Bagi Nadin, bekerja di perusahaan besar itu impian. Sampai dia sadar, bosnya ternyata anak tetangga sendiri! Marvin Alexander, dingin, perfeksionis, dan dulu sering jadi korban keisengannya.
Suatu hari tumpahan kopi bikin seluruh kantor geger, dan sejak itu hubungan mereka beku. Eh, belum selesai drama kantor, orang tua malah menjodohkan mereka berdua!
Nadin mau nolak, tapi gimana kalau ternyata bos jutek itu diam-diam suka sama dia?
Pernikahan rahasia, cemburu di tempat kerja, dan tetangga yang hobi ikut campur,
siapa sangka cinta bisa sechaotic ini.
Yuk, simak kisah mereka di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Pengumuman pernikahan
Di Kantor Alexander Corp, suasana kantor pagi itu terasa beda. Biasanya ramai oleh suara keyboard dan tawa kecil para staf, tapi kali ini semuanya hening. Setiap karyawan yang melihat Gibran dan Aulia dipanggil ke ruang rapat pribadi asisten CEO langsung saling berbisik pelan.
“Katanya gara-gara pesta semalam...”
“Yang fotonya sempat hampir viral itu?”
“Shh! Jangan keras-keras!”
Sementara di dalam ruangan, ketegangan bisa dirasakan sampai ke udara. Aulia duduk dengan tangan saling menggenggam di pangkuan, sementara Gibran bersandar di kursi dengan wajah serius tapi jelas sedang menahan kesal.
Asisten Marvin membuka map laporan dengan nada hati-hati.
“Jadi, sesuai rekaman CCTV ... Pak Gibran dan Bu Aulia terlihat membawa Bu Nadin ke lantai atas dalam keadaan tidak sadar.”
Aulia langsung memotong cepat, “Itu salah paham! Saya cuma kasih jus. Saya tahu Nadin nggak minum alkohol, makanya saya bawain minuman aman.”
Nada suaranya tinggi, tapi sorot matanya gelisah.Asisten menatap datar.
“Lalu kenapa setelah itu beliau tidak sadarkan diri selama hampir satu jam?”
Aulia menelan ludah. “Saya ... saya nggak tahu. Mungkin ada yang iseng campur sesuatu ke gelasnya, tapi saya nggak...”
Gibran yang sejak tadi diam, mendadak tertawa sinis.
“Iseng? Kamu sendiri yang ngasih minumannya, Aulia.”
Aulia menatapnya tajam. “Maksud Bapak, aku yang nyampur obatnya?”
“Ya aku cuma nanya,” balas Gibran santai, tapi matanya dingin. “Karena aku nggak pegang apa-apa selain bantu kamu bawa Nadin. Dan kamu yang terus maksa bawa dia naik, ingat?”
“Pak Gibran, jangan tuduh sembarangan!”
“Tuduh? Aku cuma jelasin fakta.”
Keduanya mulai beradu kata, suara meninggi. Hingga,
Brak!
Pintu ruangan terbuka keras, semua kepala otomatis menoleh. Marvin berdiri di ambang pintu, wajahnya datar tapi matanya tajam seperti bilah pisau. Ia melangkah masuk tanpa bicara, langkah sepatunya menggema.
“Sudah cukup,” katanya pelan tapi tegas.
Gibran dan Aulia langsung terdiam. Marvin menatap keduanya bergantian.
“Aku nggak mau dengar pembelaan. Aku cuma mau tahu satu hal.”
Ia meletakkan dua foto hasil CCTV di meja. Dalam foto itu terlihat Gibran menopang Nadin yang terhuyung, sementara Aulia menuntunnya menuju tangga.
“Aku mau tahu,” lanjut Marvin dengan suara pelan tapi dingin, “siapa di antara kalian yang membuat istriku kehilangan kesadaran di tengah pesta perusahaan?”
Kata istriku itu membuat ruangan sontak senyap. Asisten yang ada di sana hampir menjatuhkan pulpennya. Sementara Aulia menegang, wajahnya pucat seketika.
“Is ... istrimu, Pak?” ulangnya terbata.
Marvin mengangkat dagu sedikit. “Ya. Nadin bukan hanya staf di sini. Dia istriku, dan aku nggak akan diam kalau ada yang berani menyentuhnya tanpa izin.”
Keheningan turun lagi, Gibran terlihat kaget, sementara Aulia mulai menunduk dengan wajah yang penuh rasa bersalah dan juga takut.
Marvin berbalik pada asistennya. “Kumpulkan semua bukti dan kirim ke saya. Mulai hari ini, Aulia diskors sampai penyelidikan selesai.”
Aulia hendak protes, tapi tatapan Marvin membuatnya menelan kembali kata-katanya. Pintu ditutup keras ketika Marvin keluar, meninggalkan dua orang itu dengan jantung berdebar dan rasa malu yang luar biasa.
Suara bisik-bisik terdengar dari setiap sudut. Bahkan satpam depan saja sampai ikutan berdebat soal siapa yang pertama kali dengar kabar itu.
“Katanya Pak Marvin sendiri yang ngumumin.”
“Ah, masa? CEO segitu dinginnya bisa jatuh cinta sama Nadin?”
“Ya ampun, pantes tiap hari berangkat bareng!”
“Aku kira mereka tetanggaan doang, ternyata serumah beneran!”
Sementara di lantai atas, Nadin melangkah cepat menunduk, berusaha menghindari semua tatapan dan senyum-senyum jahil dari rekan kerjanya. Beberapa bahkan pura-pura batuk sambil nyanyi pelan.
“Cintaku jatuh pada sang bos...”
Nadin hampir melempar map ke arah mereka kalau saja dia bukan lagi istri CEO.
“Dasar mulut ember!” gerutunya pelan sambil masuk ke ruangannya. Begitu pintu tertutup, ia menjatuhkan diri ke kursi dan menutupi wajah dengan tangan.
“Ya Tuhan ... ini semua gara-gara dia ngomong duluan!”
Di ruangan lain, Marvin justru tampak sangat santai. Ia duduk di kursinya dengan segelas kopi, senyum kecil terbit di bibirnya ketika membaca headline di grup kantor, Asistennya mendekat dengan wajah was-was.
“Pak ... soal pengumuman semalam ... apakah Ibu Nadin sudah tahu?”
Marvin meneguk kopinya santai. “Belum.”
“Belum, Pak?”
“Kalau aku tunggu dia siap, mungkin sampai pensiun aku masih bujangan di depan publik.”
Nada tenangnya malah bikin asistennya makin pusing. Sementara itu, di kantin karyawan, Gibran duduk di pojok dengan ekspresi menyesal berat. Ia menatap gelas kopinya yang sudah dingin dan menghela napas panjang.
“Jadi, semua ini ulah Aulia,” gumamnya pelan. “Aku cuma ikut bantuin, eh malah kena jebakan.”
Seorang staf yang lewat nyengir.
“Pak Gibran, kasihan banget, kalah saing sama bos sendiri ya?”
Gibran mendesah lelah. “Bukan kalah saing ... kalah nasib.”
Ia menatap ke arah lift tempat Nadin baru keluar tersenyum kaku ke beberapa rekan kerja yang menggoda. Rasanya nyesek, tapi juga lega, karena akhirnya dia tahu siapa yang sebenarnya bersalah malam itu, yaitu Aulia.
Di saat yang sama, Aulia justru duduk sendirian di meja paling belakang, wajahnya pucat, mata kosong. Semua orang menatapnya dingin setelah tahu dia yang menyebabkan kekacauan. Statusnya yang sedang diskors sudah tersebar. Sementara Nadin, yang akhirnya dipanggil ke ruang CEO, menghela napas berat sebelum masuk.
Begitu pintu tertutup, matanya langsung melotot ke arah suaminya yang masih duduk santai.
“Pak CEO...”
“Ya, Bu Istri CEO?” sahut Marvin dengan senyum jail.
“Kenapa kamu bilang ke semua orang kita sudah menikah?!”
Marvin menatapnya, tersenyum lembut tapi mata jahilnya bersinar.
“Karena aku capek menyembunyikan orang yang paling aku banggakan.”
Nadin menatapnya tak percaya. “Bangga? Yang bener aja, sekarang aku jadi bahan gosip satu kantor!”
Marvin berdiri, mendekat pelan sambil memegang bahunya.
“Ya biarin ... daripada jadi rahasia, mending seluruh dunia tahu aku milikmu.”
Nadin mengedip cepat, pipinya memerah.
“Jangan ngomong kayak gitu di kantor, Pak.”
“Terlambat, semua orang udah tahu.”
Dari luar ruangan, beberapa staf yang pura-pura lewat saling sikut dan berbisik,
“Astagaa ... mereka so sweet banget...”
“Pak Marvin ternyata husband material ya, bukan cuma bos galak...”
Marvin membuka pintu dan melirik keluar, suaranya tegas tapi ekspresinya tetap datar:
“Kalau kalian sempat nguping, artinya kerjaan kalian udah selesai semua, kan?”
Seketika kantor kembali hening, dan Nadin cuma bisa menepuk kening sambil menahan tawa sekaligus rasa malu yang luar biasa.
rasanya pengen tak getok aja tuh kepalanya Anita biar gegar otak sekalian . jadi orang kok murahan banget mau merebut suami orang .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sampai bacanya gemes tolong pelakor di hempaskan biyar kapok dan kena karmanya....
heeee lanjut Thor semangat 💪
tapi ingat aja Anita.... kamu gak akan menang melawan wanita bar-bar seperti Nadin Alexander .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
dan ternyata drama ibu hamil masih berlanjut terus . bukan Nadin yang hamil yang bikin heboh , tapi Marvin suaminya malah sekarang ditambah mertuanya .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
tapi pantes aja sih kelakuan Anita kayak gitu , orang ajaran dan didikan ibunya juga gak bener .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
apalagi sekarang Nadin lagi hamil makin sayang dan cinta mereka makin tumbuh lebih besar .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
selamat ya Nadin dan Marvin , semoga kehamilannya berjalan lancar hingga lahiran nanti .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍