat.
"Kalau aku, terserah anak-anak saja nyonya Olivia!" kata Keanu.
Rayyan terus menatap Camelia. Dan pria itu memberanikan dirinya mendekati Camelia.
"Kedua orang tua sudah setuju, bagaimana denganmu?" tanya pria yang usianya lebih tua 8 tahun itu darinya.
Camelia tidak tahu harus bicara apa. Tapi, suasana di tempat ini memang membuatnya sangat gugup. Namun, baginya Rayyan cukup baik.
Setelah hari itu, hubungan Rayyan dan Camelia memang sangat baik. Camelia sering datang ke perusahaan setiap kali libur. Hingga 6 bulan berlalu. Keduanya memang sudah sangat dekat.
Rayyan mulai berani datang ke rumah setiap malam minggu. Dan itu membuat Raisa menjadi kesal.
Kedua kalinya Rayyan datang. Yang membukakan pintu adalah Raisa.
"Kak Rayyan" sapa Raisa yang sengaja mengenakan dress biru, warna kesukaan Camelia.
Tapi bahkan Rayyan tidak membalas sapaan Raisa itu.
"Caca ada kan? tolong panggil dia ya!" kata Rayyan yang langsung masuk melewati Raisa dan duduk di ruang tamu.
"Nak Rayyan!" sapa Vania.
Rayyan yang mendengar suara Vania segera berdiri.
"Bibi, apa kabar. Aku datang ingin mengajak Caca pergi ke galeri" jelas Rayyan.
"Iya Caca sudah bilang! Raisa, tolong panggil adik kamu ya, nak!"
Raisa mengangguk. Meski sebenarnya dia masih ingin berlama-lama melihat Rayyan. Dan ingin Rayyan melihat gaun biru yang dia pakai itu.
Raisa berjalan ke.arah kamar Camelia.
"Ca, kak Rayyan sudah datang. Katamu kalian tidak pacaran! kenapa dia sudah dua kali sayang kemari di malam minggu?" tanya Raisa dengan ekspresi kesal.
"Satu bulan lalu memang tidak kak. Tapi, dua minggu yang lalu kak Rayyan minta kejelasan hubungan kami. Aku setuju pacaran dengannya. Dia baik, dia sangat perhatian, dia memberikan aku banyak barang..."
'Huhhh, kenapa malah pamer sih?' keluh Raisa dalam hati dengan tatapan sewot pada Camelia.
Tapi karena Camelia sibuk bersiap. Dia tidak memperhatikan ekspresi Raisa itu.
"Dan lagi, ayah dan ibu, juga kedua orang tuanya kak Rayyan sudah sepakat. Setelah aku lulus, kami akan bertunangan!"
"Apa? bertunangan?" tanya Raisa terkejut bukan main.
Camelia yang mendengar kakak angkatnya itu sedikit meninggikan suaranya segera berbalik dan melihat ke arah kakak angkatnya itu.
"Iya, kenapa kak?" tanya Camelia yang agak bingung, kenapa kakak angkatnya itu sampai terkejut seperti itu .
Raisa marah, dalam hatinya ada bara api kecemburuan yang membara. Tapi dia tidak mungkin menunjukkan hal itu pada Camelia.
"Ah, tidak! aku hanya terkejut. Kenapa sejak dulu kamu beruntung sekali ya Camelia? sudah di lahirkan di keluarga yang kaya, baik, mapan. Sekolah banyak teman, disayang guru-guru. Bahkan ketika kamu beranjak dewasa, kamu tidak perlu mengejar seseorang yang kamu sukai. Pria itu yang mengejar kamu. Kenapa hidupmu sangat beruntung Camelia?" tanya Raisa dengan amarah yang tertahan.
Camelia menoleh ke arah kakaknya.
"Kakak kenapa bicara seperti itu? kebetulan saja! lagipula kata ibu, jodoh itu sudah ada yang menentukan di waktu yang tepat. Nanti kakak juga kalau sudah waktunya, juga pasti bertemu seseorang yang mencintai kakak seperti kak Rayyan mengatakan dia sangat mencintaiku. Ayo!" ajak Camelia merangkul lengan Raisa.
'Huhh, apa katamu! aku tidak percaya, dan aku tidak terima. Jodohku, aku yang tentukan. Dan yang aku inginkan hanya Rayyan!' batin Raisa.
***
Bersambung...
m...
sulit berpaling dari pesona Camelia 🤭
hatinya Raisa kotor sekali ya, minta di Rinso sepertinya biar bersih tanpa noda 🤣🤣🤭🤭
kok jadi kayak gitu anaknya 🤭