NovelToon NovelToon
Membawa Benih Sang Casanova

Membawa Benih Sang Casanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Action / Romantis / Mafia
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ibu.peri

Demi biaya pengobatan ibunya, Alisha rela bekerja di klub malam. Namun kepercayaannya dikhianati sang sahabat—ia terjerumus ke sebuah kamar hotel dan bertemu Theodore Smith, cassanova kaya yang mengira malam itu hanya hiburan biasa.
Segalanya berubah ketika Theodore menyadari satu kenyataan yang tak pernah ia duga. Sejak saat itu, Alisha memilih pergi, membawa rahasia besar yang mengikat mereka selamanya.
Ketika takdir mempertemukan kembali, penyesalan, luka, dan perasaan yang tak direncanakan pun muncul.
Akankah cinta lahir dari kesalahan, atau masa lalu justru menghancurkan segalanya?
Benih Sang Cassanova

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu.peri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TERLAMBAT

Sinar matahari belum sepenuhnya menembus celah jendela ketika Alisha beranjak dari tempat tidur yang dingin dan asing itu. Langkahnya pelan, penuh kehati-hatian. Setiap gerakan terasa menyiksa. Rasa sakit di bagian b4wah tubuhnya membuatnya menggertakkan gigi, menahan isak yang hampir pecah.

Gadis 19 tahun itu baru saja lulus Sekolah akhir. Ia tak punya kemewahan untuk melanjutkan kuliah. Ayah tirinya seorang pengangguran pemabuk, dan ibunya sedang bertarung dengan kanker ganas. Selama ini, Alisha membagi waktunya antara sekolah dan bekerja paruh waktu—berjuang agar mereka bertahan hidup.

Namun pagi ini... semua perjuangan itu terasa sia-sia.

“Ssshh…” desisnya pelan, tangan mencengkeram sisi tempat tidur untuk berdiri. Pa ha nya nyeri. Hatinya lebih perih.

Dengan napas berat, ia melangkah menuju kamar mandi. Setiap tapak kaki seperti duri yang menancap dalam.

Begitu masuk dan menutup pintu, Alisha terkulai lemas. Punggungnya menyender pada dinding ubin yang dingin. Air matanya kembali tumpah.

Tubuhnya dipenuhi jejak merah… bekas malam yang tak pernah ia inginkan.

"Ya Tuhan…"

Ia menutup mulutnya, menahan isakan agar tak terdengar. Hanya suaranya sendiri yang menggema di antara dinding sempit itu.

"Aku tidak boleh bersedih. Ibu membutuhkanku… Aku harus ke rumah sakit..."

Tangannya yang gemetar menyeka air mata. Dengan sisa kekuatan yang ada, ia mandi secepatnya, membersihkan luka yang tak bisa dihapus hanya dengan air.

Setelah berpakaian dan memastikan kartu itu tersimpan rapi di balik tas kecilnya, Alisha keluar dari kamar dengan langkah cepat. Ia tidak boleh terlambat lagi. Tidak untuk kali ini.

Namun takdir seolah belum puas menyiksanya.

Di koridor hotel, seseorang menabraknya keras.

Brukkk.

“Awws…” Alisha meringis kesakitan.

Kepalanya menoleh, dan matanya langsung membelalak.

Vanesha.

Gadis itu terlihat tergesa, wajahnya memerah, tangan menutupi pipi kirinya—bekas tamparan yang baru saja mendarat. Mata mereka bertemu. Wajah Vanesha berubah pucat.

“Alisha…” bisiknya gugup, seperti melihat hantu masa lalu yang ingin ia lupakan.

Alisha menatapnya tajam, nyala di matanya penuh kemarahan dan luka yang dalam. Bekas merah di leher dan tubuhnya jelas terlihat meski tertutup sebagian pakaian.

“Kau puas, kan?” bisiknya tajam.

“Kau senang sudah menjeb4kku? Kau tega, Vanesha…” Suaranya mulai meninggi, nada tangis terselip dalam nada amarahnya. “Aku selalu baik padamu! Aku percaya padamu! Tapi kau... menusukku dari belakang!”

Beberapa orang menoleh, penasaran.

“Jangan berlebihan, Alish,” Vanesha membalas sinis, meski suaranya tak setegas biasanya. “Kau pikir aku tidak tahu siapa kamu sebenarnya? Jangan sok su ci! Kau pasti sudah t!dur dengan banyak pria sebelum ini! Jadi jangan pura-pura jadi korban sekarang. Dasarnya j4 lang tetaplah j4 lang.”

Ucapan itu—tajam, kejam, dan menusuk hati—membuat Alisha mematung sejenak.

Plak!

Tamparan keras dari tangan Alisha menghentak pipi kanan Vanesha. Suaranya menggema. Seketika, suasana koridor hotel berubah hening.

"Jaga mulutmu!" seru Alisha penuh amarah.

Ia mendekat. Wajahnya kini hanya beberapa inci dari wajah Vanesha. Matanya menatap tajam, bibirnya bergetar menahan emosi.

“Aku memang miskin, tapi aku bukan perempuan mur4han. Aku bekerja keras untuk hidup… bukan untuk mengkhianati orang lain, apalagi sahabat sendiri.”

Lalu ia berbisik, nadanya dingin dan menyeramkan.

“Suatu hari nanti, kau akan tahu rasanya dihancurkan oleh orang yang paling kau percaya. Dan saat itu datang, jangan pernah berharap aku peduli.”

Alisha melangkah pergi, tubuhnya masih tertatih, tapi tatapannya tegak.

Sementara itu, Vanesha berdiri membeku, menahan sakit di kedua pipinya—sebelah kiri oleh tamparan Tuan Derrick, dan kini kanan oleh Alisha. Lengkap sudah.

Dan yang paling menyakitkan, u4ng yang dijanjikan juga telah ditarik kembali. Tuan Derrick merasa tertipu—wanita yang datang ke kamarnya, sudah tidak vir gin lagi. Membuat Vanesha kehilangan muka, uang, dan satu-satunya teman yang tulus padanya.

“Dasar j4 lang!!” serunya penuh frustrasi sambil menatap punggung Alisha yang semakin menjauh. Namun tak ada kekuatan dalam teriakannya. Hanya amarah… yang kosong.

**

Rumah Sakit Umum Kota Toronto

Langkah Alisha terdengar terburu-buru menyusuri lorong rumah sakit yang berbau antiseptik. Nafasnya terengah, pelipisnya berkeringat, dan kedua tangannya menggenggam erat satu amplop besar berisi uang tunai. Matanya sembab, kulit di bawah matanya membengkak karena terlalu banyak menangis.

Setelah berhasil mencairkan uang lima puluh ribu dolar Kanada—hasil dari malam kelam yang membuat tubuhnya masih terasa nyeri—Alisha hanya punya satu tujuan: menyelamatkan sang ibu.

Margaret, ibunya, divonis menderita kanker otak stadium lanjut. Hari ini seharusnya menjadi hari yang menentukan, hari di mana sang ibu akan menjalani operasi besar yang mungkin bisa memperpanjang hidupnya.

Alisha mendekati meja administrasi dengan langkah tergesa.

"Maaf, saya mau membayar biaya operasi atas nama Margaret... Margaret Hanley," suaranya tercekat, namun ia memaksakan diri untuk terdengar tegas.

Seorang pegawai administrasi yang mengenal wajah Alisha—gadis yang hampir setiap hari datang menjenguk ibunya dan bertanya soal kemungkinan operasi—menatapnya dengan ragu. Dua staf lain di belakangnya saling bertatapan. Wajah mereka tak mampu menyembunyikan kecanggungan dan rasa kasihan.

"Maaf, nona..." ucap salah satu dari mereka pelan, "...Nyonya Margaret baru saja dipindahkan ke... ruang jenazah."

Deg.

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up thor
Reni Anjarwani
doubel up
Hari Saktiawan
selamat tahun Baru juga 🎊🎊🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎊🎉🎊🎉🎊🎊🎉🎉
Ndha: selamat tahun baru akak🤗🤗
total 1 replies
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉 selamat tahun Baru semua doa terbaik buat kita semua 🎉🎉🎉
Ndha: Aamiin... 🥳
total 1 replies
Bu Dewi
up lagi kak😍😍😍
Ndha: besok ya kak🤗
total 1 replies
Mifta Nurjanah
kurang itu hentakannya
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉🎉🎉 ayo Thor 🤗🤗🤗🤗🤗 di goyang up nya
Bu Dewi
up lagi kak🤭biasanya 2 kok ini cuma 1 seh/Whimper//Whimper//Grievance/
vj'z tri
ak hir nya ku menemukan mu ,saat haaati iiiini mulai meragukan , ku berharap engkaulah jawaban segala risau hatiku dan biarkan diriku mencintaimu hingga ujung usiaku🎉🎉🎉🎉🎉asekkkkkk
Aqillah Mustanir
up
Mifta Nurjanah
up lagi dongg minn
Bu Dewi
up lagi donk kak 🤭😄😍
Ndha: lanjut nanti kak😊
total 1 replies
vj'z tri
yakkkk itu Dady sayang Dady 🎉🎉🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
jangan an permen toko bahkan pabrik nya bakal langsung di kasih 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
ya di Dady mu dan sekarang pun bau tapi bau wangiiii princess 🎉🎉🎉🎉
Mifta Nurjanah
lanjut
Bu Dewi
wah, penasaran siapa yg gendong? masak theo sih,pasti lucu kalau thea nolak dia...hihihihihi
Ndha: tunggu kelanjutannya 🤗
total 1 replies
vj'z tri
bikin penasaran loh 🤭🤭🤭🤭
Bu Dewi
Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya waktu mereka ketemu nantinya😍😍😍🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!